http://www.ranesi.nl/arsipaktua/belanda/sunat_gadis090128
Mutilasi Kelamin Gadis Orang tualah harus ditindak Perro de Jong 28-01-2009 Gadis-gadis asal Somalia, Etiopia dan Sudan masih tetap beresiko disunat ketika berlibur di negara asal. Dua tahun lalu Belanda memulai proyek menangani masalah ini. Sejak itu tidak lebih dari empat kasus dilaporkan. Puncak gunung es, tegas Menteri Muda Kesehatan, Jet Bussemaker. Ia kini ingin mengarahkan perhatian pada orang tua. Semula proyek ini bertujuan meningkatkan kewaspadaan pihak pelayanan kesehatan. Sunat perempuan, mutilasi alat kelamin, adalah tradisi yang jarang dibahas imigran dari negara-negara beresiko. Karena itu dokter, tapi juga guru harus belajar mengenali ciri-cirinya. Akankah keluarga berlibur dalam waktu dekat? Apakah si ibu sendiri disunat? Ini penting untuk mengetahui siapa yang benar-benar terancam sunat, kata Menteri Muda Kesehatan Jet Bussemaker. Tapi ini tidak bisa mencegah 50 sampai 500 kasus sunat perempuan per tahun, kata Dinas Kesehatan Belanda, GGD. Contoh Prancis Karena itu Menteri Muda Kesehatan kini ingin menerapkan cara penanganan yang telah terbukti sukses. Ia melakukan kunjungan kerja ke Prancis, yang dianggap pelopor dalam pemberantasan mutilasi kelamin gadis dan perempuan. Penanganan Prancis bersifat ganda: hukum penjara untuk orang tua yang tetap menyunat putri mereka. Tapi juga: membuat kontrak medis. Maha Abdulrahman dari Sudanya, LSM perempuan Sudan di Belanda, mendukung tindakan tegas ini. Maha Abdulrahman: "Sunat merupakan kejahatan terhadap anak-anak. Karena itu hukuman penjara adalah cara terbaik menindak semua ayah dan ibu yang menyunat putri mereka." Tekanan negeri asal Di Belanda, sekarang mutilasi alat kelamin sebenarnya sudah melanggar hukum. Hukuman maksimalnya tinggi: 12 tahun penjara. Tetapi pada prakteknya belum ada pihak yang mengadukan mutilasi alat kelamin pada polisi. Menurut pengalaman lapangan, tekanan yang dialami sebuah keluarga di negeri asal begitu besarnya, sehingga tidak ada yang berani mengadukannya pada polisi. Partai konservatif VVD karena itu datang dengan usul wajib kontrol medis setelah gadis-gadis kembali dari negeri asal orang tua mereka. Ini kedengarannya langkah keras, tetapi menurut Menteri Muda Kesehatan Jet Bussemaker contoh pengalaman Prancis membuktikan cara ini tidak jalan. Ketika pulang ke negeri asal, warga pendatang Prancis sering berhadapan dengan keluarga yang menghendaki supaya gadis mereka disunat. Itu dilakukan sampai awal masa pubertas, ketika tidak bisa dilakukan kontrol medis tanpa persetujuan si gadis. Karena takut, gadis-gadis yang kena sunat biasanya juga tidak memberi izin pemeriksaan itu. Kontrak dukungan Justru untuk menghadapi tekanan psikologis itulah Menteri Muda Kesehatan Belanda Jet Bussemaker menghendaki sebuah kontrak. Sebelum berangkat ke negeri asal, para orang tua harus menandatangi pernyataan akan melindungi anak gadis mereka dari mutilasi. Kontrak itu bisa mereka tunjukkan pada keluarga di negeri asal. Jet Bussemaker: "Kontrak itu merupakan semacam perlindungan. Karena kepada keluarga di negeri asal mereka bisa berkata, kalau gadis kami disunat, maka kami akan dihukum. Jadi itu tidak boleh terjadi." Keluarga yang membawa kontrak harus juga menjalani kontrol medis. Kalau ada keluarga yang dianggap resiko tinggi, maka kontrol macam itu akan bermanfaat. Penyuluhan dan dobrak tabu Maha Abdulrahman dari LSM Sudanya menyambut baik kontrak itu, tetapi dengan catatan kritis. Maha Abdulrahman: "Anak-anak pasti akan terlindungi. Dengan demikian orang tua akan harus menghormati kontrak yang ada. Dan mereka tidak akan berani membiarkan gadis mereka disunat pada waktu liburan di negara asal. Walau begitu, saya takut akan ada orang yang tidak melindungi kontrak ini." Maha Abdulrahman masih ingat sekali saat-saat ia disunat. Ia tidak merasa kena tekanan. "Itu terjadi begitu saja." Karena itu menurutnya, hanya penerangan, mendobrak tabu yang masih ada, yang merupakan jalan keluar. Menteri Muda Kesehatan Belanda tidak ingin menunggu. Sistem kontrak sudah terbukti berhasil di Prancis. Sekarang harus dilihat bagaimana Belanda menanganinya. Kata Kunci: jet bussemaker, mutilasi kelamin, sunat [Non-text portions of this message have been removed]