Oh, oh, ini ana kirim Seri 026 yang Abah toles ttg Quraisy dan sekuler.
Muammar Qaddhafi yang nongol di depan PC-nya Abah pd mlm/hr Jum'at

mqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmq

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
[Kolom Tetap Harian Fajar]
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU

026 Berhala Tradisional dan Berhala Modern

Tulisan ini masih berupa oleh-oleh dari pulang mudik. Pada waktu pulang
mudik itu, disamping amanah yang diberikan oleh PHBI, juga diminta untuk
membaca Khuthbah Jum'at di Masjid Raya ibu kota kabupaten setempat. Hari
Jum'at itu adalah Jum'at terakhir dalam bulan Ramadhan. Namun kalau thema
Khuthbah Jum'at itu mengenai output/luaran ibadah puasa, itu berarti akan
terulang lagi dalam Khuthbah 'Iedi lFihri yang sudah siap naskahnya itu,
yang sementara dalam proses penggandaan. Jadi mesti dipilih thema yang lain.

Saya teringat  di bagian selatan pulau itu masih ada berhala lokal yang
disebut Topa. Menurut informasi yang saya dapatkan, berhala Topa itu masih
difungsikan orang. Di Topa itu berupa liang batu pada sebuah muara. Di dalam
liang batu itu katanya bersemayam seekor buaya putih dengan lima jari,
dianggap nenek moyang sebuah rumpun keluarga. Kata orang, buaya putih itu
sudah sedemikian besarnya sehingga tidak dapat lagi keluar dari liang gua,
karena mulut liang itu sudah terlalu sempit baginya. Di situlah orang minta
rezeki dengan membawa telur yang diselamkan masuk ke dalam liang, dan
mengoleskan darah ternak di mulut lubang liang batu itu.

Walhasil saya pilihlah thema seperti pada judul di atas untuk Khuthbah
Jum'at. Di dalam khuthbah itu dikemukakan tiga Surah, S. Al Kafirun, S. Al
Fiel dan S. Quraisy. Ketiga surah ini diturunkan Allah SWT secara serempak.
S.Al Kafirun ayat 1 dan 2 Qul ya ayyuha lkafirun la a'budu ma ta'budun,
katakanlah hai orang kafir. Tidak kusembah apa yang kamu sembah. Ini adalah
penolakan yang tegas terhadap tawaran pendekatan politik penguasa Makkah
yang isinya: 1) Demi persatuan dan kesatuan penduduk Makkah, penguasa
bersedia bersama-sama dengan ummat Islam menyembah Allah. 2) Kebersamaan itu
harus diselingi silih berganti dengan bersama-sama menyembah berhala yang
ada di sekitar Ka'bah. Pendekatan politik ini terpaksa ditempuh oleh
penguasa Makkah, karena cara kekerasan, intimidasi, terror, penyiksaan,
ternyata tidak berhasil. Sedangkan S. Al Fiel untuk menyegarkan kembali
ingatan kaum kafir Quraisy penguasa Makkah itu tentang peristiwa hancurnya
tentera bergajah Abrahah yang ingin meruntuhkan Ka'bah. Wa arsala 'alaihim
thayran ababiel. Tarmihim bi hijaratin min sijjil. Faja'alahum ka'asfin
ma'kul. Dan (Allah) mengirimkan kepada mereka itu burung yang
berbondong-bondong. Yang melempar mereka dengan kerikil yang penuh azab. Dan
menjadilah mereka itu rontok laksana daun dimakan ulat. (ayat 3,4 dan 5).
Sejak peristiwa itu suku Quraisy disegani oleh suku-suku lain di Jaziratul
Arabiyah, sehingga mereka dapat membawa kafilah dagang baik di musim dingin
maupun di musim panas, sepanjang tahun, karena disegani sehingga tidak
diserang oleh suku-suku lain. Dan ini diingatkan Allah dalam S.Quraisy ayat
2: Ielafihim rihlata sysyitai wa shshayf. Lalu disambung dengan Falya'budu
Rabba hadza lBayt. Sembahlah Tuhan Pemilik Rumah (Ka'bah) ini, bukan
menyembah berhala yang mengotori Ka'bah.
Jadi tawaran politik penguasa Quraisy itu dijawab dalam tiga tahapan.
Pertama, menolak dengan tegas tawaran politik itu dengan S. Al Kafirun,
kedua, menyegarkan ingatan mengapa orang Quraisy disegani dengan S. Al Fiel,
dan gayung bersambut berupa tawaran aqiedah supaya jangan menyembah berhala
melainkan menyembah Allah semata dengan S. Quraisy.

***

Di zaman kita ini ada dua jenis berhala, yaitu berhala tradisional dan
berhala modern. Berhala tradisional adalah seperti yang disembah oleh orang
Quraisy dahulu dan seperti di Topa dan di tempat-tempat lain sekarang ini.
Adapun berhala modern adalah otak manusia. Penyembah berhala modern ini
menyangka bahwa semua masalah dapat dipecahkan dengan otak manusia. Wahyu
tidak perlu. Agama adalah urusan akhirat semata. Urusan dunia seluruhnya
adalah daerah kerajaan akal. Ini yang disebut sekuler. Jadi pada hakikatnya
sikap sekuler ini adalah identik dengan menyembah berhala modern. Barangkali
kita semua ini walaupun mengaku beraqiedah tawhied, pernah secara tidak
sadar menyembah otak manusia. Sebelum pesawat ulang-alik Challenger meledak
di angkasa, pernakah terbetik secuil dalam benak kita akan kemungkinan
meledak itu? Tidak pernah, marilah kita secara jujur mengakuinya, tidak
pernah terlintas dalam benak kita akan meledaknya Challenger itu. Saya
sendiri, nanti setelah melihatnya meledak di TV baru sitighfar, minta ampun
kepada Allah. Bahwa selama ini saya termasuk di antara orang yang tanpa
sadar menyembah berhala modern itu. Tidak pernah terlintas dalam ingatan
saya akan kemungkinan meledaknya pesawat itu, karena sudah percaya betul
pada peralatan/teknologi yang seba canggih secanggih-canggihnya itu.

Demikianlah S.Quraisy ditutup dengan ayat: Alladzie ath'amahum min ju'in wa
amanahum min khahuf. Bahwa Allahlah, bukan berhala-berhala itu, yang memberi
makan sehingga terbebas dari kelaparan dan memberi rasa tenteram dari segala
macam kekhawatiran. Coba dipikir, bumi ini yang mengikuti matahari mengedari
pusat Milky Way, sewaktu-waktu masuk ke dalam daerah badai hujan sinar
kosmik (tentang sinar kosmik ini silakan lihat Seri 014, Mikrokosmos dan
Tenaga Matahari). Maka pada saat itu iklim tidak teratur. Ada kalanya
kemarau panjang sekali, atau sebaliknya musim hujan panjang sekali. Nah,
coba pikir, bagaimanapun cemerlangnya insinyur pertanian mendapatkan bibit
unggul, kalau kemarau panjang, sawah akan kering, padi mati kekeringan.
Sebaliknya jika musim hujan panjang sekali, bagaimanapun hebatnya konstruksi
bendungan karya insinyur sipil, tidak akan membawa hasil. Bendungan akan
bobol ataupun air melimpah sawah-sawah tergenang banjir, padipun mati lemas.
Maka akan sadarlah kita, bahwa yang membebaskan kita dari kelaparan bukanlah
berhala tradisional, bukanlah pula berhala modern karya otak manusia,
melainkan Allah SWT. Dan bukanlah pula berhala tradisional dan modern itu
yang memberikan ketenteraman dari segala macam kekhwatiran.

Syahdan, apakah yang dikhawatirkan oleh manusia modern sekarang ini? Yaitu
kekhawatiran rencana tidak akan berhasil, sasaran tidak dicapai. Jadi untuk
tidak selau dikejar kekhawatiran, maka ingatlah, rencana yang berhasil
hanyalah rencana yang sinkron dengan Rencana Makro dari Allah SWT. Alladzie
ath'amahum min ju'in, wa amanahum min khauf. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 26 April 1992
    [H.Muh Nur Abdurrahman]

mqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmqmq


----- Original Message ----- 
From: "sarinesia" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Thursday, February 15, 2007 11:12
Subject: [wanita-muslimah] Ni'mat Allah (Tafsir surat al-Quraish)

Kalau dalam terjemahan Depag, ayat pertama diartikan, "Karena kebiasan
orang2 Quraish".

Bagi penulis, terjemahan Depag ini sulit untuk dimengeri. Yang mudah
dimengeti bagaimana?

"Li" dapat diartikan "untuk". Sedangkan "Iilafi" dapat diartikan
menundukkan atau mengatasi. Bukan dalam arti menundukkan pandangan,
tapi mirip kalau kita melihat anak2 kita tunduk pada orang tuanya maka
kita akan menjadi senang.

Sehingga ayat pertama tersebut dapat diartikan, "Untuk menyenangkan
bangsa Quraish".

Terjemahan ini juga masih membingungkan. Sehingga kita perlu membuka
tafsir surat sebelumnya (surat al-Fil). Dalam surat al-Fil diceritakan
kota Mekkah yang diserang tentara Gajah yang dipimpin Abrahah.
Akhirnya tentara Gajah dikalahkan oleh pasukan Ababil. Kemenangan ini
membuat kota Mekkah menjadi aman kembali sehingga menyenangkan bangsa
Quraish pada waktu itu.

Dengan demikian terasa nyambung terjemahan ayat pertama al-Quraish
tersebut. Karena hal ini, ada yang berpendapat al-Fil dan al-Quraish
ini sebenarnya merupakan satu surat.

Apa kesenangan bangsa Quraish? Yaitu melakukan perjalanan di musim
dingin maupun di musim panas. Pada saat musim panas mereka ke tempat
yang lebih dingin yaitu ke utara (Palestina). Hal ini mirip dengan
orang Yogya ketika musim panas mereka ke Kali Urang.

Sedangkan pada musim dingin, bangsa Quraish melakukan perjalanan ke
daerah yang lebih panas yaitu ke selatan (Yaman).

Sehingga ni'mat Alah adalah rasa aman dan mereka dapat melakukan
perjalanan yang merupakan kebiasaan mereka tersebut.

Perjalanan yang aman akan terasa sangat ni'mat. Sangat beda dgn
kondisi bangsa Indonesia saat ini, perjalanan udara orang khawatir
(kasus Adam Air), perjalanan laut juga khawatir (kasus KM Senopati),
kereta api banyak yang anjlok. Sehingga bangsa Indonesia saat ini
merasa tidak aman dan kehilangan keni'matan dalam perjalanan.

Lalu arti ayat berikutnya adalah "hendaklah mereka menyembah kepada
Tuhan mereka yang memiliki Ka'bah". Jadi ada ni'mat maka ada
konsekuensi yaitu harus menyembah Tuhan.

Arti ayat selanjutnya adalah, "(Tuhan) yang memberi makan pada saat
mereka lapar dan memberi rasa aman pada mereka".

Bahasa Qur'an sangat simpel dan logis sehingga tidak perlu penjelasan
yang bertele-tele. Seperti ketika ada pertanyaan, "Siapa ibumu?"
jawabannya mudah, "Dia adalah yang menyusui saya". Atau siapa Bapakmu?
Dia adalah yang menggendong saya waktu saya masih kecil. Atau ketika
ada tamu, kemudian anak kita merasa asing sehingga tidak mau
bersalaman, kemudian ketika dijelaskan, "ini... Om yang dulu kasih
kamu jajan".. langsung anak kita mendekat dan salaman. Demikian juga
bahasa Qur'an.

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 

Kirim email ke