Ramadan yang Istimewa

Oleh: KH. A Mustofa Bisri



TIDAK terasa Ramadan, bulan istimewa dengan situasi dan suasananya yang
istimewa, sudah kembali tiba. Di antara bulan-bulan setahun, bulan Ramadan
memang merupakan bulan istimewa. Keistimewaannya  bisa dilihat dari berbagai
sudut; di antaranya bulan ini kitab suci Alquran diturunkan (Q.2: 185).


Bahkan menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Shuhuf-nya
Nabi Ibrahim, Tauratnya  Nabi Musa, Injilnya Nabi Isa, dan Zaburnya Nabi
Daud, semuanya juga turun di bulan Ramadan.


Pada bulan ini kita, kaum muslimin, diwajibkan berpuasa (Q. 2: 183). Pada
bulan ini pintu sorga dibuka (HR imam Bukhori dan imam Muslim dari shahabat
Abu Hurairah).


Istimewanya lagi, setiap keistimewaan Ramadan justru bermuara kepada
keistimewaan kita. Turunnya Alquran adalah istimewa, karena, sebagaimana
kitab-kitab suci lainnya, Alquran adalah firman Allah kepada hamba-hambaNya.
Dan ini berarti istimewa bagi kita, hamba-hamba-Nya.


Bayangkan Allah Yang Maha Besar yang tak terhingga kebesarannya, Pencipta
alam semesta , berkenan berfirman kepada kita yang sungguh amat sangat kecil
di planet yang hanya sebesar debu di alam semesta  ini.


Pada bulan Ramadan kita, kaum beriman, diwajibkan berpuasa. Ini istimewa.
Di sebelas bulan yang lain, kita boleh dikata bebas memperlakukan dan
mentasarufkan apa saja yang  dianugerahkan  Allah kepada kita.


Kita, misalnya,  bebas menggunakan mulut anugerahNya untuk memasukkan  dan
mengeluarkan apa saja yang kita kehendaki,  kecuali yang berbahaya terhadap
diri kita sendiri.


Kita bebas makan, minum, dan berbicara kapan saja kita mau. Begitu bebasnya
sehingga  terhadap yang berbahaya terhadap diri kita sendiri pun seringkali
kita tabrak juga.


Di bulan Ramadan ini lain. Kita tidak lagi bebas. Kita dipaksa mengekang dan
menahan diri meski dalam waktu yang terbatas dari hal-hal yang halal yang
tidak membahayakan diri kita sekali pun.


Kemudahan

Untuk kepentingan siapa kita mengekang dan menahan diri itu? Tidak untuk
kepentingan siapa-siapa? Tapi untuk kepentingan kita sendiri.  Di samping di
bulan suci ini kita bisa dengan intens melatih diri menjadi mukmin yang kuat
yang mampu mengalahkan diri sendiri yang pada akhirnya menjadi orang-orang
yang benar-benar bertakwa, di samping itu bulan Ramadan menyediakan berbagai
kemudahan bagi kita untuk mendapatkan rahmat dan pahala Allah.


Pada bulan Ramadan, seperti berita yang disampaikan Rasulullah SAW, pintu
surga dibuka. Kesempatan mendapatkan sesuatu yang memudahkan kita masuk
surga  terbuka lebar-lebar.


Tinggal bagaimana kita mempergunakan kesempatan istimewa ini.  Sebab ada
hadis yang menyatakan banyak orang yang berpuasa dan hanya mendapatkan
lapar  belaka.


Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang  yang dapat mengambil kesempatan
istimewa bulan suci Ramadan ini terutama bagi kebahagiaan kita di akhirat
kelak. Sedangkan untuk kebahagiaan dunia kita, sebelas bulan masa sih masih
belum cukup?


Selamat menunaikan ibadah puasa bagi kaum muslimin. Selamat mempergunakan
kesempatan istimewa bulan Ramadan untuk mengevaluasi diri, menuju keridhaan
Allah.



Penulis adalah pemimpin Pondok Pesantren Roudhotut Thalibin, Rembang.


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke