Itulah arogansi seorang teokrat dalam tempurung. Merasa dirinya satu2nya yang sudah mengerti apa itu hukum Allah.
Bahaya teokrasi dengan ilmu dangkal ini bisa sama bahayanya dg komunisme karena menjanjikan yg muluk2 tetapi tidak ada gelagat memiliki ketrampilan dan kemampuan utk memimpin bangsa dengan benar. Semua masih di angan2 dipelajari di pesantren di ujung gunung tetapi merasa duduk di singgasana tertinggi di dunia melebihi apa yg ada di ibukota2 dunia spt London, New York, Tokyo, Paris, dsb. Sedih sekali memang ... tetapi juga bahaya kalau tidak dikoreksi. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Sunny" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > HARIAN KOMENTAR > 23 February 2007 > > Datangi istana sambil bawa buku Musa dan Firaun > Tuntut Syariat Islam, Ba'asyir Ditolak SBY > > Amir Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Abu Bakar Ba'asyir bersama 30-an pengikutnya, mendatangi Istana Presiden, Kamis (22/02) kemarin. Kedatangan Ba'asyir cs ini untuk meminta SBY agar menerapkan Syariat Islam dalam kepemimpinannya. Tapi Presiden SBY menolak menemuinya. Ba'asyir pun langsung mengeluarkan uneg-unegnya. > "Mungkin takut dengan kami, kami sangat menyayang-kan. Sebagai seorang Islam, saudaranya mau ketemu untuk tujuan baik bukan cari uang, untuk memperingatkan, kenapa tidak diterima? Mudah-mudahan (Presiden SBY) diberi petunjuk oleh Allah," ujar Ba'asyir. > > > Ba'asyir sendiri berencana untuk menyerahkan surat peringatan setebal 10 halaman. Kata Ba'asyir, kalau mengurus bangsa ini tidak menggunakan syariat Islam, maka Islamnya batal. "Itu sudah kami peringatkan jauh-jauh hari, tepatnya saat menjelang Pilpres 2004 lalu," ujar Ba'asyir, seraya mengatakan, kalau mau me-ngatur suatu negara, maka orang Islam harus menggunakan hukum Allah. > > > Kedatangan Bas'ayir juga untuk menyerahkan buku berjudul Musa dan Firaun. Buku itu menyebutkan Firaun akan muncul lagi dalam wujud Amerika Serikat, dan Musa adalah pejuang Islam. Dengan menyerahkan buku tersebut, Ba'asyir berharap SBY bisa men-jadikannya sebagai pedoman. "Barangkali bisa menjadi bahan untuk selanjutnya," tukas-nya. Ba'asyir menegaskan kembali, mengingat SBY orang Islam, maka dia berkewajiban mengatur Negara dengan hukum Islam, dan itu tidak bisa dielakkan. > > > Katanya, tidak bisa mengurus Negara dengan baik, terutama moral masyarakat, kecuali hanya dengan menggunakan hukum Allah. "Contohnya, AS yang begitu besar tidak bisa mengatur moral rakyatnya," tegasnya. > > > Pernyataan Ba'asyir itu mendapat tanggapan balik istana. "Presiden disumpah menjalan-kan UUD 1945 dan Pancasila. Itu saja yang menjadi pedoman Presiden dalam menjalankan tugas kenegaraan," kata Jubir Kepresidenan Andi Malara-ngeng menjawab pertanyaan wartawan di ruang kerjanya, lantai dua gedung Bina Graha, Jl. Veteran, Jakarta Pusat (22/02). > > > Ditanya mengenai tidak diterimanya Abu Bakar Baasyir dan rombongan secara lang-sung oleh kepala negara, menurut Malarangeng, hal tersebut lebih dikarenakan masalah prosedural. Kebetulan MMI selama ini belum pernah mengajukan surat permintaan resmi untuk bertemu presiden."Pada dasarnya presiden menerima siapa saja. Tapi tadi ada acara kenegaraan, jadi tidak bisa diterima. Saya juga sedang mendampingi presiden, jadi tidak bisa menerima juga," sambung Malarangeng.(rmc/dtc > > > [Non-text portions of this message have been removed] >