Refleksi:  Apakah masalah perbedaan waktu tidak bisa dicocokan?

http://www.tribun-timur.com/view.php?id=95031&jenis=Makassar


Senin, 01-09-2008 | 23:21:11 

Soal Beda Waktu Puasa, Pemerintah Mesti Jadi Penengah

Laporan: kompas.com/ingki rinaldi. [EMAIL PROTECTED]

 
Jombang, Tribun - Pemerintah diharapkan bisa menjembatani perbedaan dalam 
menentukan awal puasa dan Idul Fitri 1429 Hijriah. Perbedaan yang terjadi 
setiap tahun itu perlu didudukan untuk dicari persamaannya demi mencapai tujuan 
keberagamaan secara damai.
 
KH Nasuha Anwar dan KH Mustaqim yang merupakan salah seorang pengurus kelompok 
tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah di Dusun Kapas, Desa Dukuh Klopo, Kecamatan 
Peterongan, Kabupaten Jombang, Senin (1/9) menyebutkan persoalan keyakinan 
menjalankan ibadah agama sebetulnya bukan urusan pemerintah. Karena itulah, ia 
merasa tidak ada yang perlu dipersoalkan saat ada kelompok-kelompok yang 
memilih berbeda untuk menjalankan keyakinannya terhadap awal puasa dan Idul 
Fitri. 

Justru, yang perlu diperbaiki adalah pemahaman pikir sebagian besar masyarakat, 
termasuk pemerintah, soal dasar yang menjadi penentu tiap-tiap kelompok untuk 
menjalankan puasa dan Idul Fitri. Kata Nasuha, persoalan untuk menentukan hal 
tersebut sangat tergantung pada konteks ruang dan waktu. 

"Tidak bisa kita samakan, misalnya, waktu shalat antara di sini (Jombang, 
Indonesia), dengan di Arab," kata KH Mustaqim. 

Oleh karena itu, perbedaan di antara masing-masing kelompok yang berkaitan 
dengan konteks ruang dan waktu serta perbedaan menggunakan metode hisab dan 
rukyah perlu dijembatani pemerintah. Ini mesti dilakukan untuk meminimalisir 
gesekan di tingkat bawah atau pengikut-pengikut dari masing-masing kelompok 
tersebut.(*) 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke