Ana Muammar Qaddhafi mendapat amanah dari Abah mulai menjelang pertemgahan Ramadhan untuk mengirim e-mail ke WM dan MD, apa yang menurut ana punya pertimbangan sendiri, dengan syarat ana tidak diizinkan untuk ikut diskusi. Ana kirim sebagian dari tulisan-tulisan Abah yang menyangkut taqwa. Khusus Seri 147 menunjukkan bahwa untuk dapat memahami ayat-ayat Al Quran dengan baik, tidak dapat tidak, harus menguasai bahasa Arab, maa yumkin, perbuatan sia-sia mengkaji ayat-ayat Al Quran hanya dari terjemahannya saja. Wassalam MQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQQMQQMQMQQMQMQMQMQMQMQQMQ
BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU [Kolom Tetap Harian Fajar] 021. Puasa Meningkatkan Diri dari Beriman Menjadi Taqwa, Mengapa? Judul di atas itu tentu sudah jelas, yakni menyangkut hikmah puasa. Kita mulai dengan Firman Allah dalam Al Quran, S. Al Baqarah, ayat 185: -- Ya ayyuhalladziena a-manuw kutiba alaikumu shshiyamu kama kutiba 'ala-lladziena min qablikum la'allakum tattaqun, artinya: Hai orang-orang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelummu, supaya kamu bertaqwa. Jadi jelas dari bunyi ayat tersebut, bahwa puasa itu dapat meningkatkan orang beriman menjadi bertaqwa. Mengapa? Dari jawaban mengapa ini, akan jelas apa hikmah yang tersirat di dalamnya. Taqwa adalah bahasa Al Quran, dibentuk oleh akar kata yang terdiri atas tiga huruf: waw, qaf, ya, yaitu waqaa atau waqiya, atinya terpelihara. Orang yang telah mencapai derajat taqwa, adalah yang telah terpelihara dari segala apa-apa yang menjerumuskan. Ibarat orang yang berjalan melalui semak belukar yang penuh duri, sampai-sampai kepada pakaiannyapun terpelihara dari robekan / tusukan duri. Atau ibarat oang yang menerobos lalu-lintas yang semrawut / crowded, terpelihara dari bahaya tabrakan. Untuk dapat terpelihara itu, maka ia harus melaksanakan seluruh suruhan Allah dn menjauhi segala laranganNya. Menurut Karl Marx, moral manusia itu ditentukan oleh kondisi perekonomian, artinya moral manusia itu ditentukan oleh lingkungannya. Manusia sama sekali tidak berdaya terhadap lingkungannya. Artinya manusia itu adalah budak dari lingkungannya. Walaupun komunisme telah ambruk seiring dengan bubarnya Uni Sovyet, namun faham Karl Marx, yang dedengkot komunisme tersebut, masih banyak dianut orang. Yaitu orang yang masih setia kepada apa yang disebut dengan wetensdhappelijke socialisme, sosialisme ilmu. Dahulu di Indonesia ini ada tiga kelompok Marxisme. Yang pertama penganut sosialisme ilmu, yang berkumpul dalam kekuatan politik Partai Sosialis Indonesia (PSI), kedua Marxisme-Trozkist berkumpul dalam Partai Murba dan Marxisme-Leninist berkumpul dalam Partai Komunis Indonesia (PKI). Menurut Sigmun Freud, yang dedengkot psiko-analist, manusia sama sekali tak berdaya terhadap kekuatan yang ada dalam dirinya yaitu kekuatan libido/sex. Semua pikiran dan aktivitas manusia bersumber dari dorongan kekuatan libido ini. Artinya manusia itu adalah budak dari dirinya sendiri. Maka jika digabungkan kedua teori itu, teori Karl Marx dan Sigmun Freud, yang keduanya peranakan Jerman-Yahudi, maka sempurnalah manusia itu menjadi budak. Ya budak internal dan budak external. Manusia betul-betul menjadi bulan-bulanan kekuatan libido dan kekuatan lingkungan. Ajaran Islam tidak mengingkari kedua kekuatan tersebut. Namun dalam ajaran Islam kekuatan-kekuatan itu bukanlah penentu. Manusia bukanlah budak, ataupun bulan-bulanan kedua kekuatan internal dan external itu. Pada waktu Pasukan Islam Madinah pulang dari Perang Uhud yang seru itu, ketika Rasulullah mengistirahatkan pasukannya dalam perjalanan pulang itu, Rasulullah bersabda: Kita baru selesai dengan Jihadu-lAshgar, perang yang sangat kecil dan kita segera akan menghadapi Jihadu-lAkbar, perang yang sangat besar. Maka para sahabat bertanya: Ya Rasulallah, kalau tadi di bukit Uhud itu hanya perang yang sangat kecil, maka bagaimakanakah besarnya pasukan yang akan dihadapi itu. Maka Rasulullah menjawab: Jihadu nNafs, berjihad melawan diri sendiri. Musuh yang akan dihadapi itu adalah musuh yang setiap saat menyerang kita yaitu Al Hawa- , Nafsun Ammarah dalam tataran nafsani (manusia terdiri atas tiga tataran: jasmani, nafsani, ruhani). Dari sabda Rasulullah itu kita dapat menyimak bahwa Allah SWT menjadikan manusia itu dengan perlengkapan sebuah kekuatan pengendali yang sanggup dipakai untuk berperang dalam peperangan dahsyat Jihadu-lAkbar itu. Kekuatan pengendali inilah yang tidak dilihat baik oleh Karl Marx, maupun Sigmun Freud, sehingga mereka berteori bahwa lingkungan dan libido itu menjadi penentu. Dalam bahasa Al Quran, kekuatan pengendali itu disebut Nafsun Muthmainnah. Ibadah puasa sifatnya berbeda dengan ke empat Rukun Islam yang lain. Kalimah Syahadatain diucapkan dimulut, dibenarkan oleh pikiran dan dimantapkan di kalbu, sifatnya terbuka, karena diucapkan, orang lain dapat mendengarnya. Shalat juga sifatnya terbuka, karena teridiri atas gerakan dan ucapan, dapat dilihat dan didengar. Mengeluarkan zakat, naik haji juga terdiri atas gerakan dan ucapan sehingga juga sifatnya terbuka. Jadi Rukun Islam pertama, kedua, keempat dan kelima dapat saja dikerjakan atas dasar riya, penampilan, tidak atas dasar iman. Seorang pemuda misalnya untuk dapat menarik hati calon mertua yang taat, ia akan shalat penampilan, memperlihatkan kepada calon mertua bhwa ia shalat, jadi bukan atas dasar iman. Seorang jurkam ia dapat saja shalat untuk menarik massa, bukan atas dasar iman. Seorang naik haji dapat saja bukan atas dasar iman, melainkan untuk status sosial. Lain halnya dengan Rukun Islam yang ketiga ini, yaitu puasa. Ibadah puasa ini sifatnya tertutup, tidak dapat ditunjukkan kepada orang lain. Yang dapat ditunjukkan kepada orang adalah berbuka puasa dan berpura-pura loyo atau meludah-ludah secara demonstratif. Maka puasa itu hanya dapat dilaksanakan oleh orang-orang yang beriman, karena yang tahu bahwa ia berpuasa hanya dirinya sendiri dan Allah SWT. Karena puasa itu tidak dapat dilaksanakan atas dasar penampilan, maka puasa itu betul-betul sangat bermanfaat untuk melatih diri meningkatkan keampuhan tenaga pengendali dalam diri kita. Ibarat mengasah senjata sebulan penuh sehingga cukup tajam untuk dipakai berperang mengendalikan nafsun lawwamah dan ammarah itu. Mengendalikan, bukan membunuh, sebab nafsu sex dan kebringasan itu berguna untuk kelanjutan spesi manusia, berkembang biak, dan mempertahankan hidup dari keganasan lingkungan. Sebulan penuh kita melatih diri meningkatkan keampuhan senjata berupa kekuatan pengendali itu. Dengan latihan sebulan penuh itu dapatlah senjata itu dipakai untuk berperang sebelas bulan berikutnya. Hingga tiba kembali ke dalam bulan Ramadhan yang brukutnya, senjata yang mulai tumpul karena dipakai berperang selama sebelas bulan, diasah lagi dalama bulan Ramadhan yang berkutnya. Dengan tajamnya alat yang diberikan oleh Allah SWT maka terpeliharalah diri kita dari segala apa yang menjerumuskan dan itulah yang disebut mencapai kedudukan taqwa, insya Allah. WaLlahu a'lamu bishshawab. *** Makassar, 8 Maret 1992 [H.Muh.Nur Abdurrahman] MQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQ BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU [Kolom Tetap Harian Fajar] 147. Iman dan Taqwa, Wattaqaw, Ittaquw, Tattaquwn Baru-baru ini (14 September 1994) keluarga besar Ikatan Masjid Mushalla Indonesia Muttahidah (IMMIM), yaitu Yayasan Dana Islamic Center IMMIM (YASDIC), Persatuan Jamaah Wanita Islam Indonesia (PERMAWI), Ikatan Alumni Pesantren IMMIM (IAPIM) dan Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), di bawah Koordinasi DPP IMMIM memperingati Mawlud Nabi Besar Muhammad SAW. Pada waktu konsep undangan disodorkan kepada saya oleh Drs. M.Saiful, Seketaris IMMIM, ada kata yang saya coret. Yaitu kata iman dalam kalimat: Dalam rangka meningkatkan kualitas iman dan taqwa. Namun setelah undangan itu usai dicetak, kata iman tetap ada. Saya tegur Saiful mengapa kata itu tidak jadi dicoret, dengan nada merasa bersalah berucap: Biarlah ustadz, sudah terlanjur, mereka yang mengetik naskah undangan di percetakan itu sudah terbiasa dengan rangkaian kata-kata iman dan taqwa. Kata penghubung dan menghubungkan kata ataupun penggalan kalimat yang termasuk dalam kategori skala nominal (nominal scale) dan kategori skala ordinal (ordinal scale). Dalam skala nominal yang dihubungkan itu sederajat, seperti misalnya skala nominal jenis kelamin: laki-laki dan perempuan, skala nominal profesi: guru, dan pedagang, dan petani, menurut kelaziman dipendekkan menjadi guru, pedagang dan petani, skala nominal peternakan: sapi, kerbau, domba dan lain-lain. Sedangkan dalam skala ordinal yang dihubungkan itu tidak sederajat melainkan berjenjang naik bertangga turun, seperti misalnya skala ordinal kepangkatan: dalam jajaran ABRI: overste, mayor dan kapten, dalam jajaran pemerintahan: gubernur, bupati dan camat, skala ordinal topografi: gunung, bukit, lembah dan ngarai. Itu dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Al Quran skala ordinal di samping yang disebutkan di atas, kata WA dapat pula menyatakan skala ordinal dalam kategori proses, yaitu berarti TSUMMA (lalu). Maka di sinilah terjadi salah kiprah, karena dalam bahasa Indonesia kata DAN tidak pernah menyatakan skala ordinal dalam kategori proses, maka dalam bahasa Indonesia kata DAN tidak pernah berarti LALU. Sehingga rangkaian iman dan taqwa disalah-kiprahkan dalam skala nominal, artinya salah kiprah iman difahamkan sederajat dengan taqwa. Ayat-ayat di bawah menunjukkan kata WA yang menyatakan skala ordinal dalam kategori proses, artinya bermakna TSUMMA (=LALU). Fankihuw maa taaba lakum mina nnisaai matsna- wa tsula-tsa wa ruba-'a (S. An Nisaau, 3), maka nikahilah apa yang baik bagimu dari perempuan berdua, lalu bertiga, lalu berempat. Dalam ayat itu jelas WA menunjukkan skala ordinal dalam kategori proses. {Namun ada pula sedikit ulama antara lain almarhum Kiyai H. Maksum, Menteri Agama DII/TII Sulawesi Selatan yang memahamkan kata WA dalam skala nominal, sehingga mereka tambahkan: 2 + 3 + 4 = 9). Walaw annahum a-manuw wattaqaw lamatsuwbatun min 'indiLla-hi khayrun law kaanuw ya'lamuwn (S. Al Baqarah, 103. Kalau mereka beriman lalu bertaqwa, sesungguhnya pahala dari sisi Allah lebih baik, jika mereka mengetahuinya (2:103). Yang perlu menjadi perhatian rangkaian iman dengan taqwa dengan kata WA dalam kategori ordinal proses, maka selalu diucapkan wattaqaw (qaf difatah A), bukan wattaquw (qaf didhamma U). Contoh lain: Walaw anna ahla lkita-bi a-manuw wattaqaw lakaffarnaa annahum sayyia-tihim waladkhana-hum janna-tin na'iym (S. An Nisaau, 65), Kalau sekiranya orang-orang ahli kitab beriman lalu bertaqwa, niscaya Kami tutup kesalahan mereka dan Kami masukkan mereka ke dalam surga keni'matan (5:65). Adapun rangkaian iman dengan taqwa tanpa diselingi kata WA, maka itu menyatakan kategori ordinal maqam (derajat, posisi), maka itu selalu diucapkan ittaquw, tattaquwn, seperti contohnya: Ya-ayyuha- lladziyna a-manuw ittaquw Lla-ha (S. Al Haysr, 18), hai orang-orang beriman taqwalah kepada Allah (59:18). Ya-ayyuha- lladziyna a-manuw kutiba 'alaykumu shshiya-mu kama- kutiba 'ala lladziyna min qablikum la'allakum tattaquwna, hai orang-orang beriman diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertaqwa (2:83). Menilik ayat (59:18) seruan untuk bertaqwa itu tidak ditujukan kepada manusia pada umumnya (bukan Ya-ayyuha nNa-s), melainkan hanya dibatasi kepada orang-orang beriman saja. Artinya untuk dapat bertaqwa persyaratannya harus beriman dahulu. Jadi bertaqwa lebih tinggi derajatnya dari beriman, sehingga kedua kata itu tidak termasuk dalam kategori skala nominal, melainkan skala ordinal. Skala ordinal itu akan lebih jelas jika kita tilik ayat (2:183). Orang-orang beriman diseru untuk berpuasa agar mencapai derajat taqwa. Artinya taraf iman seseorang dapat ditingkatkan ke taraf taqwa dengan jalan berpuasa. Rangkaian iman dengan taqwa dalam kategri ordinal dapat pula dengan jelas dalam ayat-ayat S. Baqarah yang berikut: Alif Lam Mim (1). Dza-lika lkita-bu laa rayba fiyhi hudan lilmuttaqiyna (2). Alladziyna yu'minuwna bilghaybi wa yuqiymuwna shshala-ta wa mimmaa razaqna-hum yunfiquwna (3). Waladziyna yu'minuwna bimaa unzila ilayka wamaa unzila min qablika wabil.a-khirati hum yuwqinuwna (4). (1)Alif Lam Mim. (2)Itulah Al Kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya menjadi petunjuk orang-orang yang taqwa. (3)Yaitu yang beriman kepada Yang Ghaib, dan mendirikan shalat, dan dari sebagian yang Kurezekikan kepada mereka, dikeluarkannya untuk fungsi sosial (4). Dan mereka yang beriman kepada apa yang kuturunkan kepadamu dan kepada apa yang Kuturunkan sebelum engkau dan mereka yakin akan hari akhirat. Skala ordinal dapat dijelaskan dengan baik melalui pendekatan matematis, yaitu secara aljabar kelas (algebra of classes). Dengan diagram Venn orang-orang beriman dilambangkan dengan lingkaran X, orang-orang bertaqwa dilambangkan dengan lingkaran Y. Lingkaran Y seluruhnya terletak dalam lingkaran X. Semua titik dalam lingkaran Y menjadi anggota sekali gus dari Y dan X, artinya tiap-tiap orang bertaqwa sekali gus beriman. Sedangkan titik-titik dalam lingkaran X di luar lingkaran Y, adalah orang-orang beriman yang belum bertaqwa. Kesimpulannya, jika menyebutkan bertaqwa, tidaklah perlu diikutkan pula kata beriman, oleh karena beriman sudah tercakup dalam bertaqwa, kecuali jika itu dalam skala ordinal proses. Jadi yang betul bukanlah meningkatkan iman dan taqwa, melainkan meningkatkan iman untuk menjadi taqwa. Akan tetapi jika dikatakan memperingati Mawlud ataupun Isra Mi'raj RasuluLlah SAW dalam rangka meningkatkan iman untuk menjadi taqwa, itupun juga tidak benar, karena yang benar menurut ayat (2:183), untuk meningkatkan iman menjadi taqwa adalah dengan jalan berpuasa. Khatimah: Dalam Al Quran ada dua jenis rangkaian iman dengan taqwa, yaitu pertama dalam kategori ordinal proses, dengan dua ciri, yaitu dihubungkan oleh kata DAN dan dibaca wattaqaw (qaf difatah A), dalam hal ini WA (DAN) berma'na TSUMMA (LALU), dan kedua skala ordinal tidak dihubungkan dengan kata DAN, dibaca / ditulis Ittaquw / Tattaquwn (qaf didhamma U). WaLlahu a'lamu bishshawab. *** Makassar, 2 Oktober 1994 [H.Muh.Nur Abdurrahman] MQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQ BISMILLAHIRRAHMA-NIRRAHIYM WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU [Kolom Tetap Harian Fajar] 167. Beriman dan Beramal Shalih Menuju Taqwa, Apakah Tolok Ukur Keberhasilan Puasa? Rasulullah SAW bersabda: Man Sha-ma Ramadha-na Iyma-nan wa Htisa-ban Ghufira lahu ma- Taqaddama min Dzanbihi. Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan iman dan menghisab diri, maka diampuni dosanya yang telah liwat. Berpuasa Ramadhan, berpuasa dengan sungguh-sungguh, yaitu atas landasan iman dan menghisab diri, introspeksi. Hasilnya mendapatkan anugerah Allah yang tidak sedikit: mendapatkan ampunan Allah, bersih dari dosa. Itu artinya meninggalkan bulan Ramadhan memasuki 1 Syawwal, kembali ke fithrah semula, 'IydulFithri. Inilah makna Hari Raya 'IydulFithri. Ibadah puasa menjadi pembentuk jiwa yang ikhlas, penempa jujur dan perangai yang mulia, pengikis riya, pembersih dari semua akhlaq yang rendah. Bukankah ibadah puasa mengangkat derajat orang beriman ke derajat yang mulia yaitu derajat taqwa? Ya-Ayyuha- Lladziyna A-manuw Kutiba 'Alaykumu shShiya-mu kama- Kutiba 'alay Lladziyna min Qablikum La'allakum Tataquwna. Hai orang-orang beriman, telah diwajibkan atasmu berpuasa, seperti telah diwajibkan atas mereka sebelum kamu, supaya kamu bertaqwa (S.AlBaqarah,183). Beriman itu penting tetapi belum cukup. Harus diikuti dengan beramal shalih. Dalam Al Quran kedua ungkapan itu disebut bergandengan: A-manuw wa 'Amilu shSha-liha-t, beriman dan beramal shalih (S.Al'Ashr,3; S.AtTiyn,6). Beramal shalih yang paling pokok adalah Yuqiymuwna shShala-ta wa mimma- RazaqNa-hum Yunfiquwna, mendirikan shalat dan dari sebagian yang Kami rezekikan kepada mereka itu dinafakahkan (untuk fungsi sosial), [S.AlBaqarah,3]. Beriman saja tanpa beramal shalih tidak akan membuahkan taqwa. Beramal tanpa iman bukanlah beramal shalih. Keduanya harus seiring bergandengan beriman dan beramal shalih barulah dapat membuahkan derajat taqwa, derajat yang paling mulia disisi Allah. Taqwa memberikan bekas di dalam jiwa. Taqwa melahirkan potensi sifat-sifat yang baik, yang dapat menumbuhkan kemampuan untuk mengendalikan diri dari segi negatifnya penguasaan dan perebutan serta ketamakan dalam bidang harta dan ekonomi. Taqwa menumbuhkan potensi mengendalikan diri dari kecenderungan pada demoralisasi. Taqwa mampu menghiasi tingkah laku menjadi indah dan sejuk dalam pergaulan sesama manusia. Orang-orang bertaqwa disebut para Muttaqiyn. Mereka yang senantiasa memelihara Al Quran sebagai petunjuk baginya, di kala isme-isme: sekularisme, positivisme, modernisme dan post modernisme ingin unggul merebut pasaran. Mereka yang selalu sujud dan ingat kepada Allah di tengah-tengah arogansi intelektual dan kecongkakan pergaulan. Mereka yang senantiasa mensyukuri karunia ni'mat Ilahi dengan membayarkan zakatnya, mengeluarkan infaq dan sadaqahnya kepada kaum yang lemah, dhuafa, fukara dan masakin di tengah-tengah manusia tamak egois. Mereka yang senantiasa terpelihara dari segala macam malapetaka. Bukankah taqwa yang akar katanya dibentuk oleh huruf-huruf: waw, qaf, ya berarti terpelihara? Mereka inilah yang mendapat predikat Hudan min Rabbihim dan Muflihuwna, di atas jalur Petunjuk Maha Pengatur dan para pemenang (S.AlBaqarah,5) *** Berakhirnya Ramadhan, bukanlah akhir dari perjuangan, bahkan kita akan menempuh perjuangan hidup sebelas bulan untuk tiba lagi dalam bulan Ramadhan berikutnya. Pada 1 Syawwal ibarat kita telah mendapatkan sertifikat selesai training, bukan ijazah. Hanya sekadar semacam sertifikat telah menjalani kursus Ramadhan, yang tidak menjamin apakah kursus Ramadhan kita telah berhasil menjadikan kita manusia yang berkualitas. Apakah kita telah berhasil? Apa tolok ukurnya? Allah telah memberikan tolok ukur kelulusan dalam kursus Ramadhan. Dalam ayat terakhir dari paket 8 ayat tentang puasa Ramadhan, Allah berfirman: Wa la- Ta'kuluw Amwa-lakum Baynakum bi lBa-thili wa Tudluw biha ilay lHukka-mi li Ta'kuluw Fariyqan min Amwa-li nNasi bi lItsmi wa Antum Ta'lamuwna. Dan janganlah kamu makan harta benda di antara kamu sekalian dengan jalan bathil. Bahkan kamu membawanya kehadapan hakim untuk dapat melahap sebahagian dari harta benda orang lain dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahuinya (S. AlBaqarah, 188). Itulah tolok ukur dalam menilai hasil puasa kita yang baru saja selesai, untuk perjuangan hidup sebelas bulan mendatang mengendalikan nafsun ammarah. Yaitu tidak melahap harta orang lain dengan jalan bathil melalui pengadilan. Seumpama tanah ulayat, tanah yang diwarisi turun temurun oleh sekelompok masyarakat secara adat. Mereka tidak memiliki sertifikat atas tanah itu. Developer yang jeli matanya melihat bahwa tanah itu bagus untuk lapangan golf, ataupun kawasan pariwisata, berkolusi dengan oknum pejabat birokrat sehingga mendapatkan dokumen resmi formal normatif atas tanah ulayat itu. Terjadilah sengketa tanah antara masyarakat pemilik tanah ulayat dengan pemegang dokumen resmi. Dibawalah ke pengadilan. Di pengadilan kedudukan masyarakat lemah secara hukum, ibarat berebut badik, masyarakat memegang mata badik, pemegang dokumen resmi memegang gagangnya. Maka dimusnahkanlah tanaman sayur-sayuran, kebun-kebun dibuldozer, para petani digusur dan kebun-kebun menjadilah lapangan golf. Maka berdirilah fasilitas-fasilitas pariwisata milik pribadi oknum pejabat atau keluarganya sebagai persiapan pensiun. Inilah proses secara modern dalam teknik menguasai tanah. Inilah yang disebut makan harta orang lain dengan jalan bathil melalui pengadilan, padahal ia mengetahui bahwa itu perbuatan dosa. *** Hari Jum'at 1 Syawwal 1415 H. ummat Islam ber'IydulFithri. Mereka berhari raya, merayakan kemenangan yang telah dicapai. Hari raya ini bukan harinya orang yang mampu berbaju baru, berperabot baru. Tetapi hari raya ini bagi semuanya, yang menang dalam perjuangan sebulan lamanya, berpuasa Ramadhan secara bersungguh-sungguh. Mereka inilah yang menikmati 'IydulFithri. Mereka inilah yang telah mempunyai kemampuan menaburkan kegembiraan dan kebahagiaan di perladangan hidup ini. WaLlahu a'lamu bishshawab *** Makassar, 5 Maret 1995 [H.Muh.Nur Abdurrahman] MQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQ BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU [Kolom Tetap Harian Fajar] 584. Alat Ukur Ketaqwaan Adapun Seri 584 ini adalah berupa rekaman dari Kultum [Kuliah Tujuh Menit] seusai shalat Zhuhur di masjid Kompleks Bangunan Pasca Sarjana Universitas Muslim Indonesia Makassar pada 10 Juli 2003. "Itu terlalu singkat," saya mendengar bisik-bisik yang agak keras (rupanya disengaja agar saya dapat mendengarnya), dari beberapa mahasiswa Pasca Sarjana. "Tentu saja singkat, karena itu adalah Kultum," kata saya. Menurut hemat saya, rekaman Kultum tersebut elok kiranya jika dipateri dalam kolom ini, dengan sedikit "dimekarkan" substansinya, namun "dipadatkan" secara redaksional. Dalam 24 jam, sekurang-kurangnya 17 kali ummat Islam bermohon kepada Allah: -- AHDNA ALSHRATH ALMSTQYM (S. ALFTht, 1:5), dibaca: ihdinash shira-thal mustaqi-m (s. alfa-tihah), artinya: Tunjukilah kami kepada Jalan yang Lurus. Dikatakan sekurang-kurangnya 17 kali, sebab di samping shalat wajib, ummat Islam yang shalat mengerjakan pula shalat sunnat. Allah SWT menjawab permohonan hambaNya itu dengan: -- DZLK ALKTB LA RYB FYH HDY LLMTQYN (S. ALBQRt 2:2), dibaca: dza-likal kita-bu la- rayba fi-hi hudal lilmuttaqiyn (s. albaqarah), artinya: Itulah Al Kitab tiada keraguan di dalamnya petunjuk bagi para muttaqin. Dalam ayat (2:2) ada tanda tiga titik (spt titik pada huruf 'tsa' dan 'syin') terletak diatas kata "RYB" dan "FYH". Tanda tiga titik diatas dua kata tsb dalam ayat (2:2) menunjukkan mu'jizat lughawiyah, yaitu ayat (2:2) dapat bermakna dua yg keduanya mempunyai keutamaan masing-masing. Ada dua cara dalam membaca ayat (2:2) tersebut, yaitu dapat berhenti pada kata RYB, dan dapat pula berhenti pada kata FYH. Kedua cara bacaan tersebut menghasilkan penekanan dalam bobot yang berbeda, namun yang satu dengan yang lain saling bersinergi, saling mengisi. Mari kita baca ayat (2:2): Cara yang pertama, berhenti pada kata RYB: Dza-likal kita-bu la- rayba, berhenti sebentar kemudian dilanjutkan dengan fi-hi hudal lil muttaqi-n. Kalau kita membaca serupa ini maka maknanya ialah: Itulah Al Kitab tiada keraguan, pernyataan tegas dari Allah bahwa Al Quran tiada keraguan sumbernya dari Allah SWT, kemudian dilanjutkan dengan: di dalamnya mengandung petunjuk bagi para muttaqin. Jadi cara membaca yang pertama ini bobotnya pada penegasan dari Allah SWT bahwa tiada keraguan bahwa Al Quran bersumber dari Allah SWT. Cara yang kedua, berhenti pada kata FYH: Dza-likal kita-bu la- rayba fi-hi, berhenti sebentar kemudian dilanjutkan dengan hudal lil muttaqi-n. Cara membaca yang kedua ini bermakna: Itulah Al Kitab tiada keraguan di dalamnya, menunjukkan bahwa tiada keraguan merupakan alat ukur bagi orang-orang taqwa dalam potongan ayat yang selanjutnya: petunjuk bagi para muttaqin. Jadi bobot cara pembacaan kedua ini ialah "tiada keraguan" adalah "alat ukur" mengenai ketaqwaan kita. Kita dapat mengukur ketaqwaan diri kita sendiri secara gradual haqqa tuqaatih (sebenar-benarnya taqwa) seberapa jauh qalbu kita istiqamah (konsisten, taat asas) kita setiap menghadapi pengambilan keputusan. Cara pembacaan pertama yang bobotnya pada tiada keraguan bahwa Al Quran itu bersumber dari Allah SWT, pada umumnya tidak ada masalah dalam kalangan ummat Islam. Saya pernah membaca novel, sudah lupa judul buku dan pengarangnya, seorang yang bergelimang dosa tidak ingin menyentuh mushhaf Al Quran, bahkan ia berteriak tatkala seorang mencoba memberikan kepadanya mushhaf Al Quran untuk dipegangnya. Alasannya? Al Quran terlalu suci untuk disentuhnya, berhubung ia penuh bergelimang dosa. Nantilah dia berani menyentuhnya apabila ia telah berhasil bertawbat. Ini contoh yang ekstrem, tetapi penulis novel itu menggambarkan bahwa seorang Muslim bagaimanapun bergelimang dengan dosa karena perbuatannya, ia masih tetap berkeyakinan tidak meragukan Al Quran itu bersumber dari Allah SWT. Namun pada cara pembacaan yang kedua yang bobotnya tidak meragukan isi Al Quran, masih bermasalah. Dalam hidup ini kita tidaklah sunyi dari berhadapan dengan masalah di mana kita harus mengambil keputusan, baik dalam ruang lingkup sekadar sebagai individu, maupun dalam ruang lingkup organisasi rumah tangga, kemasyarakatan dan negara. Yaitu sebagai Muslim dan Muslimah dalam hal yang berikut: sebagai kepala rumah tangga (suami), mahkota rumah tangga (isteri), sebagai pemompin organisasi sosial politik, sebagai birokrat, menteri ataupun presiden. Apakah kita senantiasa istiqamah memposisikan Al Quran itu di depan kita, yaitu dalam pengambilan keputusan senantiasa kita bertanya dahulu sebelumnya kepada Al Quran baru mengambil keputusan. Apakah akal kita ini secara istiqamah senantiasa kita tempatkan di bawah bimbingan wahyu. Apakah kita ini selalu istiqamah menjaga konfigurasi: Wahyu mengendalikan akal dan iman mengendalikam ilmu. Alhasil, apakah kita ini sudah bertaqwa, alat ukurnya jelas: tidak meragukan kebenaran Al Quran. Jadi kita dapat mengukur diri kita sendiri apakah qalbu kita ini berbolak balik samada taqwa atau tidak secara gradual. Dapatkah qalbu kita ini tidak bolak-balik, melainkan senantiasa istiqamah dalam sepanjang hidup kita, menempatkan Al Quran di depan kita, sebelum mengambil keputusan kita tanya dahulu Al Quran, sesudah itu barulah kita mengambil keputusan. Tidak seperti apa yang telah dilakukan oleh Menteri Sosial, tanda tangani dahulu itu Kuis berbau judi, tanpa bertanya kepada Al Quran. Kuis berbau judi itu baru ditunda untuk waktu yang tidak ditentukan oleh Menteri Sosial, setelah khalayak heboh dan Menteri Sosial mendapat surat dari Menko Kesra H.M.Yusuf Kalla. Jadi bahkan Muslim sekualitas Menteri Sosial, cara pembacaan yang kedua tersebut masih bermasalah baginya. WaLlahu a'lamu bisshawab. *** Makassar, 20 Juli 2003 [H.Muh.Nur Abdurrahman] MQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQQMQQMQMQQMQMQMQMQMQMQQMQ ----- Original Message ----- From: abdul latif To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Cc: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] Sent: Sunday, October 16, 2005 5:48 AM Subject: [wanita-muslimah] PERLUNYA MENGREFORMASI MEMAHAMI AJARAN2 ISLAM (Seri 10) PERLUNYA REFORMASI PEMAHAMAN AJARAN ISLAM.... AGAR UMAT ISLAM BISA BERJAYA KEMBALI. (Seri 10.) Sering kita mendengar di Mesdjid dan TV para khotip atau ulama2 berbicara "Marilah kita tingkatkan taqwa kita kepada Allah swt" Apa itu arti taqwa? Pada umumnya orang tidak mengetahui, termasuk saya sendiri dulunya. Cara berdakwah yang diberikan oleh para Khotip2 dan ulama2 tidak membuat para pendengar"Smart".Perlu kita perbaiki dan dijelaskan apa arti sesungguhnya taqwa itu. Inilah hasil renungan saya pada malam ke 10, semoga ada manfaatnya insya Allah. Assalamu'aliakum wr wb Bismilahirrahmanirrahiim Semoga Allah melindungi saya dari tipu daya Setan yang terkutuk Written by Taufikmalin. "Merenung lebih baik dari pada seribu shalat sunnat" Bulan puasa adalah bulan latihan yang intensive selama 30 hari berturut turut yang di wajibkan kepada manusia dari dulu sampai sekarang oleh penciptanya yaitu Allah swt.Dan juga disebut bulan renungan atau perbaikan cara beribadah kepada Allah swt. Hasil renungan malam sebelumnya seri 9; Allah memerintahkan kepada Rasulnya atau kepada kita umat islam,"untk berlaku adil kepada umat2 non islam, dan tegakan kebenaran walaupun pahit, Jauhilah rasa kebencian yang bersifat steriotype kepada umat Nasrani, yahudi dll, sebab sifat itu sangat buruk danmerugikan diri sendiri dan bangsa.Rasul memberi nasehat,"Barang siapa yang tidak mencintai manusia(nasrani, yahuydi dll) maka dia belum mencintai Allah swt.HR Tirmidzi Muslim. Hasil renungan saya tadi malam setelah shalat taraweh seri 10;Pada umumnya para ulama2 atau khotip2 mengartikan bahwa taqwa adalah takut kepada Allah swt. Kalau umat islam sudah menjalankan shalat 5 kali sehari, berpuasa dan naik haji, mereka sudah merasa bertaqwa kepada Allah dan sudah puas. Cara berdakwah dan beribadah seperti ini perlu di reformasi dan diperbaiki kalau ingin umat islam kita ini maju dan Smart . Sudah 60 tahun kita merdeka, umur saya juga sudah 60 tahun, saya melihat umat islam hidupnya makin lebih susah(miskin), lebih buruk, partai2 islam tidak bersatu malah makin pecah2. Golongan yang berkuasa menzolim golongan yang lemah. Nama Depag sudah tidak berwibawa lagi. Zaman Suharto golongan Arqam dibubarkan. Setelah Suharto turun, president Gusdur meghidupkan kembali Arqam. Sekarang MUI mengharamkan golongan Ahmadiah, Liberal dll. Nati kalau yang berkuasa diganti, MUI dibubarkan, saling bubar membubarkan demikian seterusnya. Jadi siapa yang berkuasa dialah yang akan menentukan golongan2 mana yang akan disesatkan dan kemudian di bubarkan.Nauzubillah. Inilah macam corak berpikir masarakat islam pada umumnya dari Afrika sampai Indonesia. Bermula datangnya dari Ulama2 Wahhabi di saudi Arabia. Penuh dengan tindakan kekerasan atas nama agama dan Allah swt. Kenapa ini terjadi, karena ada kesalahan atau kelemahan cara2 ulama2, guru2 dan orang tua kita mengajarkan taqwa atau pemahaman ajaran islam. Kalau tidak salah, tentu masarakat islam sudah maju, sejahtera, dan hidup yang berqualiti(taqwa) seperti negara2 Japan, Singapore apalagi Amerika. Sesungguhnya ciri2 orang yang bertaqwa itu adalah; 1.Orang yang dapat merasakan cinta Allah, kasih sayang Allah yang tidak ada batasnya, dan dapat merasakan keberadaan Allah di sisinya setiap hari. Olah karena itu ia pun mencintai Allah dengan sepunuh hati, raga dan sepanjang waktu dengan mengikuti semua perintah2 Allah dengan baik. 2. Orang yang mencintai Allah sangat ikhlas dan rajin mengerjakan apa apa yang disuruh oleh Allah dan menghentikan apa apa yang dilarang oleh Allah. Rajin memnuntut ilmu dan bekerja. 3. Hasil atau buah dari orang bertaqwa itu hidupnya sangat berquality tinggi, karena Allah sayang dan percaya kepadanya dan kemudian diberi tanggung jawab yang besar. Orang yang mendapat kepercayaan dan tanggung jawab akan mendapat rezeki yang banyak dari sumber yang banyak seperti Allah katakan dibawah ini. "Orang orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, Allah akan berikan rezeki dari sumber yang tidak diduga duga."Qs.65:3 . Misalnya Allah mempercayakan dia mendirikan sebuah fabrik kertas, atau superMie, atau alat kedokteran, trasportasi dll maka ribuan pemuda2 yang bisa bekerja dan menerima gaji sebagai buahnya. Makin dipercaya oleh Allah makin banyak fabrik2, sekolah2 atau rumah2 sakit yang dibuatnya dan semua akan memberikan buah2 taqwa kepada masarakat sekelilingnya. Orang yang bertaqwa yang dipecaya oleh Allah hidupnya berquality, bersih, displin, sopan santun,pemurah, disenangi dan dihormati, rezekinya banyak mengalir dari bermacam sumber (fabrik2), tapi dia hidup sederhana tidak berfoya foya, pemurah, rezeki dan waktunya sangat bermanfaat untuk orang banyak dan diniatkannya karena Allah semata mata. Dia yakin bahwa semua itu didapatnya karena kepercayaan dari Allah dan semua itu adalah milik Allah. Contoh yang paling dekat yang dapat memenuhi qualifikasi taqwa adalah Aa Gym dan Abuya Ashaari at Tamimi(Arqam). Atas cinta dan kepercayaan dari Allah kedua dua hamba Allah ini sukses membangun masarakat yang sejahtera, membuka lapangan kerja yang banyak untuk orang2 sekelilingnya. Kedua hamba Allah ini rezeki banyak dari sumber2 usahanya yang banyak, akhlaq nya mulia, hidup sederhana, dan pemurah. Tidak mau menyesatkan golongan orang lain atau mengkafirkan orang lain dsb. Jadi kesimpulan. Ciri2 orang yang betaqwa itu adalah hidup yang berquality, sejahtera, damai, dermawan, bersih perbuatan2 dan bersih ucapan2nya, hidup yang berdisiplin, rajin bekerja dan belajar dll. Atau dengan kata lain orang2 miskin walaupun ia beriman dan berbudi baik tapi belum lagi dipercaya oleh Allah artinya belum lagi orang yang bertaqwa, karena waktu dan karya2nya tidak banyak untuk masarakat. "Seperti buah mangga yang tidak berbuah" Motto orang betaqwa," Uang adalah buah dari iman dan Taqwa bagi orang Islam. Time is money, bagi orang2 Barat, Uang adalah Tuhan bagi sebahagian orang China, Uang adalah alat pengabdian bagi Japan. Saya mengajak kepada pemuda2 islam, marilah kita tingkatkan taqwa, artinya mari kita tingkatkan quality hidup kita dan mari kita berdoa semoga Allah memberi kepercayaan yang lebih besar kepada masing2 kita agar buah dari hidup kita yang sekali ini banyak berbuah manis untuk keluarga dan masarakat. Rasul bersabda; Kalau orang sudah meninggal dunia yang akan dapat mempercepat atau menolong dia masuk syurga kalau dia meninggalkan 3 hal yaitu. 1. Meninggalkan anak2 yang saleh atau bertaqwa. 2. Meninggalkan buku2 berisi ilmu yang bermanfaat untuk kemajuan masarakat. 3 Meninggalkan karya2nya misalhnya; Mesdjid, sekolah2, rumah sakit, fabrik2, dan alat2 yang bermanfaat untuk masarakat . Lihatlah masarakat Japan yang islami dan bukan orang2 islam, karya2nya banyak sekali, inilah yang mesti kita tiru, sesungguhnya orang2 muslimlah yang pantas menerima kepercayaan dari Allah untuk membangun dan mengolah bahan2 baku yang diberikan oleh Allah, tapi karena ulama2 islam saling bertengkar, tidak mau saling hormat menghormati satu sama lain, tuduh menuduh, bahkan saling berperang, maka Allah memindahkan tanggung jawab dan kepercayaan kepada umat non islam yang hidupnya lebih aman dan harmonis satu sama lain, untuk waktu sekarang ini sampai umat Islam sudah sadar dan insyaf apa artinya taqwa itu, maka Allah dengan mudah memindahkan kepercayaanNYa kepada umat Islam yang sudah diberi nama oleh Allah umat yang mulia.Insya Allah. Wahai pemuda2 islam bangkitlah dan sadarlah tanpa reformasi pemahaman2 ajaran islam, umat islam tidak akan mungkin akan berjaya kembali. Kalau pemuda2 islam tidak mau mengreformasi, maka umat islam akan manjadi umat yang lebih buruk dari generasai saya...Percayalah kepada renungan saya dan data2 yang kita lihat selama 60 tahun terakhir ini. Demikian hasil renungan saya semoga ada manfaatnya bagi kita semua, terimakasih. wassalamu'alaikum wr wb --------------------------------- Yahoo! Music Unlimited - Access over 1 million songs. Try it free. [Non-text portions of this message have been removed] Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... -------------------------------------------------------------------------------- YAHOO! GROUPS LINKS a.. Visit your group "wanita-muslimah" on the web. b.. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] c.. Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. -------------------------------------------------------------------------------- [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Click here to rescue a little child from a life of poverty. http://us.click.yahoo.com/rAWabB/gYnLAA/i1hLAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/