A) Mas Ayeye, saya usul agar usulan bisa direalisasikan: setiap wacana yang
hendak digulirkan harus dibahas secara matang untung ruginya. Bila dari
pembahasan tersebut kesimpulannya: mudaratnya lebih besar. Maka, usulan
tersebut dicabut saja.
B) Makanya usulan deposit itu perlu dibahas sematang
Mas Dana,
Tidak ada praktik tidak berarti tidak boleh ada. :-)
Sudah saya katakan, deposit tidak untuk menjual atau jualan perempuan. Silakan
baca uraian saya sebelum-sebelumnya. Deposit hanya sekadar "jaminan", jadi
bukan untuk KAS negara.
Semoga semua penjelasan saya tidak dibuang begitu saj
Saya terima penjelasan sampeyan Mas Ayeye. Tapi ada perbedaan maqesut antara
saya dan sampeyan.
1) Menurut saya, deposit sebesar 500 jt itu jangan langsung ditolak, tapi
dikaji dengan jernih besarnya dan siapa yang diwajibkan. Di awal diskusi saya
sudah menyebut bahwa 500 jt itu terlalu besar d
Mbak Mia,
Seharusnya kita berpikir "one by one". Ada muth'ah, sirri, kompol kebo and ing
eng itu masing-masing harus mendapatkan penanganannya. Kontrol reproduksi ya
harus melalui KB, jangan disamakan dengan "usaha memberikan perlindungan".
Lembaga juga jangan disamakan dengan "patriarki".
Kal
Mas Ayeye, dari awal saya sepakat dengan argumen yang disampaikan Mas Ayeye.
Yang perlu dibahas di sini saya kira bukan peniadaan depositnya. Justru
bagaimana deposit itu bisa efektif untuk memberikan perlindungan bagi yang
lemah. Yang saya maksud yang lemah ialah "kasunyataan" yaitu pihak perem
Terima kasih atas tanggapan Mas Ayeye. Tapi, saya ingin menanggapi lebih lanjut
dengan mengurai paragraf-paragraf sanggahan Mas Ayeye.
Ayeye: "Masalahnya, semestinya kita tidak mengkompensasikan, apalagi
menghilangkan, hal negatif
yang bersifat umum ini dengan membebani atau menghukum hanya p
kenapa yaa cinta antar bangsa selalu kebentur dgn mslh hukum..apalg skrg ini co
wna kudu byr 500jt utk nikah ma ce wni(kesannya ce wni jd komoditi perjual beli
deh)..sama aja mempersulit dunk..knp yaa ga permudah aja...
bs2 ntar ce wni berubah status jd ce wna n tinggal di luar negri deh..pgnnya
Apa yang disampaikan Mas Ayeye, tentu saya setuju. Hanya saja ada titik tolak
yang berbeda antara saya dan Mas Ayeye. Jika Mas Ayeye bertitik tolak dari
pandangan, saya bertitik tolak dari pelaksanaan. Karena saya melihat kata
"bias" itu berhubungan dengan amalan/kerja/tindakan/praktik maka masa
Bias gender itu bisa disebut kalau suatu tindakan merugikan perempuan. Ada
istilah "bias gender" karena selama ini perempuan merupakan pihak yang paling
mudah dirugikan atau dizalimi. Nanti, kalau posisi laki-laki yang selalu
dirugikan, ya tentu akan muncul bias gender terhadap laki-laki. Namun,