Mas Chodjim, Khusus soal labelisasi HALAL a la MUI, saya sejak lama merasa aneh karena kan yang halal itu justru sangat banyak daripada yang halal. Mengapa tidak mempermudah semua pihak saja dengan cara labelisasi HARAM. Ini sangat cost-effective dan tidak menimbulkan bau yang aneh kan, mas?
Entah juga alasan formal MUI untuk tdk menerbitkan sertifikasi HARAM. Kalo salah satu alasannya krn Dewan Pengawas Dunia untuk sertifikasi halal, wah jelas nda pas kan dewan itu sebenarnya lebih ke mengawasi tempat yang penduduknya minoritas muslim, spt Amerika dan Eropah. Buat yang jelas mayoritas muslim spt Indonesia yang cocok ya label HARAM daripada HALAL. salam, satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Achmad Chodjim" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mas Jano ko, > Percuma saja ya saya mengutipkan hadis yang menyebutkan bahwa ulama itu kepercayaan Rasul selama tidak terlibat dalam kekuasaan dan kesenangan duniawi. Baca lagi, Mas. > > Makanya, peran ulama itu mendidik agar umat tahu halal dan haram dengan benar. Umat yang benar tinggal baca bahan-bahan yang tercantum dalam kemasan. Dan, itu kerjaan ulil amri! Bila dalam bahannya terulis mengandung babi, ya yang Islam tak perlu mengkonsumsinya. Kan begicuuuu.... > > Kalau ulama sudah terlibat kekuasaan dengan memberi label "halal" bagi makanan, jadinya rawan korupsi. Jangan dipelintir terus, ya... > > Siapa yang menjamin proyek label haram itu suci? Mosok see sampeyan tak mencium baunya. Bayangkan saja bagaimana ribuan jenis makanan harus mendapatkan "label halal" dengan cepat. Untuk menguji kehalalan satu jenis makanan saja, perlu waktu; apalagi puluhan ribu makanan. Bagaimana untuk cepat mendapatkan label haram? hehehe...... > > Makanya, saya sarankan mas Jano ko banyak tahajud dan mengaji makrifat dengan benar, supaya tidak hanya dapat kulitnya! > > Wassalam, > chodjim > > > > ----- Original Message ----- > From: jano ko > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Sent: Wednesday, June 27, 2007 7:15 PM > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Ukhuwah praktis ... atau teoritis alias OMDO? - mudheng > > > Pak Achmad : > > Lalu, di mana peran ulama? Ulama yang sebenarnya hanyalah pelita. Dengan pelita itu sebenarnya umat bisa menjumpai Rasulullah. Karena ulama itu hanya pelita, maka pro-aktif umatlah yang diperlukan. Tak ada ketaatan buat ulama. > > ------- > > Janoko : > > Saya ulang lagi apa yang dikatakan Pak Achmad diatas. > Lalu peranan MUI ( Majelis Ulama Indonesia ) itu dimana pak ? > > Ada beberapa produk buatan saya yang mempunyai sertifikat halal yang dikeluarkan oleh MUI, lalu njok kepiye legalitas sertifikat halal dari produk saya kalau apa yang dikatakan pak Achmad itu...... ? > > Masih engga mudheng > > Wassalam > > --oo0oo-- > > Achmad Chodjim <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Nuwun sewu, Mas Jano ko supados balik sekolah malih teng SD. Mosok nggak bisa mengerti sebuah paragraf tuturan. Mana ada kalimat dari saya yang memerintah sampiyan taat kepada saya? > > Wassalam, > chodjim > > ----- Original Message ----- > From: jano ko > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Sent: Wednesday, June 27, 2007 9:11 AM > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Ukhuwah praktis ... atau teoritis alias OMDO? - mudheng > > Pak Achmad : > > Betul, Mas Jano ko. Janganlah taati kata-kata saya bila belum mudeng. Kalau menaati sesuatu yang belum dimudengi itu namanya menaati berhala. > ---------------------------------------------------------- > > Janoko : > > Jadi, kalau saya sudah mudheng, berarti saya bisa dan boleh taat kepada pak Achmad, begitu pak ? > > Wassalam > > --oo0oo-- > > Achmad Chodjim <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Betul, Mas Jano ko. Janganlah taati kata-kata saya bila belum mudeng. Kalau menaati sesuatu yang belum dimudengi itu namanya menaati berhala. > > Makanya di Alquran tak ada satu ayat pun untuk menaati ulama. Bahkan ada kelompok yang memandang ulama-ulama dan rahib-rahibnya sebagai pengganti Tuhan atau telah dijadikan ilah selain Allah. Baca QS 9:31. > > Karena ulama itu sebagai pelita, bawalah pelita itu untuk menerangi jalan, dan jadikan Alquran dan Sunnah Nabi sebagai "peta". jadi, lengkaplah, ada peta jalan ada lampunya. Agar tidak keliru dalam membaca peta, maka mohonlah petunjuk kepada ALLAH dan Rasul-Nya (sebagai wasilah). > > Wassalam, > chodjim > > ----- Original Message ----- > From: jano ko > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Sent: Tuesday, June 26, 2007 9:59 PM > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Ukhuwah praktis ... atau teoritis alias OMDO? - mudheng > > Pak Achmad : > > Lalu, di mana peran ulama? Ulama yang sebenarnya hanyalah pelita. Dengan pelita itu sebenarnya umat bisa menjumpai Rasulullah. Karena ulama itu hanya pelita, maka pro-aktif umatlah yang diperlukan. Tak ada ketaatan buat ulama. > > ---------------------------------------------------------- > > Janoko : > > Janoko belum mudeng, apakah Pak Achmad bermaksud mengatakan "jangan taati" kata-kata Pak Achmad ?, maaf lho, saya betul-betul engga mudheng. > > Punten-punten and punten. > > Wassalam > > --oo0oo-- > > Achmad Chodjim <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Mas Wikan, > > Di dalam Alquran dinyatakan bahwa ketaatan itu hanya kepada Allah dan kepada Rasul-Nya. Lalu, ketaatan berikutnya kepada ulil amri -- jika dan hanya jika-- ulil amri itu sendiri taat kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya. > > Pernyataan di atas dituangkan dalam QS 4:59. Sayangnya, taat kepada Allah ini dipelintir menjadi taat kepada Alquran, dan taat kepada Rasul-Nya dipelintir menjadi taat kepada al-Sunnah. Jadi, Allah Yang Maha Hidup itu sudah sejak lama tidak dianggap hidup lagi oleh umat, makanya Allah diturunkan derajatnya hanya sebagai Alquran. Padahal, kalau ditanya tentang rukun iman, ada rukun untuk mengimani Allah dan ada rukun untuk mengimani kitab-kitab-Nya (QS 2:177). > > Demikian juga ketaatan kepada Rasul Allah, kepada Kanjeng Nabi Muhammad, lha koq diturunkan derajatnya hanya taat kepada al-Sunnah. Kita lupa bahwa Rasul itu tetap hidup (QS 2:154, 3:169-171). Bukankah dalam tasyahud ada ucapan "assalaamu 'alayka ayyuhan nabiyyu wa rahmatullahi wa barakaatuh, assalaamu 'alayna wa 'alaa ibadillaahis shaalihiin?" Jadi, ucapan salam itu ditujukan kepada yang hidup dan yang disetarakan dengan orang yang mengucapkannya. > > Alquran itu adalah kitab tempat kita merujuk atau mengambil rujukan, jadi bukan tempat taat. Sedangkan petunjuk yaa harus kita peroleh langsung dari Tuhan, makanya ada "ihdinaash shiraathal mustaqiim". Nah, kalau kita ditunjukkan oleh Tuhan, maka kita akan bisa melihat rujukannya, dan kita bisa menemukan ayatnya, lalu kita sambil mengangguk-angguk..... oh ini ayatnya. Bukankah hakikat ayat- ayat Alquran itu ada di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu? (QS 29:49). > > Rasulullah yang sudah tidak berbadan fisik ini tetap hidup. Jasad fisik tak mampu lagi menampung Ruh Rasullullah, makanya secara fisikal beliau hanya 63 tahun. Karena tetap hidup itu maka Rasul menjadi saksi dan tetap menerangi (QS 33:45-46). Lha, kalau Muhammad mati secara total (lahir dan batin) yaa beliau tak pernah bisa menjadi saksi, apalagi menerangi. Jadi, hanya yang hidup yang bisa menjadi saksi dan menerangi, sedangkan mayit ya tak bisa apa-apa. > > Lalu, di mana peran ulama? Ulama yang sebenarnya hanyalah pelita. Dengan pelita itu sebenarnya umat bisa menjumpai Rasulullah. Karena ulama itu hanya pelita, maka pro-aktif umatlah yang diperlukan. Tak ada ketaatan buat ulama. Ini sesuai dengan hadis Nabi yang menyebutkan bahwa "tak ada sistem kependetaan dalam Islam". Saya perbesar "TAK ADA SISTEM KEPENDETAAN DALAM ISLAM". Jadi, ulama yang mentukan ini dan itu buat umatnya tak dikenal dalam Islam. Yang mentukan ini dan itu dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat adalah ulil amri yang dalam istilah sekarang dapat disamakan dengan aparat pemerintahan. > > Lha, al-Sunnah itu merupakan rujukan sekonder bila kita tak mendapatkan rujukan dari Alquran. > > Matur suwun, > > Salam, > chodjim > > ----- Original Message ----- > From: Wikan Danar Sunindyo > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Sent: Monday, June 25, 2007 7:34 PM > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Ukhuwah praktis ... atau teoritis alias OMDO? > > nambahin Pak Dana ... > apa fenomena orang menyerahkan segala urusan kepada ulama juga > merupakan bukti "kemalasan" berpikir umat pada umumnya, sehingga > mereka tidak mau ambil resiko. serahkan saja pada ulama untuk > memikirkan, kalau tar ditanya di akhirat, tinggal salahin aja ulamanya > (yang mana sebenarnya tidak bisa begitu juga, karena semua orang akan > dimintai pertanggungjawaban masing2 satu persatu). > > di sisi lain, kok ya ulama ini kayak yang segala tahu ya? segala macam > dibahas dan dijawab. kalau dalam dunia kedokteran orang tahu ada > spesialisasinya. dan dokter bisa bilang, tidak ... ini bukan bidang > saya, silakan tanya ke orang lain yang lebih ahli. kira-kira ada gak > ya ulama yang berkata begitu? berkata tidak pada masalah yang tidak > dikuasainya. > > salam > -- > wikan > http://wikan.multiply.com > > On 6/25/07, Dan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Sebenarnya yg kita bahas di milis kebanyakan adalah permasalahan yg > > berdomisili dalam kaidah muamalah, yaitu oleh Allah sendiri dianjurkan > > utk diselesaikan secara musyawarah. > > > > Yg saya khawatir ialah bahwa yg sebenarnya kaidah muamalah itu > > difait-accompli sebagai kaidah ibadah sehingga ruang gerak utk > > memusyawahkannya dan mengijtihadkan jadi terbatas dan penentu akhirnya > > selalu suatu fatwa dari ulama. Dalam dinamika masyarakat modern dg > > berbagai ragam kepentingan, keahlian dan jalan hidup, saya rasa ulama > > tidak lagi berkompeten utk memberikan suatu fatwa dalam semua aspek > > kehidupan. > > [Non-text portions of this message have been removed] > > Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com > > [Non-text portions of this message have been removed] > > [Non-text portions of this message have been removed] > > Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com > > [Non-text portions of this message have been removed] > > [Non-text portions of this message have been removed] > > Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] >