Pak Aly,
Hati-hati .... sebaiknya jangan terpancing atau terprovokasi .... 
jangan sampai jatuhnya malah "mubazir" .
Bukankah ada pesan Rasulullah : saat tangan kanan memberi, tangan kiri nggak
boleh tahu lho ....
juga, tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah ....

Salam kebajikan ..

Flora

-----------------------------

Re: Wisata ke Arab 
Posted by: "Muhammad Aly" [EMAIL PROTECTED] 
Sat Mar 10, 2007 4:28 am (PST) 
baru mau wisata yg kedua kok...menambah wawasan
loh...kdng sy berfikir hebat gurun pasir gersang tapi
bisa makmur..sementara kita hijau kok tambah byk org2
susah.. wah ternyata sistem yg dibangun di arab2 maju
memang bagus dan tdk dikorupsi spt diindonesia.

suka juga jalan2 di negeri sendiri apalagi sebelum py
anak wah mantep jalan2 pakai bus di dlm negeri....yg
lebih mantep lagi kalau jurusan
JKT-bandung-tasik-ciamis..pk bus malam

mhs & mhsi di bus mlm byk yg dating... gak
malu2..kelonan weleh3...generasi skrng...kenek pun sdh
memakluminya.. mungkin si kenek bilang... sdh jamannya
ala barat mas... 

Nginep di hotel2 indonesia itu kdng ngeri juga ya..
hati2 ada yg menaruh kamera di kmr tidur/kmr mandi.. 

Tugas saling membantu sesama adalah tugas kita
bersama.. alhamdulillah sdh bisa membantu walah
alakadarnya spt gajian bulan Feb 2007; membantu spp 5
anak sekolah yg yatim tdk mampu 250Rb [EMAIL PROTECTED],
beli beras org2 yg tdk mampu disekeliling sy yg
terdekat...alhamdulillah menyempatkan walau sekeping
dua keping dari gaji perusahaan asing.

slm,
--- Aisha <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Pak Ali,
> Berkelana Saudi-Qatar lagi? Jika pakai kata lagi,
> sudah lebih dari sekali ya pak? Apa betul jika kita
> berulang kali wisata ke sana, lalu kabupaten atau
> kota tempat kita tinggal akan menjadi seperti tempat
> wisata kita?
> 
> Tidak berminat untuk jadi wisatawan dalam negeri?
> Misalnya ke Bali, beda lho kondisi di sana sebelum
> dan sesudah bom Bali itu, turisnya menurun dan
> otomatis pendapatan keluarga yang berasal dari
> produk atau jasa seperti baju batik, cenderamata,
> kaos, makanan, dll juga berkurang banyak. Saat kita
> melongokkan kepala dari kendaraan atau baru membuka
> pintu kendaraan, penjaja banyak barang itu berebut
> menawarkan dagangannya, dan mereka masih
> kanak-kanak. Banyak dari mereka bukan penduduk asli,
> tapi dari kota-kota lainnya dari pulau Jawa. Ada
> juga ibu-ibu asal Jatim yang sambil menggendong anak
> kecil jualan taplak meja, dia istri dari korban bom
> Bali, tadinya dia tidak bekerja dan hanya mengurus
> anak-anaknya saja. Tapi sejak suaminya yang sedang
> mencari tiket untuk bossnya dan meninggal karena
> terkena bom, dia harus berjuang sendiri memberi
> makan anak-anaknya, dia tidak pulang ke kampungnya
> karena tidak punya tempat tinggal dan hanya ada
> orang tua yang juga sama miskinnya, itu sebabnya dia
> dan suami dengan anak-anaknya ke Bali untuk bekerja.
> Jika pak Ali wisata ke Bali, mungkin bisa menolong
> orang-orang seperti ibu ini dengan membeli makanan,
> kaos, dll dari mereka. Tapi kalau berulang kali ke
> Qatar, Saudi, dll, apakah itu malah tidak memperkaya
> mereka yang sudah kaya, sementara orang yang
> sebangsa atau malah yang seagama di sini dibiarkan
> tetap miskin?
> 
> Saya rasa banyak tempat wisata yang bagus di dalam
> negeri, atau malah berwisata ke tempat bencana
> supaya hati kita lebih lembut melihat penderitaan
> sesama dan bisa bersyukur dengan cara membelanjakan
> rezeki yang kita dapat untuk membantu mereka,
> bukankah saat kita di alam barzakh setelah meninggal
> nanti, akan ada pertanyaan tentang kekayaan kita,
> tidak saja pertanyaan tentang DARIMANA harta kita
> berasal tapi juga BAGAIMANA cara kita menggunakan
> kekayaan tersebut?
> 
> Bisa dimengerti jika wisata ke Saudi Qatar itu untuk
> pertama kalinya, tapi kalau berulang kali, kok
> rasanya sayang ya? Kenapa tidak untuk beribadah haji
> atau umroh misalnya, atau memberi beasiswa atau
> menjadi bapak asuh untuk anak-anak pandai tapi
> miskin? Atau membiayai operasi kaum miskin yang
> lebih memerlukan supaya badan mereka sehat dan bisa
> membiayai hidupnya sendiri. Kalau kita beberapa jam
> saja melihat tv, saat ini begitu banyak bencana alam
> dan kecelakaan yang mengakibatkan orang miskin
> tambah miskin terpampang jelas di layar tv. Bukankah
> dari setiap rezeki yang kita dapatkan ada bagian
> untuk kaum dhuafa?
> 
> salam
> Aisha

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke