Valention day ini sudah lama diadakan, kalau di Filipnina sduah puluhan tahun, 
tetapi tidak dirayakan secara global. Komersialisme yang dengan "aggresive 
marketing" dalam era globalisasi dagang perusahaan mnc maka di rayakan di 
berbagai pelosok dunia. Di Swedia baru dua atau 3 tahun terakhir ini banyak 
dihebohkan dengan adpertensi choklat, bunga dsb. Tidak ada hubungan dengan 
agama apa, hanya dagang yang maju.

Di Indonesia dirubutkan seperti dunia mau kiamat.  


  ----- Original Message ----- 
  From: noni marlini 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, February 19, 2008 2:30 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Valentine’s Day dan Islam 


  http://www.myrmnews.com/indexframe.php?url=situsberita/index.php?pilih=gazebo
  Kamis, 14 Februari 2008, 08:27:57 WIB
  Valentine’s Day dan Islam 

  Oleh: Buya Abdul Aziz Aru Bone

  Perayaan Valentine’s Day yang jatuh pada setiap 14 Februari menjadi tradisi 
banyak orang di berbagai belahan dunia untuk merayakan perwujudan cinta erotis 
(meminjam istilah Eric Fromm dalam the Art of Loving) bersama orang-orang yang 
dicintai. Tradisi ini pun jamak ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. 

  Sebagai momentum merayakan cinta erotis, maka Valentine’s Day bukan hanya 
dirayakan oleh sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Namun juga perayaan 
cinta kasih terhadap sesama, pasangan suami istri, orangtua anak, kakak 
terhadap adik dan seterusnya. 

  Meski Valentine’s Day telah menjadi tradisi mendunia, tetapi beberapa 
kelompok keislaman di sejumlah negara berpenduduk mayoritas muslim melarang 
perayaan Valentine’s Day. 

  Reuters memberitakan, polisi syariah Arab Saudi melarang peredaran mawar 
merah di Valentine’s Day (Kompas.com, Selasa, 12 Februari 2008). Bahkan siang 
ini (Rabu, 13 Februari 2008, sekitar pukul 11.00 WIB), program infotainment 
SILET di stasiun televisi RCTI juga menayangkan pernyataan Ketua MUI Umar 
Shihab yang mengharamkan perayaan Valentine’s Day. 

  Dalam pelarangan tersebut, Umar Shihab menggunakan argumen yang kerap 
diulang-ulang. Pertama, Islam melarang jalinan cinta erotis antara dua insan 
berlainan jenis kelamin di luar ikatan pernikahan (Umar Shihab menyebutnya 
pacaran). Kedua, perayaan Valentine’s Day bukahlah tradisi Islam, melainkan 
Katolik Roma (baca: Kristen). Karena itu, adalah sebuah kesesatan jika kaum 
muslimin merayakan tradisi Valentine’s Day, karena merayakannya berarti 
membenarkan ajaran Kristen. 

  *** 

  Menurut saya, adalah sama sekali tidak berdasar jika dikatakan, Islam 
melarang umatnya berpacaran, jika term pacaran didefinisikan sebagai, sebuah 
komitmen cinta erotis dua anak manusia berlainan jenis kelamin sebagai fase 
saling mengenal dengan niat melembagakan hubungan cinta dalam mahligai 
pernikahan. 

  Karena jika yang dilarang oleh agama adalah perbuatan asusila (baca: 
kemaksiatan) , maka sama sekali tidak berdasar jika dijadikan pertimbangan 
untuk melarang berpacaran, lantaran berpacaran tidak identik dengan berbuat 
maksiat. 

  Lebih dari itu, pengharaman terhadap jalinan cinta erotis justeru 
bertentangan dengan kemanusiaan dan tujuan Allah menciptakan cinta erotis pada 
perasaan tiap kita seperti yang Allah memproklamerkan dalam Al Qur’an –saya 
terjemahkan- : 

  “Dan dari tanda-tanda kebesaran-Nya, Dia menciptakan kamu berpasangan dari 
jenis mu sendiri. Agar kamu merasa tenteram dengan pasangan mu. Dan Dia 
menjadikan antara kalian rasa kasih dan sayang (cinta). Sesungguhnya pada yang 
demikian itu, terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.” 
(Ar Rum ayat 21). 

  Tidak itu saja, Islam juga secara aktif mengabadikan kisah cinta erotis para 
tokohnya dalam tradisi maupun kitab suci. Dalam tradisi Islam, kita dikenalkan 
dengan kisah tragedi cinta erotis putera-puteri Nabi Adam dan Siti Hawa, yakni, 
kisah konflik asmara antara Habil dan Qobil yang bersaing memperebutkan cinta 
saudari perempuan mereka. 

  Al-Qur’an juga mengabadikan kisah cinta erotis Zulekha terhadap Nabi Yusuf. 
Dalam untaian kehidupan Rasulullah Muhammad pun, para ulama dalam rentang 
sejarah Islam tak pernah alpa menyebutkan besarnya rasa cinta erotis Siti 
Khadijah Al-Kubra terhadap Nabi Muhammad. Bahkan kepergian Khadijah yang mulia 
ke haribaan Ilahi mendapat sebutan khusus dalam sejarah Islam sebagai ’Aamul 
Khuzni, tahun duka cita. 

  Para sejarawan muslim juga mengabadikan kisah cinta erotis para putri Nabi. 
Diantara yang paling banyak dirujuk adalah kisah cinta erotis Siti Fatimah 
dengan Sayyidina Ali Ibn Abi Tholib. 

  Saya kira, peran aktif Islam (demikian juga agama-agama besar lain) dalam 
mengabadikan kisah cinta erotis para tokohnya, selain untuk menegaskan agama 
tersebut sebagai agama cinta dan kasih saying dan tidak melarang umatnya 
menjalin cinta, juga karena kisah cinta erotis para tokoh agama tersebut 
memberikan daya dorong dan kontribusi besar dalam pengembangan agama. 

  Karenanya, sekali lagi, adalah sama sekali tidak berdasar jika MUI 
mengharamkan jalinan cinta erotis (pacaran), asalkan sepanjang tidak melakukan 
tindakan-tindakan kemaksiatan. Bahkan, jikapun terjadi tindakan kemaksiatan, 
maka yang diharamkan adalah kemaksiatannya, bukan komitmen cinta erotis yang 
dijalin dua insan. 

  *** 
  Selanjutnya, apakah merayakan Valentine’s Day berarti membenarkan ajaran 
Kristen? Pun apakah umat Islam boleh mengadopsi dan mengadaptasi tradisi 
Valentine’s Day untuk merayakan cinta erotisnya? 

  Tentu saja perayaan Valentine’s Day bukan berarti membenarkan ajaran Kristen 
karena Valentine’s Day tidak ada sangkut pautnya dengan Kristen sebagai agama. 
Valentine’s Day yang konon ditetapkan oleh Paus Gelasius pada 14 Febuari tahun 
496 M, awalnya adalah sebagai perayaan untuk memperingati perjuangan Santo 
Valentine dan para muda mudi yang hidup pada masanya. 

  Ada banyak versi awal mula kisah ini. Diantaranya, seperti yang saya telusuri 
melalui mesin pencari google.com, 200 tahun sebelum masa Paus Gelasius, Santo 
Valentine bersama rekannya Santo Marius secara diam-diam menentang Pemerintahan 
Kaisar Claudius II yang melarang pemuda menikah untuk menjaga performa perang 
pasukannya. 

  Karena tidak setuju, diam-diam Valentine tetap menikahkan setiap pasangan 
muda yang berniat untuk mengikat janji dalam sebuah perkawinan. Hal ini 
dilakukannya secara rahasia. Lambat laun, aksi Valentine tercium oleh Claudius 
II. Valentine harus menanggung perbuatannya. Ia dijatuhi hukuman mati. 

  Selama mendekam di balik jeruji besi menunggu hadirnya hari eksekusi, 
Valentine jatuh hati pada anak gadis seorang sipir penjara. Gadis yang 
dikasihinya itu senantiasa setia menjenguk Valentine di penjara. Tragisnya, 
sebelum ajal tiba, Valentine menorehkan sebuah surat untuk sang gadis. Ada tiga 
buah kata yang tertulis sebagai tanda tangannya di akhir surat dan menjadi 
populer hingga saat ini, yang dalam Bahasa Inggris kerap ditulis menjadi ‘From 
Your Valentine.’ 

  Dengan demikian, maka perayaan Valentine’s Day pada awalnya adalah perayaan 
perjuangan hak-hak kemanusiaan, seperti, hak mencintai, hak dicintai, hak 
menikah atau hak berkeluarga, hak memiliki keturunan, serta tidak ada kaitannya 
dengan aqidah Kristen sebagai agama. Karena itu, sama sekali tidak berdasar 
jika umat Islam diharamkan merayakannya. 

  Apalagi, dalam perjalanan waktu berabad-abad hingga kini dan melalui proses 
adopsi dan adaptasi tradisi, tradisi Valentine’s Day bukan lagi hanya milik 
masyarakat Romawi kuno atau Kristen semata, tetapi telah menjadi milik 
masyarakat dunia. 
  Saya rasa, adalah merupakan hal baik jika umat Islam juga turut mengadopsi 
dan mengadaptasi tradisi Valentine’s Day untuk merayakan cinta kasihnya 
terhadap kekasih, suami istri, orangtua, anak, kakak terhadap adik dan 
seterusnya. 

  Selain untuk meneguhkan Islam sebagai agama cinta dan kasih sayang, langkah 
adopsi dan adaptasi tradisi Valentine’s Day, semakin menemukan relevansinya di 
tengah hubungan antar umat beragama yang kerap tegang dan bertikai di Indonesia 
maupun di dunia internasional. Langkah ini guna menghadirkan Islam sebagai 
agama dan tradisi terbuka yang siap disandingkan serta didialogkan dengan 
tradisi-tradisi besar lain sebagai artikulasi Islam agama rahmatan lil alamin. 

  Bukankah adopsi dan adaptasi tradisi dari luar Islam oleh generasi Islam 
klasik dahulu telah terbukti mampu mengantarkan peradaban Islam klasik 
sedemikian maju dan gemilang, hingga pernah menjadi adi kuasa dunia sebelum 
masa Eropa modern. 

  Berbagai perkembangan displin keilmuan Islam klasik, seperti, Ushul Fiqh, 
Tawasuf, Ilm Kalam, cabang ilmu-ilmu Hadist, ‘Ilm Tibb, ‘Ilm Falak, Fiqh, Fiqh 
Siyasah, ‘Ilm Mantiq dan lain-lain, hanya dapat terjadi setelah generasi Islam 
klasik yang memiliki percaya diri dan kreatifitas tinggi menyerap, mengadopsi 
dan mendaptasi tradisi Filsafat Helenisme. 

  Jika generasi muslim pendahulu kita memiliki kepercayaan diri tinggi yang 
disertai keativitas untuk menempatkan Islam sebagai tradisi terbuka yang siap 
didialogkan dan disandingkan dengan tradisi di luar Islam, mengapa generasi 
muslim pasca kolonial bersikap sebaliknya? 

  Saya rasa, sikap menempatkan Islam sebagai tradisi tertutup, seperti, yang 
ditunjukan MUI dan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi, hanyalah lahir pasca era 
kolonial Eropa (Kristen). Era panjang kolonial Eropa (Kristen) di negara-negara 
mayoritas muslim telah melahirkan sindrom pasca kolonial yang menempatkan Barat 
(Kristen) sebagai musuh dan ancaman bagi tradisi Islam. 

  Dalam konteks Valentine’s Day, sindrom tersebut menempatkan perayaan itu 
sebagai bentuk dominasi dan invasi kultural Barat (Kristen) yang mengikis 
kepercayaan umat terhadap validitas ajaran Islam. Selain terhadap tradisi 
Valentine’s Day, sikap serupa juga dialamatkan terhadap tradisi-tradisi Barat 
yang lain, seperti, demokrasi, nation-state, komunisme, sekularisme, 
liberalisme. 

  Sikap inferioritas seperti ini selayaknya dibuang ke tong sampah sejarah, 
selain karena tidak relevan dengan kebutuhan pergaulan dunia kini, juga akan 
semakin menjerembabkan umat Islam dalam lumpur sejarah. Wallahu a’lam bi 
as-showab 

  (blog penulis: http://www.buyaku.blogspot.com/)




  ---------------------------------
  Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!

  [Non-text portions of this message have been removed]



   


------------------------------------------------------------------------------


  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG Free Edition. 
  Version: 7.5.516 / Virus Database: 269.20.7/1285 - Release Date: 2/18/2008 
5:50 AM


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke