Precedence: bulk Diterbitkan oleh Komunitas Informasi Terbuka PO Box 22202 London, SE5 8WU, United Kingdom E-mail: [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/xp Xpos, No 31/II/5-11 September 99 ------------------------------ Taufan Hunneman, Aktivis Forum Bersama Mahasiswa: "HABIBIE SUDAH KEHILANGAN LEGITIMASI" (DIALOG): Berita seputar skandal Bank Bali rutin menjadi laporan utama berbagai media massa. Berbeda dengan kasus berskala nasional lainnya, suara mahasiswa kali ini hampir seperti bunyi iklan mobil Panther, Nyaris tak terdengar. Padahal nama-nama yang terlibat dalam kasus ini menjejer tiga "Rudi". Termasuk Rudi Habibie yang oleh mahasiswa menjadi target penggulingan berikut setelah Soeharto. Taufan Hunneman salah seorang dedengkot Forum Bersama (Forbes), kelompok mahasiswa yang sepanjang tahun 1998 lalu gencar menuntut turunnya rezim status quo, kepada Xpos mengungkapkan alasan-alasan sikap "Panther" mahasiswa. Berikut petikan percakapan dengan mahasiswa yang selama liburan kuliah magang sebagai teller money changer di kawasan Sudirman akhir Agustus lalu: T: Anda mengikuti skandal Bank Bali, punya komentar? J: Premanisme dalam politik ternyata masih tetap dijalankan. Kita semua tahu, pemerintahan jaman Soeharto diisi oleh preman-preman yang menyaru jadi politikus. Orang-orang ini tidak pernah sungkan-sungkan main "palak sana-palak sini" untuk kepentingan sendiri atau kelompoknya. Itu juga kan yang membikin ekonomi biaya tinggi di negeri kita. Nah, Golkar karena banyak kesalahan di masa lalunya merasa takut tak bisa meraih kekuasaan dengan jalan normal. Makanya, lewat Setya Novanto Bank Bali dimasukkan dalam daftar sumber pundi keuangan. Bagaimana pun politik Indonesia masih mengandalkan pengaruh uang untuk meraih dukungan. T: Mahasiswa terkesan diam dalam soal ini. Mengapa? J: Gerakan mahasiswa sepertinya tengah memerlukan waktu untuk konsolidasi. Pasca Sidang Istimewa, Nopember 1998 kembali terjadi polarisasi di dalam tubuh gerakan. Terlebih sewaktu pemilihan umum berlangsung bulan Juni lalu (sebagian mahasiswa menolak pemilu, sebagian lagi mendukung, red). Banyak kerja-kerja penguatan organisasi yang terlewat. Forbes sendiri sebenarnya sudah membuat beberapa kurikulum pelatihan dengan maksud agar pemahaman kognisi, rasa keberpihakan dan kemampuan mahasiswa melakukan aksi-aksi politik bisa berjalan sejajar. T: Jadi itu sebabnya mahasiswa belum memberi reaksi, semisal turun ke jalan? J: Mungkin juga kami akan melewatkan kasus yang satu ini. Dalam bentuk aksi maksud saya. Karena di tingkat analisis kami tetap melakukan beberapa diskusi. Skandal ini melibatkan Habibie. Memangnya orang ini sudah tidak jadi perhatian buat mahasiswa? Saya tidak menampik kenyataan terdapat pihak-pihak yang masih menginginkan pengimpor beras ketan itu sebagai presiden kita. Sampai-sampai bikin tim sukses segala. Tapi rasa-rasanya fokus sekarang ini kok ya lebih baik diarahkan kepada jalannya pemerintahan ke depan. Tak sekedar Habibie atau bukan Habibie. T: Bisa lebih detil? J: Begini. Kalau Habibie, sedari awal dia itu sudah kehilangan legitimasi atas kekuasaan. Artinya ia tidak punya pamor atau pun popularitas sebagai pemimpin. Akan banyak batu-batu sandungan bila Habibie tetap nekat dengan niatan menjadi presiden di masa-masa ke depan. Kasus Bank Bali, menurut saya menjadi sandungan terbesarnya. Selain ketidaksanggupan atau ketidakmauannya mengadili Soeharto. Persoalan lebih penting justru bagaimana menjaga agar yang menjadi pilihan rakyat tidak lalai dengan aspirasi di pundaknya. Kalau betul pemilu kemarin itu cukup jurdil dan dianggap paling mewakili suara rakyat, hasilnya sudah kelihatan, kok. Tinggal bagaimana si terpilih tidak main-main mata dan tetap lurus sesuai maunya rakyat. Kalau sudah begitu saya rasa mahasiswa patut mendukung. Toh, interest mahasiswa hanya pada yang menjadi kepentingan rakyat. T: Terbaik buat rakyat ... J: Itu mah, slogan tentara. T: Anda memaksudkan pilihan rakyat itu Megawati? J: Memang partainya menang pemilu, kan? T: Ngomong-ngomong, di awal Anda menyebutkan bahwa politik Indonesia masih mengandalkan pengaruh uang untuk meraup dukungan? J: Iya. Saya juga masih melihat Lippogateitu proyek dari lawan politik PDI-P. Ini bukti bahwa orang-orang yang ada di dalam poros tengah itu tidak lebih dari koor penggembira. Kemampuan politiknya diragukan. Saya tidak setuju adanya poros tengah-poros tengahan. Politik itu jalan keberpihakan. Kalau memang mengambil jalur gerakan politik ya sudah, tentukan. Kanan atau kiri, depan atau belakang. Kalau poros tengah memang harus ada, menurut saya itu perannya mahasiswa. T: Apa kelompok-kelompok gerakan mahasiswa lainnya bersikap sama? J: Itu yang tadi saya bilang, kami tengah memerlukan waktu untuk konsolidasi. Tapi jujur saya akui. Ada kesalahan juga dari kami. Terlalu memfokuskan dan membahasakan isu pada Soeharto, tok. Jadi isu-isu yang sebenarnya adalah termasuk turunan dari isu pertama tadi sempat terlewat. Melalui persentuhan-persentuhan langsung di lapangan, konsolidasi lebih cepat terwujud? Biasanya memang begitu. Tapi dengan tidak memberi reaksi apapun terhadap skandal Bank Bali secara bersama-sama malah menunjukkan mahasiswa mulai solid kembali, bukan? Bersepakat untuk tidak berbuat. Ha, ha, ha... (*) --------------------------------------------- Berlangganan mailing list XPOS secara teratur Kirimkan alamat e-mail Anda Dan berminat berlangganan hardcopy XPOS Kirimkan nama dan alamat lengkap Anda ke: [EMAIL PROTECTED] ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html