Precedence: bulk


SKENARIO BUMI HANGUS TNI DIJALANKAN DI TIMOR TIMUR

        DILI, (MateBEAN, 9/9/99). Dokumen Asisten Menteri Koordinator
Politik dan Keamanan, Granadi, dokumen yang dikeluarkan Panglima Pasukan
Pejuang Integrasi (PPI), Joao Tavares dan rapat rahasia di Korem Timor
Timur, 24 Juli lalu tentang skenario untuk membumihanguskan Kota Dili, mulai
dijalankan.

        Dokumen Asmenko Polkam tertanggal 3 Juli 1999 yang bocor dan dikutip
berbagai media massa itu isinya antara lain tentang rencana darurat untuk
menghadapi situasi apabila otonomi luas ditolak. Ada empat poin penting di
dokumen itu, yakni: rencana untuk mengevakuasi pegawai negeri Indonesia dan
pendatang ke daeah NTT; penyiagaan unsur-unsur TNI (AD, AL, AU) baik
personil maupun peralatan di dekat daerah-daerah untuk evakuasi; penyiapan
daerah NTT untuk menerima pengungsi secara besar-besaran berikut
pengamanannya; pengamanan rute pengunduran, dan merusak fasilitas-fasilitas
objek vital.

        Sedangkan instruksi Pangllima Pasukan Pejuang Integrasi (PPI), Joao
da Silva Tavares kepada semua anggota PPI di 13 kabupaten berisi agar
pendukung pro integrasi bersiaga serta melakukan intimidasi terhadap rakyat.
Surat instruksi yang bernomor 010/INS/PPI/VII/1999 itu antara lain
memerintahkan untuk tetap siap siaga, bahwa sebelum hasil jajak pendapat
diumumkan di Markas Besar PBB, maka akan dibagikan senjata-senjata api yang
telah disiapkan TNI sebanyak 15 ribu pucuk. Surat Tavares itu juga
mengatakan pasukan elit TNI (maksudnya Kopasus) yang dilengkapi dengan
senjata berat, tank dan pesawat-pesawat tempur sebanyak 50 buah yang
berpangkalan di Bandara El Tari, Kupang dan Ujungpandang.

        Rapat rahasia di Korem 164/Wiradharma Dili, 24 Juli 1999 lalu
diikuti Komandan Korem Timor Timur (Kolonel Inf Tono Suratman), Kapolda
Timor Timur (Kolonel (Pol) Timbul Silaen), Sekwilda Timor Timur, Ketua DPRD
Timor Timur dan orang-orang pro-integrasi.

        Rapat itu menghasilkan beberapa poin yakni: pada waktu kampanye
jajak pendapat pasukan milisi akan digerakkan (ini sudah terjadi); pada saat
kampanye Korem dan Polda akan mengirimkan sejumlah orang intel yang akan
bekerjasama dengan milisi Aitarak. Mereka akan menyamar seperti orang
kampung miskin yang akan memonitor dan mengerahkan pasukan pengacau dan
membuat kerusuhan; aparat yang mendapat tugas sebagai pengacau itu
dilengkapi dengan peralatan yang cukup lengkap.

        Rapat itu juga menghasilkan kesimpulan bahwa: kubu pro-integrasi
sudah tahu mereka tak akan mendapat  suara, karena itu melalui berbagai cara
harus dimanfaatkan untuk menghabisi kelompok pro-kemerdekaan yang ada di
kota-kota dalam wilayah Timor Timur. Maksudnya, pada saat jajak pendapat
kelompok pro-kemerdekaan sudah tak berdaya. Seandainya kubu pro-integrasi
kalah, milisi akan bergerilya dengan dukungan peralatan dan logistik Indonesia.

        Rapat juga menyimpulkan, Indonesia tidak akan meninggalkan Timor
Timur dan tidak peduli dengan kehadiran PBB meskipun diancam dengan segala
cara. Dikeluarkan dari anggota PBB pun Indonesia tidak peduli. Salah satu
poin yang sangat penting adalah  mengungsikan sanak keluarganya di wilayah
NTT serta persiapan untuk bergerilya di hutan bila dalam jajak pendapat
nanti masyarakat menolak otonomi. 

        Kekalahan pihak pro Indonesia membuat rencana itu dijalankan. Maka
secara serentak dengan kekuatan penuh melancarkan Operasi Pembersihan
terhadap pendukung-pendukung pro-kemerdekaan: tak peduli anak-anak,
laki-laki atau perempuan. 

        Skenario-skenario bumi hangus itu sudah dijalankan milisi yang
dibantu TNI dan Polri. Selain skenario bumi hangus, soal evakuasi dan
kesiagaan TNI sejak rakyat Timtim menolak otonomi sudah dijalankan. Saat ini
terdapat ribuan keluarga milisi, TNI dan Polri yang mengungsi ke Polda
Timtim. Pengungsian itu adalah bagian dari skenario untuk pengamanan
keluarga mereka, sehingga pada saat mereka menyerang dan membunuh rakyat
sipil yang kemudian dituduh sebagai kelompok pro kemerdekaan. Tak bisa
dibantah bahwa skenario yang disusun itu sudah membuktikan pembenarannya.
Pelaksanaan di lapangan sudah sesuai dengan apa yang diinstuksikan dalam
surat-surat itu.

        Bumi hangus kali ini, lebih kejam bila dibandingkan dengan apa yang
terjadi pada tahun 1976. Pada saat invasi pertama militer Indonesia ke
Timtim, walaupun terjadi perang yang begitu dahsyat, tapi gereja dan
kediaman uskup tidak dibakar militer Indonesia. Namun skenario kali ini
begitu kejam dan bergaya komunis, di mana kediaman Uskup Belo dibakar,
Diosis Dili dan Baucau dihancurkan tanpa ada rasa perikemanusiaan
sedikitpun. Dalam dua hari ini diperkerakan sekitar 1.000 orang sudah
dibunuh di Kota Dili, ketika para milisi itu menyerang kediaman Uskup Belo,
kantor keuskupan Diosis Dili serta beberapa tempat pengungsian lainnya.***


----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

Kirim email ke