Precedence: bulk MENGENAL PANGLIMA WILAYAH DARURAT MILITER TIMTIM MAYJEN TNI KIKI SYAHNAKRI DILI, (TNI Watch! 10/9/99). Sejak dulu wilayah Timor Timur (Timtim) merupakan wilayah yang khas dalam komando kemiliteran. Ada semacam "dualisme" sejak dulu. Misalnya begini, dulu sempat ada dua kepemimpinan militer di Timtim, selain Danrem, ada lagi yang namanya Pangkolakops (Panglima Komando Pelaksana Operasi). Kalau Danrem tekanannya lebih pada pembinaan teritorial, sedang Pangkolakops untuk pengendalian operasi tempur. Setelah institusi Kolakops dilikuidasi menyusul pembantaian demonstran oleh pasukan TNI di pekuburan Santa Cruz, Dili, 12 November 1991, maka secara formal hanya Korem, sebagai satu-satunya komando militer di sana. Namun sejak hari Selasa kemarin (7/9), saat Pemerintah memberlakukan UU Darurat Militer, kembali lagi terjadi "dualisme" dalam kepemimpinan militer di Timtim. Karena bersamaan dengan dinyatakannya Timtim sebagai wilayah darurat militer, telah diangkat pula seorang Panglima Komando Pelaksana Operasi Pengamanan, yaitu Mayjen TNI Kiki Syahnakri. Dengan jabatannya itu, Mayjen Kiki merupakan penguasa wilayah darurat militer setempat. Dengan diangkatnya Mayjen TNI Kiki Syahnakri, praktis Danrem Kol Inf M. Noer Muis tak lagi berkuasa. PROFIL SINGKAT MAYJEN TNI KIKI SYAHNAKRI Mayjen TNI Kiki Syahnakri, dilahirkan di Karawang (Jabar) tahun 1947. Setelah lulus dari Akademi Militer (Akmil) tahun 1971, dengan pangkat Letnan Dua, Kiki ditempatkan sebagai Danramil (Komandan Rayon Militer) di Belu, NTT. Pengalaman bertugas di NTT, merupakan awal kedekatannya dengan budaya Timor (Kiki fasih berbahasa Tetum). Tahun 1978 Kiki ditugaskan sebagai Pasiops (Perwira Seksi Operasi) Kodim 1605/Atambua. Kemudian ditarik ke Denpasasr, selaku Danki di Yonif 741. Tahun 1981, Kiki menjabat sebagai Wakil Danyon 744/Satya Yuda Bakti, yang bermarkas di Dili dan sebagian besar anggotanya adalah putera asli Timtim. Saat menjabat selaku Wadanyon 744 inilah, Kiki mendapat kesempatan mengikuti Suslapa (Kursus Lanjutan Perwira). Dalam hal pendidikan, prestasi Kiki cukup menonjol, ketika lulus dari Akmil (1971), Kiki masuk ranking "10 besar". Kemudian ketika mengikuti pendidikan di Seskoad, Sesko ABRI, Kiki juga berprestasi baik. Tentang prestasi pendidikannya, ia sendiri pernah berucap, "Meski tidak terbaik, tapi cukup baguslah." Seusai mengikuti Suslapa, Kiki ditarik ke Kostrad, dengan menjadi Danyonif Linud (Lintas Udara) 502/Ujwala Yodha, di Malang (Jatim). Dari Malang, Kiki dipindah ke Solo, ketika dipercaya sebagai Kastaf Brigif 6/Kostrad, hingga berlanjut sebagai komandan di kesatuan yang sama. Kiki bertugas di Solo sampai tahun 1993, karena pada tahun ini, Kiki kembali lagi bertugas di Timtim sebagai Wakil Danrem 164/Wira Darma. Pada 5 September 1994, Kiki dipromosikan sebagai Danrem 164/WD, menggantikan Kol Inf Johny Lumintang (kini menjabat sebagai Wakil KSAD). Pada saat menjabat Danrem inilah, perjalanan karir Kiki sempat "terpeleset", disebabkan sebuah peristiwa, yang kemudian dikenal sebagai "Peristiwa Liquisa" (12 Januari 1995). Karena peristiwa tersebut, Kiki terpaksa "lengser" selaku Danrem, untuk kemudian digantikan Kol Inf Mahidin Simbolon (kini Kasdam IX/Udayana) pada tanggal 27 Mei 1995. Selanjutnya Kiki "diparkir" di lembaga pendidikan dengan menjadi Danmentar (Komandan Resimen Taruna ) Akmil Magelang. Padahal biasanya jabatan Danrem di Timtim, adalah jabatan untuk promosi ke strata pati. Selaku Danmentar Akmil, pangkat Kiki tetap kolonel. Perjalanan karir seorang perwira, terkadang penuh misteri, banyak yang mengira karir Kiki telah habis, ketika ia ditugaskan di Magelang. Namun perkiraan itu meleset, karena seusai menjabat Danmentar Akmil, Kiki ditarik ke Mabes AD, dipromosikan sebagai Wakil Asop KSAD, dengan pangkat Brigjen. Karir Kiki di Mabes AD terus melaju, dari Wakil Asop dilanjutkan sebagai Asop KSAD. Dan hari-hari terakhir ini, nama Kiki kembali berkibar, bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri, ketika namanya diumumkan sebagai penguasa daerah darurat militer di Timtim. Mayjen TNI Kiki menikah tahun 1978, dengan Ratnaningsih, gadis yang dikenalnya ketika ia bertugas di Atambua, NTT. Kini pasangan Kiki dan Ratnaningsih dikaruniai tiga putera, yaitu Edo, Shinta dan Nono. *** _______________ TNI Wacht! merupakan terbitan yang dimaksudkan untuk mengawasi prilaku TNI, dari soal mutasi di lingkungan TNI, profil dan catatan perjalanan ketentaraan para perwiranyanya, pelanggaran-pelanggran hak asasi manusia yang dilakukan, politik TNI, senjata yang digunakan dan sebagainya. Tujuannya agar khalayak bisa mengetahuinya dan ikut mengawasi bersama-sama. ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html