Precedence: bulk Penjelasan Pers KOMITE SENTRAL ORGANISASI SOLIDARITAS MAHASISWA UNTUK RAKYAT (KSO-SMUR) tentang Tentang Gerakan Sistematis TNI Untuk Menghancurkan SMUR Sehubungan dengan semakin gencarnya selebaran-selebaran gelap yang mencoba untuk memfitnah KSO-SMUR dan juga mencoba untuk mengadu domba SMUR dengan elemen-elemen Rakyat lainnya seperti GAM, KARMA dan BEM-UNSYIAH maka dengan ini KSO-SMUR menjelaskan hal-hal sebagai berikut : Bahwa semenjak kelahiran SMUR pada tanggal 18/3/1998 pada aksi mimbar bebas di Kampus Unsyiah Darussalam, SMUR telah mengalami berbagai macam fitnahan keji. SMUR antara lain dituduh sebagi kaki-tangan LSM, yang pada setiap aksi-aksinya mendapat support dana yang begitu besar dari LSM. Ketika itu pihak Rektorat Universitas Syiah Kuala sempat mengadakan rapat evaluasi keamanan kampus yang mengundang seluruh organisasi mahasiswa di lingkungan Unsyiah untuk membahas Aksi Mimbar Bebas SMUR yang dianggap telah mencoreng nama besar Univeritas Syiah Kuala. Ketika itu PD III Fak. Hukum, Drs. M. Yussuf Hassan meminta kepada pihak Rektorat untuk memberikan sanksi yang tegas terhadap para aktivis SMUR yang tercatat sebagai mahasiswa Unsyiah. Kemudian ketika para Aktivis SMUR melakukan Aksi Mogok Makan untuk menuntut pencabutan status DOM di Aceh, SMUR mulai mendapat tuduhan menghalalkan segala cara. Aksi Mogok Makan itu mendapat vonis haram dari Majelis Ulama Indonesia DI Aceh. Tuduhan bahwa SMUR adalah Komunis mulai dilemparkan oleh pihak Militer ketika SMUR melakukan aksi yang mengutuk kebiadaban TNI selama pemberlakuan DOM pada tanggal 30 September 1998. Pasca Aksi tersebut Danrem 012/TU, Kol.Inf. Asril Hamzah Tanjung mengumpulkan beberapa organisasi formal mahasiswa dan KNPI untuk mempresentasikan aksi-aksi SMUR. Danrem bahkan sempat mengatakan bahwa SMUR adalah organisasi demonstran bayaran yang bertujuan untuk mengacaukan Aceh. Pada kesempatan itu juga Andaman Ibrahim selaku Ketua KNPI Aceh meminta agar Danrem bertindak tegas terhadap aksi-aksi SMUR. Andaman Ibrahim bahkan mengatakan bahwa personil SMUR bukanlah mahasiswa. Tuduhan Komunis ini semakin gencar dilakukan ketika SMUR mengkampanyekan program pemboikotan pemilu 1999. Ketika itu Parpol-parpol mulai marah terhadap SMUR. Berbagai upaya mulai dilakukan untuk menghancurkan SMUR. SMUR dikatakan sebagai kaki-tangannya Forum Kota (FORKOT) dan karenanya SMUR adalah Komunis. SMUR juga dituduh mendapat dana dari Vatikan dalam rangka upaya kristenisasi di Aceh. Moment kedatangan Habibie ke Aceh pada tanggal 26/3/1999 lalu, telah menjadi salah satu moment yang dipakai TNI untuk menghancurkan gerakan perlawanan mahasiswa Aceh. Militer dengan menggunakan mahasiswa kaki-tangannya membangun opini dikalangan Mahasiswa bahwa jatuhnya korban dipihak Mahasiswa pada saat aksi menyambut kedatangan Habibi adalah karena arogansi dari beberapa aktivis SMUR yang memimpin aksi tersebut. Akibatnya, sempat terbentuk opini dikampus Unsyiah bahwa SMUR telah menjual darah mahasiswa Aceh demi kepentingan kelompok. Sehingga untuk beberapa waktu lalu terjadi kecurigaan antar kelompok mahasiswa. Sehingga kondisi ini berakibat pada lemahnya gerakan mahasiswa Aceh. Terjadi saling tuding antar kelompok mahasiswa di Aceh. Namun kondisi ini tidak berlangsung lama, karena para aktivis mahasiswa Aceh mulai menyadari bahwa ini semua adalah ulah dari TNI yang memang menginginkan terjadinya perpecahan pada mahasiswa Aceh. Panglima TNI, Jenderal Wiranto pada saat kunjungannya bersama Habibie ke Aceh ketika mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat dan elit politik Aceh sempat melemparkan statement, bahwa di Aceh telah lahir sebuah organisasi mahasiswa yang radikal dan telah disusupi oleh PRD. Sejak saat itu tuduhan-tuduhan komunis mulai dilontarkan berbagai pihak terhadap SMUR. Dan saat ini TNI tetap berupaya untuk melemahkan gerakan-gerakan perlawanan Rakyat Aceh dengan cara mengadu domba antar kekuatan-kekuatan Rakyat tersebut. Seperti selebaran yang memuat surat yang ditulis oleh orang yang menamakan dirirnya Daniel kepada pengurus SMPT Unsyiah. Dalam surat itu Daniel meyebutkan bahwa Bosnya, Cornel Budi Arjo kecewa terhadap SMUR yang dianggap telah menipu mereka. Dikatakannya bahwa SMUR juga telah menjual nama GAM untuk mendapatkan dana dari pihaknya. Selebaran (surat) yang ditulis Daniel ini, sebenarnya pernah didapat oleh kawan-kawan mahasiswa pada saat aksi pendudukan Gedung DPRD Tk.I Aceh (30/8/1999). Selebaran ini didapat dari aparat Kepolisian yang sedang bertugas menjaga Gedung DPRD Tk.I Aceh sekitar pukul 22.00 WIB pada saat aksi tersebut. Menurut aparat Kepolisian tersebut, selebaran itu berasal dari seseorang yang diduga intel TNI. Intel tersebut sempat meminta kepada aparat Kepolisian untuk membagikannya pada para mahasiswa yang sedang mengikuti aksi pendudukan tersebut. Permintaan itu, kemudian ditolak oleh aparat Kepolisian tersebut. Kemudian aparat Kepolisian tersebut menyerahkan selebaran itu kepada satgas keamanan dari pihak mahasiswa seraya berpesan agar mahasiswa lebih berhati-hati terhadpa upaya penyusupan dari pihak-pihak tertentu. Setelah mendapatkan selebaran itu, satgas mahasiswa segera mencoba mengikuti orang yang dicurigai sebagai penyebar selebaran itu. Satgas mahasiswa sempat melihat orang yang dicurigai itu menaiki sebuah mobil jenis jeep warna merah yang diparkir didalam gedung BTPN didepan gedung DPRD Tk.I Aceh. Orang tersebut segera pergi tanpa sempat dicegah untuk dimintai keterangannya. TNI memang sudah pada posisi yang sangat terpojok saat ini. Berbagai kasus pelanggaran HAM yang mereka lakukan diberbagai daerah selama ini telah membuat mereka kehilangan tempat dimata Rakyat. Rakyat semakin benci terhadap ulah mereka. Disamping itu, tumbuhnya gerakan-gerakan sipil demokratik telah menjadi faktor penghambat utama TNI dalam menjalankan praktek-praktek penindasan terhadap Rakyat Aceh. Kondisi objektif Aceh saat ini semakin membuat TNI semakin terjepit. Berbagai kekuatan Rakyat telah bankit bersama untuk melakukan perlawanan terhadap kezaliman. Kondisi ini tentulah akan membuat TNI dan para kelompok pro Rejim Pemerintah Indonesia sangat berkepentingan terhadap hancurnya kekuatan-kekuatan sipil demokratik yang mulai tumbuh pada Rakyat Aceh. Maka berkenaan dengan gerakan sistematis yang telah dilakukan oleh TNI untuk menghancurkan SMUR, dengan ini KSO-SMUR meyatakan hal-hal sebagai berikut : 1. Bahwa selebaran (surat) yang dikirimkan orang yang menamakan dirinya Daniel kepada SMPT Unsyiah adalah salah satu bentuk gerakan sitematis untuk menghancurkan gerakan perlawanan SMUR khususnya dan gerakan Mahasiswa Aceh umumnya. 2. Bahwa tuduhan yang disampaikan oleh orang yang menamakan dirinya Daniel dalam suratnya kepada Pengurus SMPT Unsyiah, adalah agitasi dan propaganda murahan yang bertujuan untuk memfitnah SMUR. Seharusnya jika memang tuduhan itu benar, maka orang yang menamakan dirinya Daniel pastilah akan menjumpai langsung Pengurus SMPT Unsyiah dan membeberkan bukti-bukti konkrit seperti rekening pribadi Arie Maulana dan Aguswandi BR. 3. Bahwa jika tuduhan bahwa SMUR telah menjual nama GAM itu benar, tentulah Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang memiliki jaringan Internasional akan segera mengetahuinya, sebab tidaklah mudah jika SMUR ingin menjual nama Organisasi lain untuk kepentingan kelompoknya. Lembaga atau orang yang ingin membantu pastilah akan melakukan cross check terhadap apa yang disampaikan oleh SMUR. Seharusnya Panglima GAM Wilayah Banda Aceh, T Hamzah melakukan cross check terlebih dahulu terhadap kebenaran dari isi selebaran tersebut, mengingat GAM pasti memiliki akses kepada pihak-pihak didunia Internasional. 4. Bahwa KSO-SMUR telah menghubungi pihak GAM untuk menanyakan tentang statement dari Panglima GAM Wilayah Banda Aceh, T Hamzah yang mengancam akan mengambil tindakan sesuai dengan hukum GAM terhadap KSO-SMUR jika tidak melakukan permintaan maaf selama 3 hari berturut-turut diharian Serambi Indonesia. Dan menurut pihak GAM, GAM tidak pernah mengeluarkan ancaman itu terhadap SMUR. Berkenaan dengan ini maka, KSO-SMUR dengan tegas menyatakan tidak akan pernah menyampaikan permintaan maafnya dalam bentuk apapun juga kepada pihak GAM sebagaimana yang diberitakan Serambi Indonesia (23/9) karena secara organisasi KSO-SMUR tidak pernah melakukan seperti apa yang dituduhkan oleh orang yang menamakan dirinya Daniel. 5. Upaya tersebut dilakukan untuk mengisolir SMUR dari gerakan perlawanan Rakyat Aceh secara keseluruhan dengan memberikan stempel bahwa SMUR adalah Komunis Gaya Baru di Aceh sehingga SMUR akan dimusuhi oleh Rakyat Aceh. 6. Upaya tersebut dengan berbagai indikator kuat yang telah disebutkan diatas, adalah perbuatan TNI sebagai salah satu kelompok yang paling berkepentingan terhadap hancurnya SMUR melalui operasi intelijennya. 7. Upaya tersebut adalah gerakan intelijen TNI yang dilakukan untuk menciptakan konflik horisontal Rakyat Aceh seperti yang telah berhasil mereka terjadi di Aceh Tengah, Timor Leste, Sambas dan Ambon. 8. Upaya tersebut dilakukan TNI, karena posisi mereka semakin terpojokkan dimata masyarakat Aceh, Indonesia dan Internasional. Dalam kondisinya yang semakin terpojok, mereka tidak mungkin melakukan tindakan represif terhadap SMUR secara langsung, maka yang paling mungkin mereka lakukan adalah melalui gerakan intelijen yang bertujuan mengadudomba antar elemen Rakyat Aceh sehingga dengan sendirinya kekuatan Rakyat Aceh menjadi hancur. Demikianlah pernyataan pers ini kami sampaikan atas perhatian berbagai pihak kami ucapkan terima kasih. Banda Aceh, 24 September 1999 KSO SMUR, AGUSWANDI,BR. Sekretaris Jendral ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html