Precedence: bulk FPI PROVOKASI MASYARAKAT MADURA JAKARTA, (SiaR, 19/1/2000). Sejumlah aktifis Front Pembela Islam (FPI) dari Jakarta ditengarai telah masuk ke pulau Madura. Bahkan mereka telah melakukan aksinya dengan memprovokasi penduduk setempat untuk mengusir orang non muslim di Madura. Menurut informasi, mereka telah melakukan provokasi di wilayah mayoritas muslim tersebut dengan menyebarkan selebaran yang isinya ancaman pengusiran bagi warga nasrani yang ada di Madura, dalam waktu dua kali 24 jam, jika kasus Ambon tidak segera dihentikan. Selebaran tersebut memakai kop surat BASSRA (Badan Silahturahmi Ulama Pesantren Madura) dan ditujukan kepada Pimpinan Dewan Gereja Indonesia dan MAWI (Majelis Waligereja Indonesia yang sebenarnya sudah berganti nama menjadi Konferensi Wali Gereja Indonesia/KWI). Selebaran tersebut beredar, semalam sebelum malam takbiran beberapa waktu silam. Namun, BASSRA sendiri membantah dengan keras bahwa mereka menerbitkan surat yang berisi ancaman tersebut. "Kami, para pengasuh pondok pesantren dan ulama Madura tidak pernah membicarakan soal ini," kata salah seorang ulama Madura. Pimpinan Wilayah GP Ansor Jatim HM Farhan merasa ngeri dengan kehadiran para provokator di Madura tersebut. Sehingga ketika ia mendengar isu itu, Farhan langsung mengambil langkah konsolidasi jajaran Ansor untuk ikut membentengi masyarakat dari upaya provokasi dan hasutan lawan-lawan politik Gus Dur dengan kedok membela Islam. Bahkan Farhan telah menemukan inisial orang yang melakukan provokasi di Madura, yaitu AS dan ES. Apakah itu Ahmad Sumargono dan Eggy Sudjana? "Saya nggak pernah datang ke Madura!" jawab Gogon, panggilan Ahmad Sumargono, ketua Partai Bulan Bintang ini dengan ketus kepada pers. Sementara itu sumber-sumber SiaR menyebutkan, bahwa setelah melakukan tabligh akbar di pelataran Monas, beberapa hari menjelang Idul Fitri, FPI juga memobilisir massa untuk berjihad ke Ambon. Mereka juga membuat acara tabligh serupa di sejumlah daerah, termasuk di Madura beberapa waktu lalu. Sejumlah daerah yang "digarap" oleh FPI adalah wilayah yang mayoritas penduduknya muslim seperti di Makassar, Mataram dan Madura. Juga beberapa daerah yang mudah disulut kerusuhan seperti Medan, Pekalongan dan Solo. Pembakaran sekitar sepuluh gereja dan sekolah-sekolah serta rumah nasrani di Mataram sejak Senin lalu (17/1), diduga keras juga atas ulah FPI yang bekerja dengan tentara barisannya Wiranto dan Letjen TNI Djaja Suparman (munculnya FPI juga disokong oleh Djaja ketika menjadi Pangdam Jaya beserta Kapolda Metro Jaya Mayjen Pol Nugroho Djajusman. Di Jakarta sendiri, FPI selain membuat ulah dengan mendatangi tempat-tempat hiburan di sejumlah tempat untuk memeras dan atau membakarnya, juga telah melakukan pembakaran sebuah gereja di Depok dan bersama dengan sejumlah tentara dari Kostrad membakar komplek rehabilitasi korban narkotika yang sekaligus wisma STT Doulos Cipayung. FPI ini pula yang kebakaran jenggot ketika sejumlah jenderal diperiksa perihal kejahatan perang di Timor Timur pasca jajak pendapat. Mereka mendemo Komnas HAM dan meminta lembaga tersebut dibubarkan. Bahkan pasukan yang sebagian berupa para militer dan yang mengatasnamakan Islam itu mendesak supaya Munir, anggota KPP HAM digantung. Walaupun sebenarnya demo di Komnas itu justru dinilai banyak orang sebagai ujud kebodohan FPI karena akan ketahuan bahwa FPI sebagai antek tentara. *** ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html