waduh dari gaya bahasanya, bisa terjadi perselingkuhan nih...
mpok Ika, kenapa atuh kesucian bang komar pake dikutipin segala,
masih ga yakin bang komar masih suci :D
ente mesti yakin mpok, siapa sig yg bisa menodai tukang bikin noda :))




________________________________
From: Ika Fitriana <[EMAIL PROTECTED]>
To: sma1bks@yahoogroups.com
Sent: Friday, November 28, 2008 1:32:22 PM
Subject: Re: [sma1bks] Antara Golput, Apatis dan Cuek Aza! atau NPWP serta 
membangun istana Pasir


Di satu sisi, kalo Bang komar nyalon, saya percaya bang Komar benar-benar akan 
mewakili rakyat dan berjuang sepenuhnya untuk rakyat. Tapi, di sisi lain, apa 
nanti tidak berbenturan dengan kepentingan partai. Nanti partainya 
ngisntruksiin A, kita kudu ikut A, kalo partainya milih B kita kudu milih B. 
Belum lagi, pergesekan politik dengan partai lain yang bisa jadi akhirnya akan 
"menghalalkan" segala cara. Saya belum rela "kesucian" niat Bang Komar 
ternodai, (taelaaa). 

--- On Thu, 11/27/08, komarudin ibnu mikam <komaribnumikam@ gmail.com> wrote:

From: komarudin ibnu mikam <komaribnumikam@ gmail.com>
Subject: Re: [sma1bks] Antara Golput, Apatis dan Cuek Aza! atau NPWP serta 
membangun istana Pasir
To: [EMAIL PROTECTED] .com
Date: Thursday, November 27, 2008, 5:42 PM


Walah...Marwan kalo udah kena moodnya, ngamuk! Diam-diam menghanyutkan.
Top banget. Secara teknis redaksional, tulisanya enak dibaca dan teratur rapi. 
Lengkap dengan emosi dan perasaan. Gue ampe kebawa juga neh bacanya.

Gue setuju bro....
Yang perlu dilakukan adalah berpikir, bekerja dan berbuat. Gak peduli apakah 
terlibat dalam demokrasi prosedural atau tidak. Gak peduli nyoblos apa kagak. 
Gak peduli golput apa golkun (golongan kuning). gak penting apakah posisinya di 
dalam parpol atau di luar parpol. Gak masalah apakah dia kerja di Indonesia apa 
di Arab Saudi.Gak soal apakah dia kerja di dirjen pajak apa di Tv-1. Gak 
penting apakah dia penulis apa jawara Babelan. yang terpenting adalah ia 
berbuat. Berwacana dengan konsepnya. Dan melakukan pemberdayaan.

Pada titik inilah, gue kayaknya mikir juga. Sebuah parpol baru yang capresnya 
lagi naik daun, nawarin gue jadi sekjen. DPC KAb, Bekasi. Gue lihat dari slogan 
dan garis perjuangan yang membela petani dan nelayan gue setuju. Beberapa 
kelompok tani binaan gue di Pondok 2 sembilangan dan Muara Gembong,udah setuju, 
gue maju. Nah, gue sebenernya gak nafsu-nafsu amat jadi petinggi partai. Cuman 
soal 'kesempatan' berbuat ini yang bikin gue ngiler. Kan, bukan soal di dalam 
atau diluar ya? yang penting ia berbuat melakukan pendidikan politik dan 
pemberdayaan.

Eh, tapi gue belom ambil sikap seh....Gimana pendapat lo-lo?

[bersambung. ....]


2008/11/28 ahmad usmar <[EMAIL PROTECTED] com>

Itu sih impian setiap orang bapak...

Setuju sekali berbenah dari diri masing-masing, kita tak boleh apatis, cuek 
apalagi mengajak orang lain untuk cuek. 

Tapi harus diingat, membangun bangsa itu tidak hanya ikut berperan dalam 
politik loh. Masyarakat juga harus disadarkan, membangun demokrasi bukan hanya 
persoalan masuk partai politik, membuat partai politik, atau ikut nyoblos 
pemilu. Apalagi, seperti terlihat dalam pilkada-pilkada, para calon malah 
membuat akar rumput terbakar, saling tikam, buat saya itu mencederai makna 
demokrasi sendiri.

Para pekerja sosial, praktisi hukum, pers, usahawan, dan birokrat, adalah pilar 
berikutnya dalam demokrasi, yang sepuluh tahun terakhir tak pernah tergarap, 
dianggap pinggiran, sehingga akhirnya cuma membuat ajang politik jadi 
"demokrasi prosedural" aja: habis nyoblos, sang caleg duduk di dpr, 
memperjuangkan aspirasi pribadi dan partai, ngumpulin harta, dan bersiap lagi 
untuk lima tahun mendatang. 

Pekerja sosial dipenuhi mafia, praktisi hukum banyak tikusnya, pers sering 
kebablasan, usahawan tak pernah berkembang dan mandiri, dan birokratnya masih 
tetap rapuh dan korup. 

Di negara-negara barat, yang konon demokrasinya sudah adi luhung, tingkat 
partisipasi politiknya paling besar 60 persen. Mereka sangat mengerti politik, 
hanya sebagian sengaja mengambil posisi tertentu, yang terkarang malah 
mendewasakan demokrasi itu sendiri: seperti aktivis lsm yang tidak ingin masuk 
ke politik praktis agar tidak bias, jurnalis yang memilih untuk tak memilih 
karena ingin independen, atau usahawan yang memang kelewat sibuk, dan tak 
sempat berpikir politik. Kecuali fenomena Obama kemarin di AS, yang ternyata 
membuat partisipasi rakyat AS terhadap politik meningkat tajam. 

Saya seringkali ditanya orang sekitar: Jadi, siapa pilihan kita sekarang? 
Sewaktu tahun 1999, setelah reformasi, yang saya lihat dengan mata kepala saya 
sendiri prosesnya, saya menggebu-gebu, mengajak handai taulan dan orang-orang 
di sekeliling saya untuk memilih tokoh reformis, dengan anggapan inilah 
kesempatan emas bangsa Indonesia saat itu, yang tidak boleh dilewatkan barang 
sedikitpun. 

Tahun 2004, orang-orang yang sama, juga menanyakan hal yang sama kepada saya. 
Mereka bilang: "Yang, kita pilih kok seperti itu, sekarang kita pilih siapa?" 
Saya jawab, kita masih punya harapan, baru 5 tahun, dimana-mana yang namanya 
transisi memang selalu mempunyai lubang yang bolong di sana-sini. Akhirnya 
mereka tetap memilih. 

Selang tahun, mereka kembali datang: Kok malah seperti ini? Apakah ini masih 
transisi, sudah 10 tahun mereka tak bisa juga mengerti demokrasi? Korupsi makin 
merebak dan sistematis? Terus terang saja, saya jadi gamang sendiri 
menjawabnya. Kalau saya bilang masih ada harapan, mereka tanya kembali: harapan 
apa lagi? Sebagian malah sudah menyebut-nyebut enaknya hidup sepuluh tahun yang 
lalu, ketika Eyang Kakung masih berkuasa di negeri ini, bahkan pendukungnya 
sudah bikin iklan partai yang tag-line-nya: SELAMA SEPULUH TAHUN.....Hebat, 10 
tahun dijadikan alasan untuk set-back lagi ke masa silam, yang sudah kelihatan 
semua boroknya.

Jadi, tampaknya kita harus bagi-bagi tugas semua orang, sehingga politik tidak 
hanya diartikan mencalokan diri jadi caleg, mencari suara saat pemilu, jadi 
anggota dpr, mengkritik pemerintah. Cukup sudah 10 tahun belajar politik 
praktis, biar saja segelintir orang yang capable, amanah menjadi caleg, yang 
lain-nya membangun demokrasi dengan cara lain: jadi birokrat bersih dan tak 
bertele-tele, jadi pers independen dan mumpuni, jadi usahawan tahan banting dan 
anti kkn, jadi LSM yang tak hanya mengejar proyek. 

Soal memilih atau tidak memilih, mendorong orang untuk memilih atau tidak 
memilih, tidak jadi masalah. Apatis untuk tidak memilih itu biasa, dan tidak 
berarti apatis terhadap nasib bangsa, malah sering gak nyambung antara 
keduanya. Siapa tahu tahun 2004 kemarin tak memilih, besok 2009 malah memilih, 
dan lima tahun berikutnya ia tak memilih, tapi malah bikin parpol baru. Berkaca 
pada sejarah boleh saja, asal jangan ketiduran dan bermimpi...

--- On Thu, 27/11/08, komarudin ibnu mikam <komaribnumikam@ gmail.com> wrote:

From: komarudin ibnu mikam <komaribnumikam@ gmail.com>
Subject: Re: [sma1bks] Antara Golput, Apatis dan Cuek Aza! atau NPWP serta 
membangun istana Pasir
To: [EMAIL PROTECTED] .com
Date: Thursday, 27 November, 2008, 9:20 PM 



Sertuju dengan bang kamil dan Morry,
Berkaca pada sejarah. Kita akan mendapatkan para pengkhianat. Dominan mewarnai 
perjalanan sejarah bangsa kita. Saya khawatir --sedikit yakin-- kalau para 
antek-antek kumpeni sekarang berganti baju dengan baju koruptor. nah, le 
historia le serepete. Sejarah itu berulang.

Satu hal yang harus mendapatkan tempat di generasi kita adalah bahwa negeri ini 
kaya. Namun, salah urus. Seandainya saja semuanya dijalankan dengan profesional 
dan amanah, wah gak ada tuh yang busung lapar. Atau,putus sekolah. 

Saya setuju dengan gerakan mulai dari diri sendiri. Tapi juga harus diikuti 
secara paralel dengan pembentukan pemerintahan yang juga profesional. Di 
tingkat kabupaten Bekasi misalnya. Kita punya migas, laut dan lahan pertanian 
demi ketahanan pangan. Sebagai entitas, mestinya Bekasi udah makmur dari 
dulu-dulu. Apa aza punya.

Saya bermimpi. Sekali lagi bermimpi. Just a dream. Umur-umur sekarang kita 
belajar yang banyak. Sesuai dengan disiplin kita masing-masing.   Sampe usia 45 
tahun. Cari ilmu dan duit sebanyak-banyaknya. Pas usia 45, buat dapur ngebul 
dan knalpot ngepul. Anak-anak dah punya asuransi buat sekolah.  Syukur-syukur 
di 40 udah nyampe, Pasive income bisa nyampe 100 juta sebulan. Nah, diusia itu 
lo balik dah. Pulang kampung. Membangun Bekasi.

Usia 45 hingga 60 berbakti pada masyarakat. Jadi caleg keq. Jadi bupati keq. 
Jadi aktivis penggerak masyarakat tani dan nelayan keq. Apa aza dah yang 
penting berbakti pada masyarakat. Dan,kita secara ekonomi dah mapan. Jadi, gak 
cari makan di kantor dewan. 

Pas, izrail datang. Kita siap menghadap-Nya dengan amal ibadah kita...Asyiiiik. 
....

On Thu, Nov 27, 2008 at 6:12 PM, Morry Infra <morry.infra@ gmail.com> wrote:

Wah tertarik ikutan ngomongin sejarah dikit....
Bukan mau ngebahas Golput, Apatis dan Cuek Aza! atau NPWP -nya....he.. e.e.e.

Saya baru aja berkawan 7 minggu dengan orang Belanda....
Bahasa Indonesianya lumayan....
Tapi tetep.... dari awal kita ketemu sampai berangkat dan pulang kantor tiap 
hari berdua di "truck" sepanjang 80 KM one way...
Saya selalu bilang kalau saya punya kesan buruk dengan penjajahan Belanda....
Makanya saya susah kalau mau dukung kesebelasan Belanda dalam World Cup ataupun 
Euro Cup.... dan Alhamdulillah. ...
Dia gak defensive... dia bisa ngerti....

Nah dari dia saya dapat cerita yang kurang lebih sama dengan tulisan Pak 
Mohamad di bawah.
Dia cerita kalau dia punya sejarah panjang dengan Indonesia.
Dari garis Bapaknya, Kakeknya adalah salah satu mandor VOC di Deli di sekitaran 
1930-an.
Kakeknya menikah ketika bertugas di Batavia/Jakarta dengan perempuan Belanda 
(anak orang VOC juga) yang lahir di Jakarta.
Terus punya anak di Jakarta... ya Bapaknya kawan saya ini.
Dia juga cerita kalau Kakeknya ini pernah dipenjara Jepang waktu Jepang 
masuk... Jepang itu memang luar biasa kejem....
Itu tawanan disuruh kerja Rodi... dia bilang kakeknya ditawan dan dipekerjakan 
di Pulau Seram....
Dan ketika Jepang kalah mereka terus diusir oleh rakyat Indonesia karena rakyat 
Indonesia menyatakan kemerdekaannya. ... walau memang Belanda baru mengakuinya 
tahun 2007 lalu...
Nah dia bilang... waktu Spain, Portugis, Perancis dan Inggris menjajah negara 
Afrika, Asia dan Amerika...
Mereka niatannya menjadikan negara2 jajahan tersebut negara2 kolonialnya. ... 
seperti Inggris dengan commonwealth- nya hingga sekarang....
Beda dengan Belanda.... mereka datang niatnya dagang.....dan cari untung yang 
sebesar2nya. ..
Mungkin juga VOC adalah Company pertama di dunia.... dan luar biasa sukses 
disekitaran tahun 1800-an pertengahan 1800-an....
Mereka ambruk ya sejak awal2 1900-an.....
Pada awalnya mereka datang baik2 dan berfikir longterm ketika berbisnis... . 
untung kecil gak apa2...yang penting longterm.... jadi ya harus pandai2 
mengambil hati lawan bisnis.... dan ambruknya mereka ya saat miss management 
yang mana management-nya orang2 baru yang pengennya untung sebesar2nya dan 
secepat2-nya. .. yang jadi main kasar terus... dan brutal... termasuk di 
Suriname....
Sehingga mereka kurang banget dalam membangun infrastruktur. .. dibandingkan 
dengan Inggris misalnya....
In fact... di Belanda itu nyetir di kiri dan jalan di sebelah kanan..... kenapa 
di Indonesia kebalikan dari Belanda... dan sama dengan Australia dan Malaysia? 
Karena memang waktu Rafles/British sempet berkuasa di Indonesia... . dia 
langsung membangun yang kecil2 seperti itu....kita akhirnya nyetir seperti 
orang Inggris...
Keuntungan VOC pada 1800 membuat Belanda termasuk negara yang disegani secara 
ekonomi..... alias negara kaya... jauh lebih kaya dibanding Italy, Perancis, 
Inggris bahkan Spanyol yang pernah menjajah mereka.
Hingga saat ini Belanda tetep sebagai negara makmur.... kayaknya selain hasil2 
keuntungan ekonomi masa lalunya... juga management mereka juga bagus.... 

Kesimpulan yang saya tangkap.... kita dijajah oleh VOC.... yang di-support oleh 
Kerajaan Belanda.....
Susahnya Kerajaan Belanda untuk minta maaf dan ngakuin kemerdekaan Belanda... 
mungkin karena itu juga....he.e. .e.e. Mereka gak merasa langsung bertanggung 
jawab terhadap kesengsaraan rakyat Indonesia akibat penjajahan dulu.... karena 
mereka bilang itu VOC yang bikin....he. e..e.e.

Kawan saya juga pernah cerita yang lain...
Soal seringnya Shell gagal dalan eksplorasi minyak di Indonesia... ..
Karena most of orang2 Sehll yang mau kerja di Indonesia dulu2 itu... adalah 
orang2 yang punya ikatan dengan Indonesia... .
Contohnya ya Bapaknya temen saya itu.... Bapaknya kerja di Shell....
Saat itu... orang2 Shell boro2 focus nyari minyak... mereka sibuk nostalgia dan 
cari temen2 lama.....he. .ee.e.e..
Dia pribadi minta maaf atas sejarah masa lalu Indonesia... . dia ngerti kenapa 
saya masih sakit hati....he.e. .e.e

Tapi saya juga bilang....
"Jangan salah... sebagian orang2 berdarah biru dan kerja buat VOC dan KNIL 
dulu... merasa sedih ketika Indonesia merdeka..... .
Sebagian dari mereka milih pergi ke Belanda jadi WN Belanda..... dan sebagian 
masih sering bikin makar di Indonesia... "

Dan sampai hari ini juga...masih banyak yang nyayangin kenapa Belanda harus 
pergi.... seperti sedihnya para orang2 yang diuntungkan di Jaman Pak Harto 
dulu.....
Ciri2nya... kalau yang seneng dijajah Belanda/VOC. .. mereka masih pakai Bahasa 
Belanda....
Kalau yang seneng sama Pak Harto... karena dah kebiasaan... ngomong akhiran 
'Kan" jadi "Ken"...he.. e.e.e dulu susah2 membiasakan. .. sekarang jadi susah 
dihilangkan. ...he.e.. e.e.e.e.e

Harusnya... yang baik di masa lalu dicontoh... yang lama dibuang...
Mulailah baik dari diri sendiri, dari yang kecil dan dari sekarang.... .

Salam,
Morry Infra
+966-533214840

On Thu, Nov 27, 2008 at 11:40 AM, Mohamad Insan Kamil <mikamilgd84@ yahoo.com> 
wrote:

Rekans,
 
Membicarakan masalah Indonesia dengan segala pernik-perniknya (baik yang 
positif maupun negative)  menarik untuk dijadikan bahan renungan kita bersama. 
Adalah wajar apabila kita merasa pusing, frustasi dan patah arang bahkan 
barangkali acuh beibeh dengan kondisi Negara ini. 
 
Sepanjang sejarahnya –mohon koreksi para sejarawan—berdasarkan pengamatan 
pribadi, perjalanan negeri ini selalu dipenuhi oleh intrik dan pergulatan 
kekuasaan. Waktu di bangku Sekolah Dasar kita diberi tahu  bagaimana Ken Arok 
dapat merebut kekuasaan di tanah Kediri, dilanjutkan dengan episode 
pemberontakan yang dilakukan oleh para Rakrian dalam zaman Majapahit yang nota 
bene para rakrian ini sebagian adalah para pengikut setia R. Wijaya sebagai 
founding father kerajaan Majapahi sampai kemudian tragedi Perang Bubat yang 
efek psikologisnya samapai saat ini.
 
Selepas itu kita dapat menemui, bagaimana Pangeran Diponegoro, Sentot Alibasyah 
sampai dengan Cut Nya Dien di tangkap, tidak dalam kondisi –head to head— di 
medan tempur, tetapi lebih kepada adanya penghianatan dari teman sendiri. 
Bahkan ampe si Pitung aja matinya gara-gara tikus busuk piaran kompeni buka 
rahasia ama tuh kompeni, jadi biangnye sih orang-orang kita juga!!. Sehingga 
ada beberapa teman saya berpendapat bahwa  tidaklah sepenuhnya salah kalau kita 
waktu itu di jajah sama Belanda 350 tahun, karena lamanya itu menurut bahasa 
matematika adalah fungsi dari kesetiaan kita terhadap Negara ini.
 
Berbicara masalah penjajahan dalam Indonesia modern, sebenarnya pada awalnya 
kita dijajah oleh Perusahaan dagang VOC milik Belanda. Perusahaan ini agar 
tetap eksis dan dapat melebarkan sayapnya kemudian mempersenjatai diri, baik 
dengan bantuan resmi Kerajaan Belanda atau membentuk Pasukan sendiri dengan 
anggotanya belanda itemyang direkrut dari para pribumi untuk memusuhi bangsa 
sendiri. Sedangkan pada level ambtenar dan para ningrat, tidak sedikit para 
Demang, bupati dan Tumenggung yang berperan sebagai antek-anteknya. 
 
Mari kita lihat bersama kondisi Negara kita saat ini, sudah merdekakah atau 
masih dijajah? Bagaimana Kondisi perekonomian kita? Bagaimana mental para 
Ambtenar kita? 
 
Sekiranya negeri tercinta kita ini negeri yang sangat-sangat ideal –kalo kata 
orang kulon  Utopis apa? saya sendiri kagak tau—tentunya sudah tidak menarik 
lagi bagi kaum muda yang memiliki daya kreatifitas yang tinggi dengan sejumlah 
ide dan  gejolak pemikiran yang selalu haus akan tantangan
 
Seperti halnya dahulu Gajahmada, Diponegoro, Sultan Hasanudin, Soetomo, 
Sukarno, Hatta, Syahrir dll masih banyak lagi, selalu saja ada cara dan celah 
yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan nasib negeri ini. Mereka semua orang 
yang tercatat dalam sejarah berhasil mengatasi keterpurukan dan menggapai 
kesuksesan? . Jasad mereka memang mati dan sudah habis dilebur tanah, tapi 
karakter, pemikiran, semangat juang mereka masih terasa oleh orang-orang yang 
terinspirasi. Belum terlambat untuk berbuat demi Indonesia, siapapun kita dan 
pada posisi apapun kita. Harapan masih ada di tangan kita, pikiran dan hati 
kita. Apabila urusan negeri ini dirasakan terlalu besar dan berat untuk kita 
gapai, setidaknya jangan kita biarkan tetangga kita tidak merasakan keberadaan 
diri kita.
 
Menjadi GOLPUT, APATIS  atau CUEK AJA  merupakan sebuah pilihan. Sebagaimana 
halnya suatu pilihan berujung pada konsekwensi atau risiko tertentu. 
Konsekwensi dari ketiga hal tersebut di atas daalam kasus PEMILU atau PILKADA 
adalah menyerahkan pilihan dan hasilnya kepada orang-orang yang menggunakan hak 
pilihnya dengan cara mencontreng sebuah nama atau lambang partai yang ikut 
berlomba. Tetapi Golput, Apatis ataupun Cuek aja juga bukan merupakan suatu 
kebanggan atau kehinaan, karena kita harus meyakini bahwa pilihan tersebut 
diambil melalui proses berfikir yang panjang dan matang.
 
Sebagai orang Indonesia, masih banyak PR kita. Idealisme masih belum bisa 
dikalahkan oleh realitas. Permata tetaplah permata, tidak akan berubah menjadi 
tidak berharaga walaupun benda tersebut berada dalam kubangan lumpur. Layaknya 
para pejuang dulu, akan muncul mutiara-mutiara baru di bumi Indonesia ini. Saya 
yakin rekan-rekan semua adalah bagian dari hal tersebut. Jangan biarkan " Ibu 
Pertiwi yang sedang bersusah hati,  makin berlinang air matanya" 
 
Yang di butuhkan oleh Indonesia saat ini adalah berbaris bersama, saling  
rangkul dan bergandengan membangun Indonesia yang lebih baik, Jika kita tidak 
ingin berbaris, setidaknya jangan panggil kawan-kawan yang sudah berada dalam 
barisan, silahkan  nikmati kesendirian kita dan mempersiapkan masa depan untuk 
keturunan penyendiri itu sendiri.
 
Mari berbuat untuk Indonesia. Biarpun sedikit, tapi itu lebih baik daripada 
menyerah
 
Salam
MIK
3 IPA 4 -84
Bukan anggota Partai, Just an Ordinary person





-- 
Komarudin Ibnu Mikam
WTS - Writer Trainer Speaker
komarmikam.multiply .com
0818721014
karya-karya ;
sekuntum cinta untuk istriku (GIP)
prahara buddenovsky (GIP)
dinda izinkan aku melamarmu (KBP)
sabar, kunci sukses karir gemilang (Dian rakyat)
nasroon, kisah sufi kantoran (dian rakyat)
merit yuk! (qultum media)
rahasia dan keutamaan jumat (qultum media)

 

________________________________
New Email addresses available on Yahoo! 
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
Hurry before someone else does! 


-- 
Komarudin Ibnu Mikam
WTS - Writer Trainer Speaker
komarmikam.multiply .com
0818721014
karya-karya ;
sekuntum cinta untuk istriku (GIP)
prahara buddenovsky (GIP)
dinda izinkan aku melamarmu (KBP)
sabar, kunci sukses karir gemilang (Dian rakyat)
nasroon, kisah sufi kantoran (dian rakyat)
merit yuk! (qultum media)
rahasia dan keutamaan jumat (qultum media)

 
 


      

Kirim email ke