Alhamdulillah, saya terharu ternyata pak Mursalin masih hapal pembukaan uud '45. Kalau dilihat UUD perubahan selama sepuluh tahun terakhir, tebalnya dah seribu halaman, tebel banget, bisa buat bunuh tikus. Betul seratus persen pak Mursalin, esensi kemerdekaan adalah kemerdekaan pribadi, tidak memandang rendah orang lain, suku lain, ras lain, jender lain, kelompok sosial lain. Bahasa sononya freedom and human rights. Hanya karena dipaksa jual teh ke Inggris daripada Perancis, revolusi Amrik berkobar, hingga lahir Independence Day. Hanya karena rebutan tanah warisan, revolusi Perancis berkobar, sampai kemudian lahir konsep trias politica dan sebagainya. Babe-babe kita, karena gak mau kemerdekaan itu dikasih Jepang, mereka proklamirkan sendiri. Mungkin dulu mereka berpikir, "Apa kata anak cucu nanti jika kemerdekaan saja kita dikasih?" Repotnya, sejarah Indonesia tidak mencerminkan persamaan hak itu. Coba saja lihat yang jadi elit pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah, berasal dari keluarga itu-itu saja, kalangan itu-itu saja, suku itu-itu juga, golongan itu-itu juga. Tidak ada mobilitas vertikal dan horisontal. Ada sih yang bisa, satu-dua, tapi kebanyakan mentok. Kenapa? Karena kita belajar dari moyang-moyang terdahulu. Coba aja liat sejarah, raja Singasari masih kerabat Kediri, kediri masih kerabat Majapahit. Sriwijaya juga masih kerabat majapahit (ingat tuh Adityawarman). Jaman kerajaan Islam, Demak masih saudara Banten, juga masih kerabat Cirebon, bahkan Samudera Pasai, Aceh. Kerajaan Banjar, Ternate, Tidore, sampai Filipina juga masih saudara raja Demak. Bukan cuma kerajaan, walisongo juga, kebanyakan masih sodara. Hebat kan? Nilai-nilai luhur itu kemudian diteruskan ke anak-cucu, dari perang kemerdekaan, masa gonjang-ganjing pki, orde baru, dan.....masih ada sisanya sampe sekarang. Contohnya? Gampang, liat aja sekeliling: bupati anu, ponakannya jadi camat anu....., pegawai anu kebanyakan asalnya dari suku anu, .......kalau bukan etnis anu, gajinya pasti beda.... Sorry, bukan bermaksud menyinggung siapa pun, tapi itu realita yang mengkhawatirkan, yang ironisnya dianggap biasa. Padahal itu salah satu esensi demokrasi. Setiap orang harus dilihat kemampuannya, keahliannya, bukan siapa dia, siapa di belakang dia, dia bawa apa. Kroni dan patron? Boleh saja, tapi tetap ada merit system dong. Selain itu juga harus ada keberpihakan. Kasian dong mereka yang selama ini tertindas, diberikan kesempatan yang "sama", dengan mereka yang punya akses ke segala arah. Ibaratnya satu dikasih bambu runcing, satunya lagi diberi AK-47. Pasti remuk yang kecil dan terpinggir. Makanya, esensi kemerdekaan yang kedua, ya keberpihakan pada minoritas, bukan minoritas jumlah saja, tapi minoritas modal, minoritas akses, minoritas sumber daya. Seperti yang dilakukan Komarudin dan kawan-kawan sekarang, termasuk memperjuangkan kemerdekaan, khususnya buat warga Bekasi Utara. Mereka perlu dong diberi kesempatan mendapatkan akses yang sama untuk sumber daya, modal, dibanding warga Bekasi lain. Jadi? Merdeka buat pak Mursalim.. --MAR--
--- On Mon, 3/8/09, Mursalin Guci <mursalin.g...@yahoo.co.id> wrote: From: Mursalin Guci <mursalin.g...@yahoo.co.id> Subject: [sma1bks] Merdeka Bangsaku To: sma1bks@yahoogroups.com, "sma1 89" <sman1bks...@yahoogroups.com>, "Raja Taufik" <rtaufikalams...@yahoo.com>, "Maskino Arnesto" <arimaskino_...@yahoo.co.id> Date: Monday, 3 August, 2009, 1:54 PM Merdeka Bangsaku Arti kemerdekaan bagi suatu bangsa Sebentar lagi kita akan memperingati kemerdekaan bangsa kita. Seperti tahun lalu, dan tahun-tahun yang telah berlalu kita akan memperingatinya, ada yang memperingatinya dengan acara seremonial di istana, ada yang dengan memberikan ulasan-ulasan klise di media, bahkan ada yang dengan mengadakan "pesta rakyat" yang membuat gelak tawa lepas berderai ~ hilanglah segala beban tekanan hidup untuk sementara waktu. Inikah arti sebuah kemerdekaan? ?? Kalau kita rujuk kepada Pembukaan UUD '45 disana dijelaskan arti kemerdekaan demikian; Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa oleh karena itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dengan demikian maka Merdeka itu adalah hapusnya penjajahan sekaligus terwujudnya kehidupan yang berperikemanusiaan dan berperikeadilan (adil makmur bagi bangsa Indonesia). Selama belum terwujudnya kehidupan yang berperikemanusiaan dan berperikeadilan berarti bangsa itu belum merdeka, masih dalam penjajahan. Kalau begitu apa sih penjajahan itu??? Penjajahan ialah kebijaksanaan menempatkan manusia, atau golongan manusia, atau bangsa manusia menjadi dibawah telapak kaki manusia, atau golongan manusia, atau bangsa manusia yang lainnya. Sama dengan satu sistem yang menempatkan diatas kepala orang yang tak punya duduk mereka yang punya, diatas kepala yang punya duduk mereka yang kuasa, diatas kepala yang kuasa duduk mereka yang maha kuasa. Inilah penjajahan, kalau Mac Iver bilang dalam bukunya The Web of Government adalah sistem jaringan laba-laba yakni sosial piramid. Dengan begitu maka bila kita menempatkan manusia lain dibawah kita, berarti kita adalah penjajah. Bila kita bersikap merendahkan yang lain, "ah kamu tahu apa sih!", atau, "saya ini kan pejabat", saya ini, saya itu dan macam-macam, menganggap diri lebih (superior) dibanding yang lain ini adalah mental penjajah. Sebaliknya mereka yang status sosialnya dianggap rendah sehingga bersikap; saya ini kan cuma bawahan, saya ini orang miskin, saya ini begitu begini, ini adalah mental anak jajahan. Jadi sesungguhnya penjajahan itu terletak pada diri manusia itu sendiri. Selama mental "Ana Khairu Minhu" - "Saya lebih dibanding Anda" terus bersemayam dihati sanubari bangsa ini maka selama itu kita tidak akan pernah merdeka sampai kapanpun juga. Kita akan menjadi manusia yang "(sudikah anda) makan bangkai saudara anda sendiri?" Kalau begitu bagaimana mencapai kemerdekaan? Pertama-tama dan paling utama adalah masing-masing pribadi harus "faqtuluu anfusakum" mempasifkan egoisme, serba saya harus dikorbankan, sehingga masing-masing akan menjamin hidup saling harga menghargai, saling memakmurkan, saling memenuhi harapan kemanusian, saling menghantarkan mencapai tujuan, yaitu adil makmur di persada bumi Indonesia tercinta. 3 Agustus 2009 Mursalin SMA 1 '89 Pemanasan global? Apa sih itu? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! New Email names for you! Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. Hurry before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/