---------- Forwarded message ----------
From: Rusmiliany, Erni <>
Date: 2009/8/4

 **

----- Forwarded Message ----
*From:* khairul rizal <>
**

Mungkin ada yang tahu..?

----- Forwarded Message ----
From: Cardiyan HIS <cardiyan_his@ yahoo.com>
To: itb1...@yahoogroups .com
Cc: it...@yahoogroups. com
Sent: Tuesday, July 28, 2009 10:47:37 AM
Subject: ITB73 Mari Kita Cari 600 Siswa Cerdas Miskin untuk ITB

Mari Kita Cari 600 Siswa Cerdas Miskin untuk ITB
Oleh Cardiyan HIS

Indonesia ini memang anomali. Ternyata sulit mencari anak cerdas miskin.
Dari kewajiban ITB sebagai PTN BHP untuk menyediakan 20% untuk calon
mahasiswa cerdas miskin dari total 3.000 calon mahasiswa baru,  hanya 51
orang saja baru berhasil dijaring ITB. Perlu kampanye kreatif dan agresif
jemput bola sampai ke gang-gang becek dan ke seluruh  pelosok Indonesia .

Baru saja saya ditilpun Rektor ITB, Prof. Djoko Santoso. Ia ingin meluruskan
tentang tulisan saya yang dikutip ratusan blog dan mailist yang pertama kali
dimuat di mailist IA ITB berjudul;  “Kembalikan Kursi SNMPTN 2009 kepada
yang Berhak”.
Menurut Prof. Djoko Santoso, ITB justru kesulitan untuk mencari 600 siswa
lulusan SMU yang cerdas miskin. Angka 600 ini adalah bukti kekonsistenan ITB
sebagai PTN berstatus BHP yang mensyaratkan 20% dari total penerimaan
mahasiswa baru ITB yang seluruhnya 3.000,  harus untuk calon mahasiswa
cerdas miskin.
Jumlah mahasiswa cerdas miskin ini baru berhasil dijaring sejumlah 23 orang
melalui Ujian Saringan Masuk (USM) ITB 2009. Dan 28 orang melalui seleksi
“Beasiswa ITB untuk Semua” 2009. Menurut Prof. Djoko Santoso, profil mereka
adalah anak-anak rakyat Indonesia cerdas tetapi orang tuanya miskin. Profil
orang tua mereka adalah tukang bakso, penjual nasi pinggir jalan, pemilik
kios warung kecil, pembantu rumah tangga, petani musiman, nelayan, tukang
gali tanah, tukang bangunan, sopir angkot, anak calo bisnis kelas teri,
   pensiunan tentara dan polisi pangkat prajurit, anak Satpam, guru ngaji,
pensiunan guru SD dan lain-lain.
Melihat total calon mahasiswa cerdas miskin yang berhasil dijaring ITB hanya
51 orang dari 600 orang untuk kursi yang tersedia. Maka saya sarankan agar
ITB lebih agresif lagi dan lebih kreatif lagi dalam menginformasikan dan
menggerakkan minat masyarakat untuk  masuk ITB tanpa biaya sepeser pun
selama dia kuliah di ITB dan seluruh biaya hidup ditanggung ITB sampai
lulus.
Mungkin selama ini masyarakat miskin sudah takut dengar nama ITB sendiri
sebelum mereka mau mendaftar. Yang mereka tahu, ITB itu yang paling mahal
biaya formulir pendaftarannya yakni Rp. 850 ribu. Nah kalau ia seorang
pembantu berarti dia harus menyerahkan seluruh pendapatannya dua bulan gaji
untuk beli formulir seleksi masuk ITB. Belum untuk urus sana urus sini.
Pokoknya berat di ongkos. Sedangkan biaya untuk hidup keluarga mana?
Pengalaman spesifik perjuangan dengan segala kendalanya dalam menyeleksi USM
ITB dan “Beasiswa ITB untuk Semua” 2009, ada baiknya ditulis dan dijelaskan
secara panjang lebar kepada media cetak dan elektronik lokal maupun nasional
termasuk di mailist IA ITB ini. Setidaknya ini akan menggugah para alumni
ITB yang jumlahnya puluhan ribu untuk memberikan saran dan idenya.
Syukur-syukur mau jemput bola, siapa tahu anak pembantunya cerdas, siapa
tahu anak Satpam di lingkungannya pinter; siapa tahu anak supirnya juga
otaknya moncer. Syukur-syukur ia sendiri mau menyumbang.
Sebab menurut Betti Alisjahbana, yang mengkoordinasikan program “Beasiswa
ITB untuk Semua” semakin banyak pendukungnya.   Setelah kemarin, 23 Juli
2009, pak Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI berkenan membantu penggalangan dana
melalui goresan pertama di dua lukisan seniman ITB.. Maka pada 24 Juli 2009
Betti Alisjahbana mendapat konfirmasi donasi “Beasiswa ITB untuk Semua” dari
Pertamina sejumlah Rp. 1.000.000.000. Selain itu seorang alumni ITB
(Haminanto Adinugraha) baru saja menyumbangkan Rp. 100.000.000 ke
pundi-pundi “Beasiswa ITB untuk Semua”. Dengan demikian total komitmen
donasi yang sudah kami dapat adalah Rp. 4.200.000.000. Dana ini cukup untuk
membiayai 42 mahasiswa sampai lulus dari ITB. Sementara hasil seleksi untuk
calon mahasiswa cerdas miskin hanya 28 orang.

Mari kita cari sampai ke gang-gang becek, ke seluruh pelosok Nusantara, para
anak cerdas miskin yang diprioritaskan masuk ITB gratis sampai lulus.
Permintaan ITB dan para donatur hanya satu mereka yang diterima  jadi
mahasiswa ITB kelak diharapkan menjadi agen perubahan di lingkungan sosial
asalnya.

Kirim email ke