*Tema Dan Bahasa Perlawanan Lanang[1] <#11b4a459ada99994__ftn1>*

*(Sebuah Pengantar)*



Sahlul Fuad[2] <#11b4a459ada99994__ftn2>



Setelah membaca Novel Lanang, meskipun kita bukan kritikus sastra, kita pun
dapat berposisi dan berlaku sebagai kritikus sastra. Pada posisi ini,
pengertian "kritikus" tidak mereferen ke kata "kritik" yang berarti kecaman.
Akan tetapi, kalau merujuk ke KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kita akan
melihat seperti di bawah ini:



kri·tik n kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan
pertimbangan baik buruk thd suatu hasil karya, pendapat, dsb;

– ekstern tahap penelitian berdasarkan liputan fisik berupa deskripsi
bentuk, jenis aksara, bahan, lingkungan, dan lokasi keberadaan prasasti; —
film kupasan dl media massa mengenai film yg dipertunjukkan di sebuah
bioskop, ditinjau dr segi kekuatan dan kelemahannya, kelebihan dan
kekurangannya yg dilandasi alasan yg logis; — intern tahap kerja yg
dilakukan berdasarkan hasil liputan data lapangan, yaitu transliterasi dan
transkripsi ke dl bahasa sasaran melalui analisis perbandingan dng berbagai
terbitan yg ada, baik dr sumber tertulis maupun analogi epigraf; — membangun
kritik yg bersifat memperbaiki; — naskah metode dl filologi yg menyelidiki
naskah dr masa lampau dng tujuan menyusun kembali naskah yg dianggap asli
dng cara membanding-bandingkan naskah yg termasuk dl satu jenis asal-usul,
lalu menentukan naskah yg paling tinggi kadar keasliannya, kemudian
mengembalikannya pd bentuk yg asli atau yg mendekati aslinya; — sastra
pertimbangan baik buruk thd hasil karya sastra; — teks kritik naskah;

meng·kri·tik v mengemukakan kritik; mengecam;

peng·kri·tik n orang yg mengkritik; orang yg mengemukakan kritik



Dengan demikian, dalam posisi sebagai pengkritik Novel Lanang, mestinya kita
tampilkan seluruh narasi yang ada di dalamnya. Tujuannya jelas, agar kita
memposisikan sebagai "kritikus yang obyektif". Kita tidak pada tempatnya
menafikan fakta-fakta yang ada hanya untuk membangun kesan buruk, yang
cenderung mengecam saja, atau sebalinyamemuji dan memuja semata.



Setidaknya, membaca Novel Lanang ini memunculkan beberapa aspek yang perlu
mendapat sorotan. pertama, aspek bahasa. Penggunaan bahasa yang dituturkan
dalam novel ini jauh berbeda dengan novel-novel zaman sekarang, "yang apa
adanya" dalam tradisi bahasa Indonesia sehari-hari. Pakcik Ahmad aktivis
milis Apresiasi Sastra bilang, "Novel Puisi".



Kedua, aspek tema. Novel Lanang ini mengandung beragam tema yang berpadu
satu dalam kompleksitas kehidupan. Setidaknya, tema-tema yang mengemuka
dalam novel ini antara lain: dunia perhewanan, dunia kesehatan, dunia seks,
dunia politik kebijakan, dunia politik konspirasi, dunia intrik politik,
dunia mistik, dunia agama dan moral, dunia tradisi, dunia lingkungan, dunia
ilmiah, khususnya dunia kedokteran hewan.



ADEGAN SEKS SEBAGAI CONTOH PERPADUAN TEMA DAN BAHASA



Marilah kita membahas perpaduan antara dua hal tadi, bahasa dan tema dalam
Novel Lanang dengan memasuki suatu hal yang sangat digandrungi banyak orang:
Seks, yang banyak kita jumpai adegan-adegannya dalam Novel Lanang, yang
bukan hanya antar manusia tetapi juga antara manusia dengan binatang yang
disajikan cukup mendetil.

Dalam buku "Mengarang Novel itu Gampang" Arswendo Atmowiloto menjelaskan,
antara lain, novel itu mengandung banyak pemanis, seperti unsur seks, dan
lain-lain. Akankah di Novel Lanang unsur seks ini hanya menjadi sekedar
pemanis saja? Ternyata tidak, karena bila adegan seks dalam Novel Lanang
dilenyapkan atau dikurangi, kerangka cerita akan berubah, karena seks
mempunyai kaitan erat dengan penyakit misterius, sekaligus sumber dan
"media" penyelesaiannya.



Selain itu, adegan seks di novel ini juga menunjukkan kecenderungan tokoh
Lanang sebagai "lanang". Sementara di dunia dokter (juga pakar) hewan,
kenyataannyalah kalangan ini sangat terobsesi terhadap masalah pembiakan,
karena harus berpacu dengan pertambahan jumlah penduduk yang merupakan deret
ukur dibanding pemenuhan pangan yang merupakan deret hitung. Penduduk
manusia pun sangat membutuhkan protein untuk kesehatan dan perkembangannya,
dan semua ini berkaitan erat dengan seks untuk perkembangbiakan.



Jelas, beberapa adegan seks dalam cerita ini bukan untuk sekadar klise dan
membubuhi novel ini seperti halnya kisah porno. Akan tetapi, adegan seks di
sini juga menjadi bagian dari pemecahan persoalan yang dihadapi Lanang.



Secara bahasa dalam adegan seks ini kita bisa membandingkan tulisan Yonathan
Rahardjo dengan tulisan Kurnia Effendi sastrawan Indonesia yang terkenal
tulisan-tulisannya yang indah tentang cinta dan percintaan.



Dikutip oleh Wartawan Koran Tempo Mustafa Ismail dalam blog-nya, Kurnia
Effendi menulis:



"Aku mencium mulutnya sebelum dia menyelesaikan ucapannya. Dua kancing
bajuku lepas oleh hentakan tangannya. Kudengar detasnya meluncur ke bahwa
meja televisi. Rambutnya yang basah hinggap ke wajahku. Entah siapa yang
lebih dulu tersengal, tapi sebagaimana keinginanku: Parastuti menari di atas
tubuhku. Sepuluh menit kemudian pipinya direbahkan ke dadaku, telinganya
mencoba mendengar proses degup jantung yang mereda."



Dan, Yonathan Rahardjo menulis:



"Mereka masuk kamar.

Kain seprei yang semula rata dengan muda tiba-tiba menjadi bergelombang.
Gelombang-gelombang itu bahkan bergetar laksana lipatan padang pasir
terempas gunung-gunung yang roboh.

Langit kelam dalam ruang kamar tiada dapat menghambat aktivitas tersembunyi
dua manusia berbeda jenis kelamin, yang terlucuti satu demi satu pakaian
kesehariannya.

Namun, begitu cepat aktivitas itu kandas tatkala seluruh organ tubuh tak
lagi ada pembatas dan saling bersentuhan.

Hasrat masih terjaga. Harus ada cara.

Berhasil!

Rafiqoh mendesis, ketika jari Lanang menyentuh organnya yang paling
tersembunyi.

Aktivitas di atas padang tempat tidur itu kembali menjadi penuh gelora
dengan gerakan tak tertahankan sekalipun caranya begitu berbeda.

Puncaknya, padang kain seprei yang bergetar dalam gelombang tiba-tiba basah
dialiri sungai dengan sumber begitu meluap-luap. Lalu diam.

Afi lemas. Tapi puas. Walau, hatinya melayang-layang bagai kapas ditiup
angin malam." (Lanang: 117)



Kita dapat merasakan, bahasa pengungkapan keduanya: sama-sama indah. Dan,
secara proporsional kita telah melakukan perbandingan yang adil karena telah
menyandingkan secara utuh narasi yang dibuat oleh Yonathan Rahardjo dengan
narasi yang buat oleh Kurnia Effendi. Dan kelebihan pengadeganan seks oleh
Yonathan dalam Novel Lanang sangat terkait dan tak terpisahkan dari misteri
cerita utama dan media pengungkap kehadiran burung babi hutan itu sendiri.



################ SPONSOR ##################
Milis ini disponsori juga oleh Penerbit Boki Cipta Media -Penerbit buku best 
seller berjudul “Janji & Komitmen SBY-JK Ternyata Hanya Angin?” oleh Rudy 
S.Pontoh. Lihat video dan bukunya di: http://janjisbyjk.blogspot.com/
Download ebook reviewnya di: http://www.driveway.com/c4u4b1u2l3

PEMBERI TESTIMONI: Prof. Dr. Siti Musdah Mulia, M.A (Aktivis), Usman Hamid 
(Koordinator Kontras), Ratna Sarumpaet (Aktivis dan Seniman), Sys NS (Ketua 
Umum DPP Partai NKRI - Negara Kesatuan Republik Indonesia), Prof. Dr. Amran 
Razak, SE, MSc (Guru Besar FKM Universitas Hasanuddin Makassar), Vera T. 
Tobing, SH (Advokat pada Kantor Pengacara Vera Tobing & Patners Jakarta), Dr. 
Taruna Ikrar, M.Pharm., Ph.D (Founder CFIS, Jepang), Ahmad Ushtuchri, SE 
(Pimpinan Pondok Pesantren di Bekasi), Prof. Dr. Maizar Rahman (Gubernur OPEC), 
Mohammad Aqil Ali, SH (Advokat pada HWS & Partners, Wisma Kemang, Jakarta 
Selatan), Andi Alfian Malarangeng (Juru Bicara Presiden RI), M. Farhat Abbas, 
SH (Advokat pada Kantor Pengacara Farhat Abbas & Rekan), Ratih Sanggarwati 
(Artis dan Pengusaha), Josephine Mathilda (Aktivis Persaudaraan Poso), Wimar 
Witoelar (Tokoh Terkenal), Muhammad Ikbal, SH (General Manager PT BBS), Mulyani 
Hasan (Penulis dan Wartawan Bandung), M.Dahlan Abubakar (Staf Pengajar Fakultas 
Sastra Unhas Makassar), Dedeng Z (Staf Pengajar Fak. Hukum UNSRI), Dr. Anwar 
Wardy W, Sp.S, DFM (Badan Narkotika Nasional), Abd. Farid, SH (Jaksa pada 
Kejaksaan Negeri Cikarang), Zikroen Habibie (Aktivis Forum Poso Bersatu), 
Ardian Arda (Sekretaris Umum DPD I HMPII), Sopian (LG Electronics Indonesia), 
Wahyu Kuncoro, SH (Konsultan Hukum di Tangerang), Lambertus L. Hurek (Redaksi 
Berita di Radar Surabaya), dll.
################ SPONSOR ##################



*Bahasa*



Begitulah, dalam Novel Lanang, Yonathan Rahardjo bercerita dengan ungkapan
yang, menurut saya, sangat indah. Sosok Drh. Lanang yang menjadi tokoh utama
dalam kisah ini ditampilkan sebagai manusia yang kompleks. Pada saat
tertentu, Lanang, adalah sosok yang penuh kasih sayang, tanggung jawab, dan
kokoh, namun di saat yang lain, Lanang adalah sosok yang kurang peduli alias
egois, tidak bertanggung jawab, dan rapuh. Saya suka sekali dengan
pengungkapan yang seperti ini. Dengan demikian, Lanang menjadi sosok manusia
yang memang mempunyai kelemahan dan kelebihan. Tidak seperti para tokoh
dalam kisah-kisah lain yang menjadikan tokoh utama menjadi sosok yang
benar-benar tanpa cela kelemahan.



Novel ini benar-benar memberikan warna bahasa sastrawi yang kental. Hal
inilah yang membedakan dengan novel-novel yang beredar selama ini. Novel
yang tidak semata-mata untuk bercerita. Melalui cara pandang sebagai dokter
hewan, Lanang benar-benar memanfaatkan keilmuan dan pengetahuannya sebagai
dokter hewan untuk bertutur dalam novel ini. Pantas saja kalau Prof. Drh.
Charles Ranggatabbu, MSc, PhD, merekomendasi, "Novel yang patut menjadi
bacaan "wajib" bagi kalangan kedokteran hewan dan peternakan serta peminat
seni sastra pada umumnya." Saya kira, ungkapan ini tidak berlebihan. Karena
memang begitulah yang saya baca.



Saya tidak tahu, apakah pernah ada novel dari putra nusantara yang seilmiah
dan sesastra ini? kalau ada, saya ingin sekali tahu...Sebaliknya, ada kritik
yang menyatakan bahwa tata bahasa Lanang berantakan, saya menolak hal ini,
sebab kalau tata bahasanya berantakan... berarti tulisan tersebut tidak bisa
dibaca, dong... Untuk pengkritik yang demikian, saya minta diajari cara
membaca tata bahasa yang salah. Saya juga ingin belajar gaya bahasa, sebab
antara tata bahasa dengan gaya bahasa itu jelas beda, meski sering sekali
saya memosisikan sama antara gaya bahasa dengan tata bahasa ini.



Kepada pengkritik semacam itu, saya katakan ayo tampilkan seluruh fakta yang
"hancur" itu. Berapa persen "kehancuran" dari novel itu? Apakah
persentasenya sudah sangat layak untuk membuang bacaan itu.... Kata dengan
tanda kutip "hancur" adalah bahasa saya. Tampilkan semua hasil temuannya
terhadap kesalahan (dalam istilah saya "kehancuran") tata bahasa dalam novel
lanang itu... Lalu, kita hitung seberapa parah kesalahan tersebut, sehingga
kita tahu bahwa perdebatan tentang tata bahasa dalam Novel Lanang ini
menjadi penting atau tidak...



Orang yang berpendapat demikian, menurut saya terlalu tekstualis. Saya
sarankan, sedikit berkontekstuallah... Ajari saya juga membaca Lanang
menjadi tidak nyaman... Sebab, saya sudah baca Novel Lanang dari halaman
1-416, dengan sedikit selip-selip, saya merasa nyaman... apa yang salah dari
cara baca ini?



Beruntunglah kita, dengan lahirnya karya Lanang ini. Seandainya tidak ada
gaya seperti Lanang, khazanah bahasa sebagian dari antara kita tidak akan
pernah berkembang. Justru, salah satu kekuatan dari novel ini adalah dari
gaya bahasa ini. Ambillah contoh keberanian Yonathan bergaya bahasa metafora
tentang neraca, timbangan, yang dapat diartikan sebagai pertimbangan
pemikiran, yang dilantunkan oleh Lanang dalam lamunan, atau perasaan,
pikiran atau apapun pergumulannya:



"...Ketika aku *melantunkan neraca-neraca merdu* yang menuntun jari jemari
jiwaku mendayu-dayu dalam liuk semenari tubuh gemulaimu dengan tarian
rindu..." (Lanang:170)



Saya jadi teringat pidato Daoed Yoesoef, Mantan Menteri P dan K, dalam
sambutan pengumuman Sayembara Novel DKJ 2006 waktu itu. Bangsa Indonesia
justru lebih tertarik mengejar-kejar bahasa asing. Sekolah-sekolah kini
lebih mengemukakan bahasa asing daripada bahasa Indonesia yang kita pakai
sehari-hari. Naif sekali jika bahasa Indonesia terus mengalami kemrosotan
keindahannya karena karya-karya yang tidak mengindahkan bahasanya. Alangkah
miskin pengalaman bahasa kita selama ini, jika tidak ditunjang dengan
produktivitas para sastrawan, termasuk penyair, dalam mengucapkan sesuatu
seperti dalam pilihan metafora yang berani itu.



Pengalaman apa yang bisa kita peroleh dari bacaan-bacaan kita selama ini,
tak lain pengucapan bahasa secara standar. Apakah dengan pengucapan bahasa
standar tersebut mampu menyentil kesadaran kita untuk meningkatkan peradaban
bahasa kita? Saya tidak yakin. Pengalaman pribadi saya belum pernah
merasakan sentilan itu, selain dari membaca karya puisi dan prosa bermutu.
Dengan demikian, apakah dengan pengucapan bahasa standar mampu mendobrak
kebekuan bahasa Indonesia, yang semakin ditindas lewat chating, sms, dan
bahasa-bahasa gaul itu?



Misalnya, seseorang yang suka abai terhadap karya puisi, lalu kita diberi
sebuah puisi (atau kalimat puitis). Kira-kira, apa tanggapan seseorang yang
suka abai terhadap karya puisi? "Entahlah, aku tidak paham bahasa seperti
ini." Lalu, siapa yang suka dengan ungkapan-ungkapan seperti karya puisi?
Saya kira, mereka adalah kebanyakan orang-orang yang mempunyai informasi
yang jauh lebih banyak dari kebanyakan orang. Mereka yang mempunyai
imajinasi yang lebih jauh dari kebanyakan orang. Meskipun orang itu adalah
seorang peternak sekalipun, seperti di bawah ini:



"Dalam waktu singkat, para malaikat pencabut nyawa melolong di tengah alam
gelap menyebarkan rasa ngeri di hati kami akan datangnya kematian pada para
sapi.

Mereka seperti anjing-anjing yang menjadi gila, menggigit ternak tak berdosa
hingga menemu ajal," jerit Sukarya pilu. (Lanang: 25)



Mengapa bahasa peternak Sukarya bisa begitu puitis? Tahukah Anda, peternak
sekarang banyak yang berpendidikan sarjana, ataupun kalau tidak, wawasannya
banyak yang sudah terbuka. Dan, itulah yang saya jumpai di Novel Lanang,
bahwa imajinasi menembus batas-batas status individu atau sosial.



*Tema*



Dari aspek tema inilah, menurut saya, orang awam dengan sedikit pemahaman
tentang dunia-dunia yang tak tampak di permukaan, akan kerepotan membacanya.
Jika seseorang yang kurang mempunyai informasi, pemahaman, atau wacana
(diskursus) tentang filsafat, politik, dan pengetahuan umum lainnya secara
kritis, akan merasa kesulitan menangkap pesan yang terkandung dalam Novel
Lanang...



Sebaliknya, cerita ini akan sangat menarik bagi peminat atau pengamat sosial
politik serta peminat sastra berat. Untuk itu, segmen pembaca novel ini
memang bukan orang-orang awam, atau bukan "anak ingusan", karena novel ini
termasuk, menurut saya, novel berat. "Novel Berat" yang dikemas dalam bahasa
yang indah, penuh metafora.



Secara kontekstual dengan kondisi bangsa ini di bidang kedokteran hewan dan
peternakan, setelah membaca Novel Lanang kita dapat merasakan kaitannya
dengan kondisi peneliti atau dokter/dokter hewan, atau politik kesehatan
Indonesia saat ini. Dalam kasus flu burung kita menjumpai penelitian yang
tidak tuntas, banyak yang tidak terdeteksi dan ahli-ahli yang asbun (asal
bunyi/ asal omong), dan pemerintah yang plin-plan, seperi yang disindir
dalam Novel Lanang berikut ini:



Para ahli berteori, kaitan makhluk aneh ini bisa langsung berhubungan dengan
babi hutan (...)

"Barangkali babi itu tersesat sampai pucuk gunung, sedangkan jalan untuk
kembali ke daratan sangat sulit. Ia bergaul dengan burung-burung rajawali
dan burung-burung penyendiri di puncak gunung. Bergaul dan melakukan
adaptasi pola hidup. Tumbuh sayap pada tubuhnya." (Lanang: 191)



Bila kita memahami hal ini, akan dapat terasakan, pesan yang disampaikan
penulis betul-betul menggetarkan. Sangat mengerikan bila ternyata kualitas
peneliti dan dokter hewan di Indonesia ada yang seperti Lanang dan para ahli
itu, baik sebagai ilmuwan atau pribadi, yang membuat hegemoni dari berbagai
pihak dapat terjadi padanya secara menggurita, termasuk dari negeri asing.



"Memorandum of Understanding between Nusantara Country with World Animal
Health Organization."

Di bawahnya tertulis:

"Pengendalian Wabah Misterius Penyakit Sapi Perah."

Dokumen itu dibuka Dewi, ia baca:

"Negara Nusantara menyatakan dan melaporkan kepada Badan Kesehatan Hewan
Dunia: Penyebab kematian ribuan sapi perah di negara nasional adalah burung
babi hutan. Kasusnya telah tertangani dengan baik, dengan dibunuhnya burung
babi hutan oleh dokter hewan Negara Nusantara. Dengan terbunuhnya penyebab
penyakit misterius itu, maka wabah telah dapat diatasi dan penyakit sudah
tidak muncul lagi."

...

"Selanjutnya untuk memelihara dan menjaga kondisi sapi-sapi perah pengganti
ternak yang telah mati, tetap aman dari serangan penyakit berikutnya,
dibutuhkan obat pencegahan yang dicampur dalam pakan ternak untuk dikonsumsi
oleh sapi perah secara berkelanjutan pada periode-periode tertentu dari umur
sapi. Obat yang direkomendasikan Badan Kesehatan Hewan Dunia dapat diperoleh
satu-satunya di Institut Kesejahteraan Total sebagai satu-satunya produsen
yang ditunjuk, dengan maksud untuk menghindari kekacauan pengelolaan."
(Lanang:   )



Dalam konteks tema ini, bila Novel Lanang adalah sebuah fiksi, untuk
menyandingkan dengan buku non fiksi kita dapat menyandingkannya dengan Buku
"Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung", tulisan
Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari yang bikin gerah World Health
Organization (WHO) dan Pemerintah Amerika Serikat (AS).



Dalam buku ini Fadilah berhasil menguak konspirasi AS dan badan kesehatan
dunia itu dalam mengembangkan senjata biologi dari virus flu burung, Avian
influenza (H5N1). Setelah virus itu menyebar dan menghantui dunia,
perusahaan-perusahaan dari negara maju memproduksi vaksin lalu dijual ke
pasaran dengan harga mahal di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Konspirasi tersebut, kata Fadilah, dilakukan negara adikuasa dengan cara
mencari kesempatan dalam kesempitan pada penyebaran virus flu burung.
Fadilah mengatakan, Pemerintah AS dan WHO berkonpirasi mengembangkan senjata
biologi dari penyebaran virus avian H5N1 atau flu burung dengan memproduksi
senjata biologi.



Untuk memperlancar konspirasi itu, AS memanfaatkan lembaga Namru 2 (Naval
Medical Research Unit 2) yang merupakan unit kesehatan angkatan laut Amerika
yang berada di Indonesia untuk mengadakan berbagai penelitian mengenai
penyakit menular yang hadir di Indonesia sejak 1968. Memang, awalnya
Indonesia yang mengundang mereka, tapi kemudian ngotot bertahan di sini.
Selama periode tahun 2.000-2005, lembaga ini tetap beroperasi, kendati
izinnya sudah habis. Dalam operasinya di Indonesia, NAMRU diberikan banyak
sekali kelonggaran, terutama fasilitas kekebalan diplomatik buat semua
stafnya; dan izin untuk memasuki seluruh wilayah Indonesia.



Selama ini, semua upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengontrol NAMRU
tidak pernah dipublikasikan, sehingga rakyat Indonesia tidak tahu apa-apa.
Barulah setelah Menkes menggebrak, keberadaan NAMRU terungkap ke masyarakat
luas pada awal 2008. Ketika terbit akhir April 2008 dan diluncurkan Mei
2008, kabarindo.com mengatakan, "Novel ini ditulis dengan gaya thriller,
plot cerita novel ini sungguh menegangkan. Karakter tokoh-tokoh pun rumit
dan penuh intrik. Dengan pendekatan konspirasi, karya ini menjadi bacaan
kritis bagi yang tertarik pada isu-isu social, psikologi, bioteknologi, dan
politik kesehatan. Anda tentu masih ingat dengan polemic Namru 2 dan isu
virus Flu Burung khan? Sepertinya penulis novel masih terperangkap dengan
isyu-isyu tersebut."



Benarkah Novel Lanang terperangkap isu-isu seperti kata kabarindo.com itu?
Untuk kasus flu burung, kelihatannya memang iya, dan diakui pengarangnya
memang terilhami kasus ini. Namun untuk kasus Namru, sudah tentu Novel
Lanang mendahului terbongkarnya kasus Namru. Sebab Novel Lanang sudah
menjadi peserta Lomba Novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 2006, dan diumumkan
menjadi pemenang pada awal 2007. Sedangkan tadi sudah jelas, terbongkarnya
kasus Namru adalah pada awal tahun 2008.



Tak berlebihan bila saya katakan Lanang itu semacam buku primbon untuk
menguak misteri Indonesia. Mungkin ini semacam ramalan Jayabaya. Selain,
Lanang itu sastra. Sesastra puisi. Sepuisi Indonesia. Se-Indonesia yang
misteri. Membaca lanang memang beda dengan logika. Dan, sebagai penutup
pengantar perlawanan bahasa dan tema Lanang, bacalah cuplikan ini:



Mobil beranjak.

Jalan sangat menanjak.

Maklum daerah pegunungan.

Perjalanan berliku-liku, dengan setiap tepian adalah jurang terjal.

Ditambah dengan gelap dan kabut.

Kehati-hatian dan kemahiran mengemudi adalah kunci mengarungi samudera malam
di pegunungan hitam. (Lanang: 5)* *

------------------------------

[1] <#11b4a459ada99994__ftnref1> Bedah Buku Novel "Lanang", karya Yonathan
Rahardjo, P.D.S.H.B. Jassin, Taman ismail Marzuki, 30 Juni 2008

[2] <#11b4a459ada99994__ftnref2> Peneliti, Pemerhati Konsep Resistensi,
Magister Antropologi Universitas Indonesia


[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

Keajaiban Foto-foto 

#1: Foto Berbicara
Punya foto/lukisan close-up teman, pacar, istri, boss, binatang 
kesayangan  atau foto Anda sendiri dan Anda ingin foto tersebut 
tampak berbicara seolah2 hidup dan bisa diputar di DVD (format 
DVD/PAL), komputer (format AVI atau MPEG), handphone (3GP), atau 
Website (format GIF)? Percayakan kami untuk menggarapnya. Di tangan 
kami foto2 Anda menjadi begitu berarti. 
Silahkan lihat atau download contoh2nya di link video Google 
berikut. Anda pasti terkejut:
http://video.google.com/videoplay?docid=-8818188354111934097
http://video.google.com/videoplay?docid=3950041619250500620

#2: Kartun dari Foto
Ingin foto teman, pacar, istri, boss, atau foto Anda sendiri menjadi 
profil kartun animasi yang lucu dengan wajah mirip foto asli? Bisa 
diputar di DVD (format DVD/PAL), komputer (format AVI atau MPEG), 
handphone (3GP), atau Website (format GIF)? Sebuah hadiah kejutan 
yang akan menggembirakan Anda dan orang lain. Percayakan kami untuk 
menggarapnya. Di tangan kami foto2 Anda menjadi begitu berarti. 
Silahkan lihat atau download contoh2nya di link video Google 
berikut. Anda pasti terkejut:
http://video.google.com/videoplay?docid=6511686695203579576
http://video.google.com/videoplay?docid=7697702278365985773

HUB:
Pegagajo (Studio Cipta Kreatif)
[EMAIL PROTECTED]
SMS: 0811-185-929
Pejaten, Jakarta SelatanYahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/sukasukamu/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/sukasukamu/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke