MAAF YA...?

    KAlo kita jujur, kalimat tersebut merupakan kalimat faforit yang paling
sering kita dengar saat ada peminta-minta termasuk para peminta sumbangan
yang mengatasnamakan yayasan, ta'mir masjid dsb-dsb.

     Tanpa mengurangi hormat saya terhadap niat tulus dari teman-teman yang
sering mengucap kalimat "MAAF YA" tadi, aku ingin bertukar fikiran, mungkin
pendapatku ini salah atau subyektif tapi setidaknya itu baik menurutku.



     Aku pernah mendengar Cak Nun (Emha Ainun Najib) dalam sebuah renungan
menyampaikan pesan bahwa kepada teman-teman untuk berbuat baik sesuai
kemampuan. Salah satu yang dicontohkan adalah jangan kita melarang orang
yang mau memberi sodakoh pada peminta dengan kata-kata *"jangan diberi, itu
tidak mendidik…!"*



Argumen yang diajukan oleh Cak Nun dalam bentuk pertanyaan adalah " mampukah
kita mendidik mereka ?  jangan �Cjangan kalimat itu kita pilih sebagai
kata-kata yang sudah jamak untuk menolak/mengusir mereka dengan cara yang
halus. Kalo kita mampu mendidik, ya…didiklah, tapi kalo kita tidak mampu
mendidik, apa salahnya kita memberi sekedarnya ? Siapa sih yang punya
cita-cita jadi peminta-minta ?



Sesaat setelah aku renungkan pendapat Cak Nun di atas, aku jadi berpikir.
Bukankah sadakah merupakan ujud kepekaan sosial yang hakiki ? Bukankah
dengan sadakah kita sedang menabung kebaikan ? Bukankah dengan sadakah kita
tengah menjalankan perintah Yang Maha Kuasa atas kita ? Bukankan kedatangan
saudara-saudara kita yang nasibnya kurang beruntung lalu terpaksa menjadi
pengemis adalah sarana yang dikirimkan oleh Allah untuk beribadah bagi kita
? dsb-dsb.



Dengan pertanyaan-pertanyaan tadi, aku jadi tersadar bahwa selama ini aku
sering menyia-nyiakan sarana ibadah yang Allah kirimkan padaku.

Pertanyaan berikutnya, apakah kita sadar bahwa tiap saat kita sedang
menerima sadakah dari orang lain ? Mungkin banyak diantara kita yang
menjawab tidak, karena sejak lahir hingga dewasa dan tua selalu hidup dalam
kecukupan. Tapi benarkah orang yang seperti itu tidak menerima sadakah dari
orang lain ?

Ternyata salah, karena tidak ada diantara kita yang mampu menolak sedekah
itu. Sadakah apa itu ?

Mari perhatikan isi dari do'a kita dan do'a semua muslim  di seluruh dunia
tentang ampunan dan keselamatan, pasti didalamnya mengandung kalimat "… wa
li jami'il muslimina wal muslimat.. dst "

Yang artinya, biarpun kita sedang tidur kita tetap sedang menerima sadakah
dari saudara kita berupa doa untuk diampuni dosa kita dan diberi
keselamatan, entah dari orang dekat atau jauh, kenal atau tidak kenal di
Indonesia atau di Irak sana.

Dengan pemahaman inilah, aku berpikir tidak ada salahnya jika kita selalu
bersedekah, berinfaq dan beramal jariah, sebagai balanching atas sadakah
yang tak pernah kita sadari dari seluruh saudara kita.

Subhanaka la 'ilmalana, illa ma'alamtana, maha suci Allah, tidak ada yang
kita tahu, selain yang Allah beri tahukan kekita.


-- 
Best Regard
Erwin Arianto,SE
えるウィン アリアンと


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke