Siapapun kita, bisa belajar untuk menjadi orang yang kuat dengan mencoba
untuk bisa menahan amarah setiap kali ada perasaan yang membuat kita jengkel
atau kecewa. Menang, amarah itu manusiawi, kerap kita mengalaminya. Hanya
saja, kita perlu mengelola dan mengendalikan amarah kita agar tidak terlalu
membuncah. Mengapa..? karena dengan ?hobi? marahnya kita, justru akan
membuat citra yang buruk tentang diri kita. Mana ada pemarah menjadi idola,
atau sosok yang menyenangkan. Dimana-mana seorang pemarah itu dibenci oleh
orang-orang disekitarnya. Bahkan kerap dicap sebagai biangkerok dan
pengacau.



Setiap orang mungkin pernah marah. Hanya saja model marahnya itu
berbeda-beda. Ada yang meluapkan amarahnya dengan meledak-ledak,
mengungkapkan kata-kata kasar sambil melempar dan membanting sesuatu, atau
ada yang meluapkan amarahnya cukup dengan sikap diam saja.



Satu hal yang pasti, dalam ilmu kesehatan, marah itu bisa mengundang dan
mudah terkena penyakit. Di dalam darah orang yang sedang marah terkandung
banyak hormon adrenalin, hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal ini
akan dilepaskan ke dalam darah ketika ada rangsangan emosi. Akibatnya adalah
denyut jantung akan bertambah cepat dan tekanan darah meninggi, keadaan ini
yang mengakibatkan penyakit mudah datang. Ini sedikit efek marah yang saya
ketahui dari beberapa bacaan kesehatan.



Saya sendiri pernah marah secara meledak-ledak. Tapi, menurut pengalaman
saya, marah yang meledak-ledak itu kadang memang lebih banyak berdampak
buruk. Bagi diri kita, dari sisi psikologis, tentu mempertaruhkan citra akan
kepribadian yang jelek Bagi orang lain, jelas, ketika meluapkan amarah
terlalu berlebihan, seringkali begitu menyakitkan bahkan berujung pada
dendam. Kadang dendam ini juga menjadi awal bagi orang lain untuk melakukan
pembalasan. Banyak kan kita baca disurat kabar atau berita televisi, ada
orang yang melakukan pembunuhan atas dasar dendam karena pernah disakiti.



Dalam kehidupan keluarga, mudah ditemui orang tua yang marah besar dipicu
oleh kesalahan biasa yang dilakukan anaknya, suami yang secara emosional
menganiaya istrinya hanya dipicu masalah-masalah kecemburuan dan
pertengkaran rumah tangga. Suami atau istri yang marah kepada pasangannya
dan tega melampiaskan kemarahannya dengan menganiaya pasangannya, bahkan
anaknya sendiri. Dalam pekerjaan, ada pimpinan yang marah-marah besar hanya
dipicu oleh kesalahan kecil bawahannya. Dalam kehidupan sehari-hari, mudah
ditemui orang yang marah-marah dijalanan karena dipicu oleh sikap pengguna
lalu lintas yang kurang disiplin atau saling baku hantam hanya gara-gara
saling tersinggung.



Mengapa belakangan ini semakin banyak orang yang mudah sekali dipicu emosi
amarah ? Mengapa mereka seakan tidak memiliki hati nurani kemanusiaan,
padahal sebagian dari mereka adalah orang-orang berpendidikan atau bahkan
aparat keamanan pengayom masyarakat ?



Sahabat semua, memiliki emosi amarah adalah manusiawi dan merupakan hal yang
wajar, sejauh itu dapat dikelola dengan benar, tepat waktu dan tepat sasaran
sehingga tidak merusak orang lain. Karena emosi amarah adalah salah satu
watak dasar manusia. Menjadi hal yang aneh bila ada seseorang yang
mengatakan tidak punya rasa marah. Karena sesungguhnya rasa marah merupakan
bentuk kekayaan bathin kita sebagai manusia. Namun bagi mereka yang tidak
mendengarkan suara hati nuraninya, akan mudah dikendalikan nafsu amarahnya.
Mereka menjadi budak nafsu dari amarahnya.



Berbeda dengan mereka yang memiliki kecerdasan hati nurani, memiliki
kepribadian cerdas dan tenang, mereka dapat mengendalikan reaksinya agar
tidak menjadikan kemarahan sebagai tindakan yang agresif, merusak
danmenimbulkan kebenciaan. Kemampuan seseorang untuk menguasai diri,
kemampuan untuk menghadapi badai emosional dengan kesabaran, kemampuan
mengendalikan dorongan hati yang dikuasai emosi dan bukannya membiarkan
dirinya dikendalikan atau menjadi "budak nafsu" merupakan salah satu kunci
rahasia kebijaksanaan. Kemampuan seperti ini dijunjung tinggi sejak zaman
nabi Adam sampai dengan nabi akhir zaman Muhammad saw dan selalu dibawa
dalam setiap pajaran beliau.



Kalau dalam istilah Yunani kuno dikenal dengan istilah "sophrosyne" atau
"hati-hati dan cerdas dalam mengatur kehidupan, keseimbangan dan
kebijaksanaan yang terkendali", sebagaimana diterjemahkan oleh Page Du Bois
yang dikutip oleh Daniel Goleman. Tujuannya adalah keseimbangan emosi, bukan
menekan emosi. Karena setiap perasaan memiliki nilai dan makna. Sebagaimana
yang diamati oleh Aristoteles, bahwa yang dikehendaki adalah emosi yang
wajar, keselarasan antara perasaan dan lingkungan.



Mengendalikan emosi berarti dapat menjaga keselarasan antara perasaan dan
lingkungannya. Kemampuan seperti ini memiliki nilai sangat penting bagi
peningkatan kualitas kepribadian seseorang. Demikian pentingnya dalam
mengendalikan amarah ini, maka ketika Muhammad Rasulullah saw didatangi oleh
seorang sahabatnya yang memintanya untuk memberikan nasehat, wasiat beliau
adalah, ''Janganlah kamu melampiaskan amarah.'' Dan kata-kata itu
diulanginya lebih dari satu kali.



Makna dari nasehat ini bukanlah maksud beliau untuk melarang memiliki rasa
marah. Karena rasa marah itu bagian dari watak dasar manusia yang pasti ada.
Makna dari nasehat Muhammad saw ini adalah berusahalah menguasai diri ketika
muncul rasa marah. Supaya emosi kemarahan itu tidak menimbulkan dampak yang
merugikan orang lain maupun diri sendiri. Inilah inti dari nasehat dalam
meraih kebijaksanaan hidup.



Bagaimana dengan emosi amarah yang ada dalam diri Anda sendiri ? Apakah
sudah dikelola dengan baik? Bagaimana mengekspresikan emosi kemarahan yang
tanpa menimbulkan sakit hati ? Bagaimana mengelola emosi dalam diri agar
mencapai kebijaksanaan…



Makanya, kalau terpaksa marah, sekedarnya saja. Saya sendiri berusaha
memilih diam ketika sedang marah kepada seseorang. Kalau ada teman yang saya
diamkan, kadang bertanya sesuatu saya cuekin saja, itu tandanya saya sedang
marah. Dan ternyata, ini seni marah yang jitu. Kadang teman saya pelan-pelan
mengerti maksud sikap saya melakukan itu. Kalau diluapkan secara berlebih,
kadang malah membuat suasana menjadi rumit, ribet dan panas. Ah, semoga saja
kita semua bisa belajar mulai dari sekarang untuk bisa mengelola amarah agar
bisa menjadi seorang yang kuat.





Orang kuat itu bukan orang yang badannya besar dan kekar. Orang kuat adalah
orang yang bisa menahan amarahnya.



Anda tidak dihukum karena kemarahan anda, anda dihukum oleh kemarahan

anda.



Orang yang berdoa tetapi tidak berusaha adalah seperti orang yang

menembakkan panah tanpa tali busur. (Ali Bin Abi Thalib R.A.)



Amarah adalah pencuri yang mencuri saat-saat manis anda. (Joan Lunden)



Ia yang bijak akan merasa malu, jika kata-katanya lebih baik daripada
tindakannya. (Kung Fu-Tze)



Carilah kebenaran sebelum kebenaran mencari kamu.Jauhilah harta duniawi
karena akan membawamu pada kebutaan hati, dan  kebutaan hati akan membawamu
pada kematian.



Dalam perenunganku

Depok 20, Jul 207 21:00

Erwin arianto

More about My Article & Poetry See http://erwinarianto.blogspot.com




-- 
Best Regard
Erwin Arianto,SE
えるウィン アリアンと
See my Article On http://erwinarianto.blogspot.com/
See My poem http://360.yahoo.com/arianto_erwin


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke