Assalaamu 'alaikum wr. wb.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. 1:1)
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, (QS. 1:2)
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. 1:3)
Yang menguasai hari pembalasan. (QS. 1:4)
Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan. (QS. 1:5)
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (QS. 1:6)
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada
mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka
yang sesat. (QS. 1:7)

Mumpung lagi semangat baca tafsir, sekali lagi saya tuliskan dari buku
Quraish Shihab yang berjudul  "Tafsir AlQuran -- Tafsir atas Surat-Surat
Pendek Berdasarkan Urutan Wahyu" terbitan Pustaka Hidayah. Seperti juga yang
pada tafsir Al-Kautsar maka kali inipun saya hanya menuliskan kembali dengan
bahasa saya sendiri bagian-bagian yang paling menarik menurut saya. Kalau
mau tulisan asli, silakan membaca sendiri buku tersebut .... ini bukan
promosi lho :-).

Menurut Quraish Shihab, sebagian ulama tafsir menganggap bahwa Al-Fatihah
adalah surat pertama yang diturunkan kepada Nabi. Terdapat berbagai argumen
untuk hal ini. Sebagian ulama lain menganggap bahwa 5 ayat pertama Al-Alaq
merupakan wahyu pertama yang diturunkan, tetapi Al-fatihah adalah surat
pertama yang diturunkan secara lengkap kepada Rasulullah SAAW. Bagaimanapun
juga Quraish Shihab meletakkan Al-Fatihah pada bagian pertama dalam buku
tersebut yang menurut ybs disusun berdasarkan urutan turunnya wahyu.

Menurut suatu hadist setengah Al-fatihah adalah untuk Allah SWT, sedang
setengahnya lagi untuk hamba-Nya. Jadi ayat 1 hingga ke-4 bercerita tentang
Allah, sedang ayat ke-5 setengah untuk Allah ("Iyyaka Na'budu"), dan
setengahnya untuk hambanya ("Iyyaka Nastain"). Berikutnya 2 ayat terakhir
adalah untuk hamba-Nya. Banyak pembahasan yang sangat menarik dalam tafsir
Al-Fatihah tersebut. Saya hanya akan menuliskan sebagian pembahasan mengenai
ayat ke-6 "Ihdinash Shiratal Mustaqim".

"Shirat" diartikan oleh Quraish Shihab sebagai jalan yang luas lagi lurus.
"Shirat" juga berarti menelan. 

Dalam Al-Quran, kata "Shirat" dibedakan dari kata "Sabil" seperti tercermin
dalam Al-Maidah ayat 16 sbb: 
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya
ke "subulas salaam", dan Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap
gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki
mereka ke "shiratal mustaqim". (QS. 5:16)

Kemudian Quraish Shihab juga mengutip kata-kata dari Abu Yazid Al-Busthamy
dalam salah satu bukunya yang bermakna bahwa sebelum mencapai shiratal
mustaqim tersebut, maka hambanya menaklukkan nafsu yang diibaratkan berjalan
mendaki gunung yang tinggi (sabil assalaam). Setelah berhasil menaklukkan
nafsu tersebut maka hambanya akan menemui cahaya yang terang benderang dan
kemudian akan menemukan jalan yang lurus lagi luas (shiratal mustaqim). 

Dalam Alquran, "Shirat" selalu dipergunakan dalam bentuk tunggal, berarti
hanya ada satu Shirat. Total kata ini dipergunakan sebanyak 45 kali.
Sedangkan "Subul" adalah bentuk jamak dari "Sabil", menunjukkan bahwa ada
banyak jalan keselamatan ("Subul Assalam") tersebut. Alquran juga menyebut
Sabilillah, serta Sabil Al-Muhtadin. Selain Sabil-Sabil yang baik tersebut,
Quran juga menunjukkan adalanya sabil lainnya yang memiliki pengertian buruk
yaitu Sabil Attaghut (Annisa 76), Sabil Almujrimin (Al Anam 55), Sabil Al
Mufsidin (Al Araf 42), Sabil AlGhay (al A'raf 146) Sabil Alladhiina la
ya'lamuun (Yunus 89), serta Ghaira sabil almukminin (annisa 155).

Dari penjelasan di atas, saya jadi lebih optimis menyimpulkan bahwa sebagian
besar umat belum lagi pada ShiratalMustaqiim tersebut, kebanyakan masih
berada pada "Sabil-Sabil" yang ada. "Sabil Assalaam" jumlahnya ada banyak,
serta via "jalan-jalan keselamatan" itulah kita berlatih menaklukkan hawa
nafsu. Seluruh "Sabil" pada "Subulus-Salam", insyaallah bermuara pada
"Shirat Al-Mustaqiim" seperti yang dijelaskan pada QS 5:16. Sebagian manusia
lainnya berada pada sabil yang bertentangan dengan Subulus Salam tersebut
seperti pada "Sabil Attaghut" dll. 

Sehingga ketika kita membaca "Ihdinas Shiratal Mustaqim" maka benar-benar
kita meminta kepada Allah SWT agar segera diperkenankan mencapai "Shiratal
Mustaqim" tsb yang luas dan menelan kita menuju kepada tujuan kita.

Wassalaamu 'alaikum wr. wb.

---------------------------------------------------------------------
Daftar Keanggotaan, e-mail (kosong): [EMAIL PROTECTED]
Keluar Keanggotaan, e-mail (kosong): [EMAIL PROTECTED]
Dokumentasi Milis : http://www.mail-archive.com/tasawuf@indoglobal.com
Sumbangan Milis : BCA No. Rek 2311222751 (a.n Muhammad Sigit P)




Kirim email ke