Wah...pak Ibnu bahasan yang bapak tampilkan cukup dalam....tapi yang ingin saya 
tampilkan mungkin tidak secara mendalam...ya sebagai pengingat buat kita, bahwa 
kita jangan terlalu memikirkan keberadaan tuhan memikirkan sepeti apa tuhan 
tapi coba pikirkan keberadaan kita dimata tuhan, apakah kita cukup layak 
berhadapan nanti?

Lalu kalau masalah apakah setan itu terbuat dari api kenapa dimasukkan ke 
neraaka yang dengan jelas terbuat dari api....ini hanya menggambarkan bahwa 
meskipun setan terbuat dari api tapi jika Alloh menghendaki setan itu merasakan 
terbakar, itu bukan sesuatu yang tidak mungkin ..lha wong dzat api itu yang 
nyiptain ya Alloh, seperti saat nabi Ibrahim yang dibakar hidup-hidup tetapi 
atas kuasa Alloh "dinginlah kamu wahai API!!"

ya...mungkin ini hanya sebagai bahan perenungan untuk kita semua dibalik apa 
yang kita peroleh saat ini tidak ada apa-apanya jika tidak atas Rakhmat Alloh


Salam

Firman
Quoting Ibnu Widiyanto <[EMAIL PROTECTED]>:

> Hi there:
> 
> Kalau mas Firman memberi contoh Kyai yang menampar seorang pemuda karena, 
> salah satunya, protes kenapa Syetan (yang dzat api) dimasukkan ke neraka? 
> Nggak sakit dong, menurut sang pemuda. Sang Kyai kemudian menjawab bahwa
> belum 
> tentu sesuatu yang sama dzatnya tidak bisa menyakitkan. Contohnya pemuda yang
> 
> kesakitan ketika ditampar pipinya (yang terbuat dari kulit dan tulang) oleh
> 
> kyai (yang tangannya juga terdiri dari kulit dan tulang).
> 
> Bagi saya, jawaban kyai tentang sesuatu dzat yang sama juga bisa menyakitkan
> 
> kurang tepat. Kenapa sang pemuda kesakitan? Jelas bukan karena ditampar kyai
> 
> yang tangannya terdiri dari kulit dan tulang. Seandainya pemuda itu disiram
> 
> air panas, atau disengat api yang membara (yang berda dzat dari sang pemuda),
> 
> pemuda itu tetep saja akan mengerang kesakitan. Jadi jawaban kyainya kurang
> 
> pas tuh.
> 
> Kenapa syetan yang terbuat dari api kok tetap dimasukkan ke neraka? Nggak 
> kesakitan dong! Demikian pula manusia yang terbuat dari tanah yang nanti 
> dikubur pasti nggak kesakitan juga dong!
> 
> Yang menyebabkan sakit itu jika ada soul (nyawa). Jika suatu makhluk tidak
> ada 
> nyawanya maka makhluk itu dikategorikan tidak mempunyai urat syaraf. Urat 
> syaraf ini akan ada hubungannya dengan indera makhluk itu. Entah rasa, karsa,
> 
> maupun indera lainnya.
> 
> Nyawa itu tunggal (kecuali sang Pencipta nyawa menghendaki lain). Nyawa itu
> 
> tidak bisa diderivasi persis sama. Buktinya manusia hidup itu dikarenakan 
> nyawanya masih melekat di tubuhnya. Kalau nyawanya sudah lepas dari tubuh, 
> tinggallah tubuh manusia itu menjadi seonggok daging yang tak bisa berbuat 
> apa-apa.
> 
> Contoh:
> Seandainya, anda memotong bagian tubuh anda, katakanlah tangan anda
> dipotong,
> maka yang kesakitan adalah tubuh anda; bukan potongan tangan anda. Seandainya
> 
> potongan tangan anda itu diremuk, digilas, dibakar, anda tentunya tidak 
> merasakan kesakitan. Sebab apa? Sebab potongan tangan anda itu sudah tidak 
> mempunyai syaraf yang tersambung ke otak anda. Dengan kata lain, potongan 
> tangan anda itu sudah mati. Tidak ada nyawanya. Sementara nyawa anda yang
> asli 
> tetap melekat pada tubuh saudara walau tanpa tangan sekarang. Kalau nyawa
> bisa 
> diderivasi, pastilah potongan tangan anda itu masih hidup. Lha ini khan
> sangat 
> muskil!
> 
> Jadi intinya, kalau nggak ada nyawa (soul) di tubuh anda , maka anda tidak 
> akan merasakan sakit.
> 
> Kembali ke persetanan tadi, jadi kalau syetan itu dimasukkan neraka, maka 
> jelas jasad syetan itu nggak akan mengalami kesakitan. Demikian pula jika 
> manusia dimasukkan neraka, jelas jasad manusia itu nggak akan kesakitan.
> 
> Namun,yang menjadi soal adalah seandainya suatu makhluk dimasukkan neraka 
> (disiksa dls) bersama dengan nyawanya. Inilah yang menjadi soal.
> 
> Karena nyawa tidak bisa diderivasi oleh makhluk itu, maka kesakitan pula yang
> 
> membayangi syetan, manusia atau mahkluk hidup lainnya ketika dimasukkan ke 
> neraka. Sampai kemudian pada satu titik tertentu nyawanya di ambil oleh sang
> 
> pencipta nyawa.
> 
> Masalahnya adalah nyawa itu khan telah terlepas dari tubuh..kok bisa kembali
> 
> lagi. Lha itu bukan urusan saya. Itu urusan yang menciptakan nyawa. Seperti
> 
> apakah manusia yang diadili di pengadilan akhirat itu akan dapat syafaat atau
> 
> tidak? akan dapat pengampunan atau tidak? akan diadili setiap tahunnya atau
> 
> tidak? (misalnya orang yang seumur-umur menjadi pencuri namun kemudian ketika
> 
> hampir meninggal dianya menjadi dermawan, apakah dia dicap sebagai pencuri 
> atau dermawan)? Itu khan urusan sang pencipta. Kita sih bisanya
> menebak-nebak. 
> Makanya kalau kita sudah beragama, paling baik kalau kita semakin tekuni 
> ibadah kita, semakin hayati nilai agama kita. Sebab kita khan tidak tahu 
> pengadilan akhirat itu nantinya timbangannya kayak apa. Makanya Marilah kita
> 
> berlomba-lomba berbuat kebajikan untuk tabungan di akherat kelak!
> 
> Bahasan ini lebih berguna daripada mempermasalahkan apakah Tuhan fair atau 
> tidak karena memasukkan syeitan (yang terbuat dari api) ke neraka (yang 
> merupakan api yang sangat panas).
> 
> Bagi saya, Tuhan sangat mengetahui apa yang direncanakan dan dikerjakan.
> 
> Ada komentar?
> Silakan saja.
> 
> Cheers,
> 
> IW
> 
> 
> --------------------------------------------------------------------------
> Milis Archive: http://archive.undip.ac.id - Forum: http://forum.undip.ac.id
> to unsubscribe, mailto:[EMAIL PROTECTED] - Seq. #673
> DIPONEGORO UNIVERSITY MailingList              http://www.undip.ac.id
> 
> 
> 



--------------------------------------------------------------------------
Milis Archive: http://archive.undip.ac.id - Forum: http://forum.undip.ac.id
to unsubscribe, mailto:[EMAIL PROTECTED] - Seq. #674
DIPONEGORO UNIVERSITY MailingList              http://www.undip.ac.id


Kirim email ke