Biarkan Remaja Leluasa Gunakan Bahasa Sunda
BAHASA Sunda pada masa kini sebenarnya sudah demikian tumbuh dan
berkembang. Seperti bahasa-bahasa lainnya, bahasa Sunda tidak akan pernah bisa
lepas dari pengaruh-pengaruh bahasa lain yang mendampinginya. Alam globalisasi
dan informatika turut menggiring bahasa Sunda pada keadaannya yang demikian,
seperti pada unsur-usurnya, baik dalam tatanan bentuk maupun arti.
Penulis masih banyak mendengar dan menjumpai anak-anak maupun remaja Sunda
yang masih menggunakan bahasa Sunda dalam pergaulannya. Bahkan kalau
memerhatikan masyarakat di lingkungan selebritis, menjadi suatu kebanggaan bila
mereka dapat mengungkapkan bahasa Sunda dalam berkomunikasinya. Seperti yang
diungkapkan Eddy D. Iskandar ("PR", 8 Juni 2005), bahwa bahasa Sunda sampai saat
ini masih menjadi kebanggaan generasi muda atau remaja Sunda. Bahkan pada
tulisannya, Eddy memberikan gambaran keadaan yang sebenarnya terjadi di
masyarakat saat ini, bahwa bentuk dan makna dalam bahasa Sunda yang
diungkapkannya itu berubah seiring dengan pergantian generasi maupun zamannya.
Hal yang perlu kita perhatikan bersama agar bahasa Sunda tetap digunakan
oleh masyarakatnya di masa kini adalah janganlah terlalu banyak memberikan
komentar atau mencela ketika anak, remaja, atau masyarakat umumnya sedang
berbicara dalam bahasa Sunda. Mengapa? Karena, itu akan membuat mereka jera.
Bahkan menjadikan mereka kehilangan keberanian dan antipati menggunakan bahasa
Sunda dalam kegiatan berkomunikasi. Biarkanlah mereka leluasa menggunakannya.
Biarkanlah mereka lebih enjoy dalam mengungkapkannya, baik ketika ia
membicarakan masalah-masalah tradisional maupun modern. Toh, cepat atau lambat,
pada akhirnya mereka pun akan mengetahui dan memahami penggunaan bahasa Sunda
yang baik dan benar.
Di samping itu, kegiatan berbahasa Sunda sedini mungkin bisa diawali di
lingkungan keluarga. Kegiatan berkomunikasi dengan bahasa Sunda di lingkungan
keluarga itu akan mendukung anak-anak memahami latar belakang identitas dirinya,
terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai budaya Sunda, karena nilai-nilai
budaya Sunda akan sangat melekat bila dialihkan melalui bahasanya.
Selanjutnya, lingkungan pendidikan pun sangat menentukan kebiasaan dan
kemampuan anak dalam berbahasa Sunda. Oleh karena itu, kebiasaan anak
berkomunikasi menggunakan bahasa Sunda di sekolah jangan diputuskan, terutama
ketika anak masih di taman kanak-kanak (TK). Harus menjadi kesepakatan bersama
dan menjadi catatan pihak Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, bahwa bahasa
Sunda atau bahasa ibu lainnya sangat penting dijadikan bahasa pengantar di TK.
Apakah sudah ada peraturan tertulis ke arah itu? Mengingat pada Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, ditegaskan bahwa pada tahun pertama dan kedua
(kelas 1-2) sekolah dasar (SD) dapat digunakan bahasa ibu--yang digunakan oleh
sebagian besar siswa-- sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar.
Pada tahun ketiga sampai keenam, bahasa Indonesia mutlak digunakan sebagai
bahasa pengantar dalam kegiatan pembelajaran.
Dan yang paling penting adalah saling menghargai di antara penutur bahasa.
Kita tidak perlu terlalu cepat mengatakan "kedaerahan" ketika seseorang beralih
kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Sunda pada suatu pertemuan resmi di
tatar Sunda. Atau menggunakan bahasa ibu di suatu daerah tertentu yang pada saat
itu masing-masing penuturnya memahami bahasa yang dipergunakannya.
Memang benar ada bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Tetapi, sebagai
bahasa resmi kedua, bahasa Sunda perlu mendapat kesempatan untuk digunakan dalam
acara-acara resmi, baik di lingkungan masyarakat umum maupun di pemerintahan.
Usaha ke arah itu bukanlah hal yang berlebihan. Bahkan sebaliknya, hal itu dapat
mengangkat martabat bahasa Sunda yang tidak hanya bagi masyarakat Sunda itu
sendiri, tetapi bagi masyarakat lainnya yang berdomisili di Tatar Sunda.
Dengan demikian, bahasa Sunda akan dipelajari dan diminati oleh mereka. Dan
selayaknya mereka yang sudah lama berdomisili di Tatar Sunda memahami bahasa
Sunda maupun unsur budaya Sunda lainnya. Bukankah ada pepatah "di mana bumi
dipijak, di sana langit dijunjung?"
Bahasa Sunda sebagai bahasa daerah yang dipelihara oleh para pemiliknya
selayaknya tetap dijadikan ciri jati diri dan sarana komunikasi utama di lingkup
lokalnya oleh sebagian besar para ahli warisnya. Ini adalah tuntutan budaya pada
masa kini (era global) dengan tetap memerhatikan kepentingan nasional dan lokal.
Global dan modernisasi kebahasaan, bagaimanapun juga diharapkan tetap berakar
nasional dengan realitas lokal.
Memilah-milah ranah penggunaan bahasa di antara bahasa Sunda sebagai bahasa
daerah, bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, dan bahasa asing sebagai alat
komunikasi antarbangsa menjadi sangat penting agar bahasa Indonesia serta bahasa
Inggris tidak harus mencaplok dan menggusur bahasa-bahasa daerah.
Peluang memberdayakan bahasa Sunda maupun bahasa daerah lainnya pada masa
kini masih tetap terbuka. Persyaratannya adalah adanya kemauan dan usaha yang
nyata dari masyarakat maupun pemerintah daerahnya.(Dingding Haerudin)***
Penulis Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FPBS UPI.
---------------------------------------
Ujang Kemod Adios Amigos Permios -------------------------------------- Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id ---- LSpots keywords ?> ---- HM ADS ?> YAHOO! GROUPS LINKS
|