ih ning aya oge us di sulawesi tenggara teh... pikeun kuring hal ieu aneh jeung elmu anyar deuih...
 
kumaha atuh pami diadegkeun pabukon sunda di ieu wewengkon.....
 
ah ari jaman internet kieu mah.. warga sindangkasih tiasa ngakses www.urang-sunda......
 
menarik oge nya carita2 kieu teh..
 
abdi ge kantos maca di harian PR... hal nu samodel kieu teh aya deui atawa kajadian di wewengkon/daratan Riau.... teu terang pastina mah... hilap deui... di wewengkon ieu aya 700 leuwih jalmian...
 
oge masih keneh seuer hal2 nu samodel kieu teh siganamah.... pan loba oge us nu transmigrasi ka kalimantan jeung sakuliah indonesia nu layak di trasmigrasian...
 
ah sing baragja atuh sakumna jalma2 ( sunda sareng non sunda) !! sing balener-balageur-.
 
budaya sunda mere "kahirupan" kana kahirupan dunya....
 
ulah poho jaga di akherat bakal aya kahirupan deui... atuh dina sasih siam ieu mudah2an urang balarea sing dijadikeun jalmi nu berkwalitas... boh di Ts atawa di luar TS... amien..
 
mangga... hapunteun abdi !!..
 
wassalam ww. 

abah kasep <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
 
ieu jigana rusiahna teh....
"Anak-anak di Sindangkasih  rata-rata menguasai Bahasa Sunda, karena orang tua  mereka secara turun menurun menggunakan Bahasa  Sunda, Meskipun di sekolah mereka tidak diberikan  mata pelajaran Bahasa Sunda, melainkan Bahasa Tolaki.... "
 
 
diangkod ti dieu yeuhhhh.....
 
http://maylannychristin.blogspot.com/2005/09/bahasa-sunda-lestari-di-negeri-anoa_22.html
 
Thursday, September 22, 2005
>  
> BAHASA SUNDA LESTARI DI NEGERI ANOA
>
> Berdasarkan sensus penduduk, masyarakat Sulawesi
> Tenggara berjumlah 2.251.135 juta jiwa dengan
> berbagai pekerjaan seperti petani, nelayan, maupun
> pedagang. Sebagai Wilayah Provinsi, Sulawesi
> Tenggara memiliki fasilitas yang dapat diakses oleh
> transportasi dari dalam maupun luar negeri berupa
> pelabuhan Kendari yang merupakan Pelabuhan
> internasional, juga transportasi darat, laut, maupun
> udara.
>
> Pembangunan di Sulawesi Tenggara, terbilang cukup
> pesat daerah yang luasnya 148.140 km2 dengan luas
> daratan 38.140 km2 dan luas lautan 110.000 km2. Dari
> keseluruhan penataan kota, tiba-tiba saya tertarik
> dengan salah satu daerah disini. Di sebuah desa yang
> terletak disebelah utara Pulau Sulawesi Tenggara
> ini, berbeda dengan daerah di Sulawesi Tenggara
> lainnya, di kecamatan Ranomeeto kelurahan Ranumeeto
> ini bermukim sekitar 350 kepala keluarga. Yang
> hampir keseluruhannya berbahasa Sunda.
>
> Sebagai Urang Sunda, tentu saja saya langsung
> tertarik dan bersemangat untuk mengetahui lebih jauh
> tentang tempat yang konon bernama Sindang Kasih.
> Hari minggu pagi saya langsung saja bersiap-siap
> menuju perkampungan tersebut, dengan mengendarai
> motor segera saya melaju kesana bersama suami.
>
> Diperjalanan saya berpikir bagaimana mungkin orang
> Sunda bisa meninggalkan tempat tinggalnya sebegini
> jauhnya. Seperti halnya saya yang mau tidak mau
> harus mengikuti suami yang bertugas di pulau Selebes
> ini. "asa araraneh" sekaligus senang diperantauan
> menemukan teman senasib sepenanggungan walaupun saya
> belum mengenal mereka sama sekali. Namun, serasa
> memiliki saudara saja di Kendari.
>
> Tiga puluh menit dari kota Kendari kami memasuki
> pintu gerbang perbatasan desa Ranumeeto dengan desa
> Sindangkasih rasanya saya sudah mengenal daerah ini
> sebelumnya. Rasanya sangat akrab dan familiar.
> Karena tempat Ini bernuansa seperti ketasik-tasikan,
> keciamis-ciamisan, atau kesumedang-sumedangan.
> Pohon-pohonnya rindang ada titik embun yang menempel
> di dedaunannya. Pagi yang indah nian, di Kendari.
>
>
> Pintu Gerbang menuju Desa Sindangkasih
> Suasananya semakin terasa ketika kicauan burung
> menyambut kedatangan kami, memasuki desa
> Sindangkasih, pandangan kami langsung tertumbuk pada
> sebuah bangunan Sekolah Dasar. Kemudian kami semakin
> masuk ke dalam Desa, rimbunnya pohon, menebarkan
> harum, layaknya hutan Jati. Udara segar dan sejuk
> rasanya mengusir kepenatan perjalanan menuju ke
> sini. Kemudian, kami menemukan sebuah kandang.
> Kandng sapi yang jarang kami temukan di
> kampung-kampung milik penduduk pribumi.
>
> Pengalaman mengenai sapi yang "diabur" ini, membuat
> saya tersenyum geli, sendiri. Ketika mengingat suami
> saya yang bertugas menjadi dokter gigi di daerah
> yang bernama Labibia, Beliau terpental jatuh dari
> motornya ketika sedang asik-asiknya mengendarai
> motor. Sang Sapi melenggang tanpa lihat ke kiri dan
> ke kanan dengan santainya menyebrang. Karena itu
> kami tersenyum-senyum sendiri melihat kandang sapi
> itu.
>
> Dibangunan yang berasal dari gedung
> LMKD inilah murid-murid desa Sindang Kasih belajar.
> Perkampungan ini mungkin paling rapi dan teratur,
> dibandingkan dengan perkampungan-perkampungan
> lainnya. Mungkin sama halnya dengan perkampungan
> masyarakat Bali yaitu Perkampungan Jati Bali, yang
> terletak didekatnya. Penataannya sangat khas, yang
> pasti terdapat persawahannya.
>
> Areal persawahan cukup luas disini
> Sebelum seluruh isi perkampungan, kami memutuskan
> untuk menemui kepala desanya terlebih dahulu. Dari
> sebuah warung kami mendapatkan informasi Kepala Desa
> Kampung Sindangkasih itu, bernama Bapak Kardiman.
> Dengan senang hati mereka menunjukkan arah nya. Ciri
> khas urang Sunda yang selalu ramah, terlihat juga
> disini. Dari Ni Nonah Perempuan berumur delapan
> puluh tahunan ini lah kami menemukan sebuah rumah
> milik Bapak Kardiman dengan tanaman cokelat
> dihalamannya. Pria yang sudah dua tahun menjabat
> sebagai Kepala Desa ini menerangkan bahawa dulunya,
> tahun 1968 jumlah penduduk Sindang kasih masih
> sekitar lima puluh kepala keluarga, sedangkan saat
> ini sudah mencapai 350 kepala keluarga.
>
> Ni Nonoh Bersama anak cucunya
> Sebagai kepala kampung di Sindangkasih, Ia mengaku
> senang bisa memimpin warganya yang tenang dan damai
> dengan sistem kekeluargaan dan gotong royong. Dengan
> logat Sundanya yang kental pria yang lahir di Desa
> Sindangkasih, tiga puluh tujuh tahun yang lalu ini
> mengungkapkan alasannya berada di Sindangkasih
> adalah karena orang tuanya merantau sehinggga mau
> tidak mau Ia ikut ke Sulawesi.
>
> Ketika saya bertanya," Mengapa Bapak Kardiman mahir
> sekali berbahasa Sunda padahal ke daerah priangan
> saja belum pernah karena Bapak lahir disini?"
>
> Beliau menjawab, " Anak-anak di Sindangkasih
> rata-rata menguasai Bahasa Sunda, karena orang tua
> mereka secara turun menurun menggunakan Bahasa
> Sunda, Meskipun di sekolah mereka tidak diberikan
> mata pelajaran Bahasa Sunda, melainkan Bahasa
> Tolaki. Adat budaya pun yang dipergunakan
> dipergunakan adalah adat dan budaya Sunda. Biasanya
> orang Sindangkasih menikah dengan orang Sindangkasih
> lagi. Meskipun ada juga yang menikah dengan orang
> Bali dari Kompleks Kampung Jati Bali.
>
> Lanjutnya lagi, "Seperti nama daerah ini pun dinamai
> Sindangkasih, berawal dari para pendahulu kami yang
> menamai daerah kompleks orang Sunda ini dengan nama
> Sindangkasih artinya cinta / sayang. Memang
> nama-nama di propinsi Sulawesi Tenggara itu
> kebanyakan berbau Jepang. Ranomeeto, Boro-boro,
> Kolaka, Pomalaa, dll, karena konon katanya leluhur
> penduduk asli orang Tolaki adalah orang Jepang"
>
> Yang melatarbelakangi mereka bertransmigrasi ke
> daerah ini adalah pemerintah mempercayakan sawah,
> tanah, kebun dan ladang untuk diurus. Tak ayal lagi
> memasuki daerah bernama Sindangkasih ini, kita
> seperti memasuki Ciawi di Tasikmalaya. Sawah
> menghampar hijau, sebagian besar dari mereka adalah
> masyarakat yang bertransmigrasi dari daerah
> Sumedang, Garut, Cirebon, dan Ciamis. Kebanyakan
> mereka berprofesi sebagai petani. Namun ada juga
> yang berprofesi sebagai juragan angkot, Karyawan
> Bank, Pegawai Negeri Sipil dll. Meskipun jumlah
> Sarjana dari Kompleks Sindangkasih masih sembilan
> orang. Namun, kami berharap masyarakat kami sadar
> akan arti penting pendidikan. Angkot bertuliskan
> "PUTRA SUMEDANG" Yang dipergunakan sebagai alat
> transportasi.
>
> Masyarakat Sindang Kasih
> Harapan ayah empat orang anak ini lagi, Ia ingin
> fasilitas pendidikan diperbaharui lagi. Keinginannya
> juga, bisa membawa keluarganya melihat kota Bandung.
> Ia pernah satu kali ke tanah leluhurnya dan melihat
> gedung sate karena diundang oleh Bapak Walikota
> Bandung, dan berharap bisa membawa keluarganya
> serta. "Orang Subda mana sih yang berani merantau
> jauh dari tanah kelahirannya?"
> Anggapan ini agaknya tidak berlaku lagi saat ini.
>


Yahoo! for Good
Click here to donate to the Hurricane Katrina relief effort.


Yahoo! for Good
Click here to donate to the Hurricane Katrina relief effort.

Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id




SPONSORED LINKS
Corporate culture Business culture of china Organizational culture
Organizational culture change Organizational culture assessment Jewish culture


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke