>
>  Haturan nyanggakeun, artikel kompas Senin, 4 Maret 1996 nu nyabit-nyabit
lagu panon hideung. di dinya disebatkeun yen lagu "panon Hideung" memang
lagu Rusia (judulna  "Ochi Chernye") make lirik basa Sunda, dikarang ku Bp
Ismail MZ. lagu rusia ieu asana mah pernah dikintun ku kang Budhi nu nuju di
Jepang. :)

dina artikel kadua disebutkeun sababaha hiji nu mirip antara Sunda Jeung
Rusia!

ngeunaan lagu "Halo-halo Bandung" mah ukur OO kitu geuning!! hi hi hi hi

deha
---------------------------------------------------------------------------------

KEUNIKAN SEJARAH LAGU "HALLO BANDUNG"

Oleh Barlan Setiadijaya

Istimewa    SANGAT UNIK - Penciptaan lagu Hallo-hallo Bandung oleh
Ismail Marzuki sangat unik. Keterlibatan Ismail Marzuki dalam
memimpin Studio Orkes NIROM II Bandung, membuat ia jatuh cinta pada
Miss Eulis. Setelah bermukim di Jakarta, ingatan akan kota Bandung menjadi
kenangan indah, sehingga terciptakan lagu Hallo Bandung dalam Bahasa Sunda.
Sampai pada bentuknya yang kita kenal sekarang, lagu Hallo-hallo Bandung
ternyata memiliki tiga versi. Dalam gambar terlihat Ismail Marzuki
(paling kanan) saat masih muda.

SEBELUM Perang Dunia II banyak sandiwara keliling dari kota ke
kota merupakan hiburan rakyat yang bermutu. Antara lain dapat
disebut Dardanella, Miss Riboet, Miss Dja, Tjaja Timoer, Bintang
Soerabaya dengan tokoh-tokohnya Fifi Young, Sally Young, Tan Tjeng Bok
dan lain-lain.

Cerita yang paling populer dan sering dipentaskan antara lain Dokter Samsi,
Gagak Solo dengan gagak betulan, Jembatan Merah dan lain-lain. Gesang
menciptakan lagu Jembatan Merah berirama keroncong yang sentimental untuk
ilustrasi musik pementasan cerita dengan judul yang sama. Pada 30 Oktober
1945 terjadi pertempuran di sekitar daerah Jembatan Merah Surabaya, dan
Brigadir Inggris Mallaby tewas tertembak. Secara historis tidak ada kaitan
antara peristiwa pertempuran Surabaya 1945 dengan penciptaan ilustrasi musik
Jembatan Merah tahun 1930-an. Namun lagu ini diangkat menjadi lagu
perjuangan khas Surabaya, yang selalu berkumandang dalam peringatan
hari-hari nasional di bulan Agustus, Oktober dan November setiap tahun.

Tidak kurang uniknya adalah sejarah lagu yang dikenal Hallo-hallo Bandung
ciptaan Ismail Marzuki. Karena mendapat tugas memimpin Studio Orkes NIROM II
Bandung di Tegallega bersama Jan Snijders dengan sederetan penyanyi Miss
Lee, Miss Netty, Miss Annie Landauw, Miss Nining dan juga Miss Eulis,
komponis Betawi itu jatuh cinta pada yang disebut terakhir, yang dinikahinya
sekitar tahun 1940 dan diberi nama Eulis Zouraida, mojang Priangan berdarah
Sunda-Arab. Selagi pacaran diciptakan lagu Als de Orchiedeen Bloeien dan
Panon Hideung, sebuah lagu Rusia dengan syair Sunda. Memang Eulis Bandung
itu bermata hitam (Black Eyes), hidung mancung, kulit kuning seperti
liriknya dalam bahasa Sunda.

Setelah bermukim kembali di Jakarta, ingatan ke kota Bandung
merupakan kenangan indah, sehingga terciptalah lagu berjudul: Hallo
Bandung, juga dalam bahasa Sunda, dengan syairnya sebagai berikut:

Halo2 Bandung, ibu kota Periangan;
Halo2 Bandung, kota inget-ingetan;
Atos lami abdi patebih, henteu patingal;
Mugi mugi ajeuna tiasa tepang deui;
'tos tepang 'teu panasaran. (Lagu & Sjair: Ismail MZ)

Dikutip dari: 10 Lagu Indonesia oleh Ismail MZ, terbitan Humala Pontas
tertanggal 14-4-1950. Terjemahannya kira-kira sebagai berikut:

Halo-halo Bandung, ibu kota Periangan;
Halo-halo Bandung, kota kenang-kenangan;
Sudah lama saya berjauhan, tidak terlihat;
Semoga sekarang dapat jumpa lagi;
Setelah jumpa, tidak penasaran.

Di sini terbukti, lagu itu berjudul Hallo Bandung, bukan Hallo-hallo
Bandung, lahir sebagai rasa rindu yang sentimental. Di zaman Jepang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, rasa rindu tetap melekat. Di
Perpustakaan Musik RRI Jakarta terdapat partitur lagu Hallo Bandung dalam
bahasa Indonesia yang menurut katalog sebagai ciptaan dan gubahan Ismail
Marzuki. Katalog itu berasal dari NIROM. Syairnya berbunyi sebagai berikut:

Hallo-hallo Bandung, Ibu Kota Pasundan;
Hallo-hallo Bandung, kota kenang-kenangan;
Lama sudah beta, ingin berdjumpa pada mu;
S'lagi hajat dan hasrat masih dikandung badan;
Kita 'kan djumpa pula.

Selain itu ada sebuah duplikat dari partitur itu yang syairnya diubah Ismail
Marzuki dengan tulisan tangannya dan paraf Mz. Ada pun bunyinya seperti yang
dikenal sekarang:

Hallo-hallo Bandung, ibu kota Periangan;
Hallo-hallo Bandung, kota kenang-kenangan;
Sudah lama beta, tidak berjumpa dengan kau;
Sekarang telah menjadi lautan api,
Mari Bung rebut kembali.

   ***

DENGAN demikian paling sedikit ada tiga versi lagu Hallo Bandung ciptaan
Ismail Marzuki. Sebut saja versi sebelum Perang Dunia II dengan bahasa
Sunda; versi zaman pendudukan Jepang dan terakhir versi Bandung Lautan Api
(BLA) yang kita kenal sekarang.

Konon dengan datangnya pasukan Inggris di Jakarta, keadaan menjadi genting
sehingga Ismail Marzuki dan istri mengungsi ke Bandung. Dalam peristiwa BLA
mereka bersama pejuang meninggalkan kota dan melihat pembumihangusan kota
(24 Maret 1946). Sambil berjalan menyanyikan lagu rindu pada kota Bandung
yang penuh kenangan. Teringat pada I shall return-nya Jenderal MacArthur,
maka bait-bait terakhir diubah dengan penuh semangat: Sekarang telah menjadi
lautan api, mari bung rebut kembali! Para pejuang sangat antusias dengan
perubahan itu.

Untuk menghibur para pejuang di Bandung Selatan Pak Kasur (Soerjono
almarhum) bulan Mei 1946 menyelenggarakan sandiwara keliling. Diundanglah
para pejuang untuk berpartisipasi dan meramaikannya. Pasukan Istimewa dengan
Koor Batak mengumandangkan lagu Hallo-hallo Bandung versi BLA dengan penuh
semangat dan gaya khas Tapanuli yang disambut tepuk tangan meriah serta
teriakan: "Bis! Bis!" agar diulang. Pak Kasur dibantu Ibu Kasur bersama para
pejuang kemudian mempopulerkan lagu itu sehingga menjadi top hits dan
menyebar ke seluruh pelosok tanah air. Sekarang merupakan aset kebanggaan
nasional terkenal sampai luar negeri.

Apabila lagu Jembatan Merah menjadi lagu perjuangan karena pertempuran hebat
di Surabaya, maka Hallo Bandung versi 1946 keluar dari BLA dahsyatnya api
perjuangan Jawa Barat. Selaku komponis pejuang sekaliber maestro Ismail
Marzuki telah banyak menciptakan lagu perjuangan Indonesia Pusaka, Selendang
Sutera, Melati di Tapal Batas, Sepasang Mata Bola yang merupakan kebanggaan
kota Yogyakarta, dan banyak lagi.

Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya yang disebut Hari Pahlawan Indonesia
pun tidak luput dari perhatiannya. Maka diciptakan sebuah lagu mars berjudul
Arek Suroboyo, yang tidak begitu dikenal. Sekiranya lagu itu diubah dengan
apik dan dipopulerkan seperti Hallo Bandung niscaya akan segera mengorbit
memberi pamor tambah bagi Surabaya, seperti Rek ayo Rek-nya Arianto dan
Gebyar-gebyar-nya Gombloh. Itulah sumbangsih Ismail Marzuki yang perlu
mendapat perhatian para rekan Arek Suroboyo untuk menghidupkannya kembali
demi menghargai sikap simpatik dan solidaritas perjuangan Jawa Barat dan
Jawa Timur di tahun 1945-1946.

Ismail Marzuki lahir 11 Mei 1914 dan wafat 29 Mei 1958, sehingga bulan Mei
merupakan kesempatan baik untuk memperingati jasa-jasanya. Apalagi lagu
Hallo-hallo Bandung diperkenalkan dan dipopulerkan dalam sandiwaranya Pak
Kasur di Majalaya bulan Mei 1946, sehingga sekaligus merupakan peringatan 50
tahun lagu itu, bila dilakukan nanti dalam bulan Mei 1996. Juga satu
kesempatan emas untuk menghidupkan kembali lagu Arek Suroboyo yang
partitur-nya dapat diupayakan lewat keluarga Ismail Marzuki almarhum.

Ibu Eulis Zouraida dalam usia 79 tahun kini dalam keadaan sakit di rumah
kontrakan sederhana di daerah Sawangan, Bogor. Akan tetapi puterinya, Rachmi
Aziah, masih menyimpan peninggalan karya besar almarhum.

Tulisan ini dimaksudkan sebagai informasi proporsional tentang karya besar
komponis legendaris kebanggaan bangsa Indonesia demi kemurnian sejarah.

* Barlan Setiadijaya, subkoordinator Dosen Kewiraan IPB-Bogor, editor buku
Gelora Kepahlawanan Indonesia.

-------------------------------------------------------------------------------
hiji deui
------------------------------------------------------------------------------

October 31, 2005
Panon Hideung, Pabalieut, Priatna

http://renatha.hotspots.com/wongiseng/archives/000173.html

Ada apa dengan orang Sunda dan Russia ?

Pas kebetulan iseng maen Panon Hideung pake gitar, si Dmitry komentar, We
have russian song that sounds similar to what you're playing called "Ochi
Chernye". Pas ditanya artinya "oche chernye" (Очи черные) itu apa,
jawabannya : Dark Eyes.

Waktu si Dima pusing dan agak sakit gigi tadi pagi dia ngomong : побаливают
somehow kedengeran sama gw kaya "pabalieut".

Terus pas dia bilang "nice/pleasant weather" dia bilang приятная погода ,
kedengeran gw seperti "priatna" pagoda. Pagoda->cuaca emang ngga ada
mirip-miripnya kecuali ama pagoda pastiles. Tapi Priatna itu kan rasanya ya
nama umum orang sunda ya ?

Masih ada lagi baru nemu, kata-kata 'eta' orang sunda yang artinya itu, juga
ada dalam bahasa rusia, tapi artinya 'ini'. Это плохо dibacanya "Eta ploha"
(dialek moskow, eto dibaca eta) artinya this is bad.

Apa ini cuman kebetulan aja ? atau dulu orang sunda banyak yang bisa bahasa
rusia ? apa piye ?
--------------------------------------------------------
--
~:ngadék sacékna, nilas saplasna:~
deha.wordpress.com
borondongjagong.blogspot.com


[Non-text portions of this message have been removed]



Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/urangsunda/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke