Para wargi upami maos seratan dihandap, aya dua nami tempat anu 
narik perhatosan sim abdi ;
1. Karajaan Sunda purba Agrabinta
2. Gunung Rompang
Anu janten patarosan (ka anu uninga)..
Naha leres kapungkur didaerah pakidulan Cianjur/Sukabumi aya 
karajaan Sunda purba "Agrabinta"...??
Margi didaerah pakidulan Cianjur kiwari aya kacamatan Agrabinta, anu 
dina taun 60~70an masih mangrupi desa Agrabinta, pedah didaerah eta 
aya pakebonan karet titinggal Walanda, namina perkebunan Agrabinta.

Anu salajengna, manawi aya anu uninga, dimana persisna eta "Gunung 
Rompang", margi didinya pisan Raden Jayasasana/Dalem Cikundul 
mingpin gempungan anu ngawitan sareng pamingpin-pamingpin daerah 
sanesna anu teu acan lebet kana kakawasaan Mataram/Cirebon/Banten.
Ditempat eta pisan Raden Jayasasana/Dalem Cikundul dianggkat kunu 
haladir janten Sunan Gagang/Raja Gunung.
Saur wartos dina "sajarah Cianjur" pangna disebat gunung Rompang,
pedah digunung eta seueur sesa pakarang (anu tos rompang/rompal)
kayaning tumak, pedang, bedog panjang jsb., tilas peperangan 
tangtara Banten sareng tangtara Pajajaran.

Mangga ahhh...diantos pedaranana kanu uninga..
Hatur nuhun..

Pihatur
ssw  

   

In urangsunda@yahoogroups.com, "ma_wardi" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
wargi sadaya, ieu aya carita nu mani rame, 
ngagoes sapedah ka pantai ujung genteng sukabumi selatan, 
---------
asam di gunung, garam di laut, bertemu juga di belanga , demikian 
pepatah menyatakan 
betapa dari tempat yg berjauhan bisa bertemu pula, begitu lah pula 
kita dan rekan2 pesepeda dari gunung malabar, 
yang biasanya melintasi dataran tinggi, sekali waktu perlu lah juga 
pergi ke pantai.
> 
> akhir bulan lalu, rekan2 pesepeda gunung dari Pangalengan – lereng 
> gunung malabar, sekitar 30 orang melakukan perjalanan menjelajahi 
> pantai selatan jawa barat di daerah sukabumi, kita memulai 
perjalanan 
> dari pantai pelabuhan ratu dan berakhir di pantai ujung genteng di 
> sukabumi selatan, menempuh jarak sekitar 90 Km, 
> kita berjalan hampir selama 8 jam , sejak jam 7 pagi sampai jam 3 
> sore.
> 
> Bagi saya setiap perjalanan adalah juga sebuah pelajaran berharga, 
> teringat terus pepatah minang yg diceritakan paman saya di 
> Bukittinggi dulu, Alam terkembang jadi guru.
> 
> Perjalanan kita mulai dari Pelabuhan ratu, kota kecil di tepi 
pantai 
> barat pulau Jawa. Daerah pelabuhan ratu adalah juga daerah wisata, 
> dimana terdapat banyak tempat2 wisata, di daerah sana juga 
terdapat 
> tempat peristirahatan presiden RI yg dibangun sejak jaman bung 
Karno. 
> Di sebelah timur agak ke atas bukit ada bangunan tempat pengamatan 
> bulan milik departemen agama RI, yg biasanya jadi acuan saat 
> penentuan awal bulan puasa atau lebaran.
> 
> tempat ini dikenal juga karena nilai magisnya, dimana istilah 
> pelabuhan ratu, mengacu pada istilah ratu , di jaman kerajaan 
jaman 
> dahulu, namun ada pula yg mengatakan mengacu pada istilah ratu utk 
> ratu laut selatan, simbol magis kerajaan2 di pulau jawa sejak 
jaman 
> dahulu.
> 
> Daerah jawa barat -banten bagian pantai barat, sejak dari banten 
di 
> utara , baduy, pelabuhan ratu sampai ke daerah pantai selatan 
seperti 
> jampang kulon dan ujung genteng, dikenal pula sebagai daerah yg 
> masyarakatnya memiliki kekhasan karena unsur magis tsb. Dari 
daerah 
> tersebut banyak terdapat tempat berguru ilmu2 kekuatan , ilmu2 
> paranormal dan hal2 magis lain nya. dari sana lah dikenal banyak 
> berasal Jawara, istilah jaman dahulu untuk para jagoan yg memiliki 
> ilmu / kekuatan yg ditakuti. Sampai saat ini pun, masih banyak 
> masyarakat yg percaya pada hal2 gaib tersebut pergi ke tempat2 
magis 
> di daerah tersebut.
> 
> dari pelabuhan ratu ke arah barat terdapat daerah Cisolok yg 
antara 
> lain dikenal juga sebagai tempat pengobatan alternatif ma 'Erot. 
> Waktu istirahat di hotel malam sebelum perjalanan sempat ngobrol2 
> juga petugas hotel , sambil2 mesem2 ia bilang, banyak juga tamu 
dari 
> kota besar spt Jakarta yg nginap di hotel tersebut utk berobat ke 
> tempat pengobatan alternatif di daerah Cisolok tsb ...
> Dalam hati saya tak habis pikir, kenapa manusia tak habis habis 
nya 
> memperturutkan hawa nafsunya sebesarnya2 , 
> 
> mengapa kita masih mengumbar kepuasan nafsu, suatu hal yg juga 
> dimiliki binatang ,  dimanakah lagi kemuliaan kita dibanding 
> binatang ?
> apa lagi yg kurang dari yg diciptakan Allah utk kita semua , 
manusia 
> makhluk yg paling mulia  ?
> Kebobrokan moralitas bahkan sampai kalangan pejabat tinggi spt yg 
> ramai kita dengar di awal bulan ini, bisa sedikit menjelaskan , 
> betapa libido telah berpolitik pula, sehingga tak heran pula 
betapa 
> tempat2 spt itu selalu ramai dikunjungi...
> 
> Rasanya memang tak pantas mendengarkan hal tsb, saat kita akan 
> melakukan perjalanan sepeda, sebuah event hidup yg sehat besoknya, 
> namun demikianlah realita yg harus kita hadapi.  
> 
> Esok paginya selepas sholat subuh, di pagi hari yg cerah kita 
memulai 
> perjalanan dari pantai pelabuhan ratu , 
> kita melewati kota kecil tsb yg mulai ramai karena para nelayan 
baru 
> pulang dari melaut membawa hasil tangkapan nya
> 
> Di ujung timur kota kecil tersebut kita bertemu dg persimpangan yg 
> menuju Jembatan yg melintasi sungai cimandiri yg 
> melebar menuju ke laut lepas. Di samping jembatan masih berdiri 
kokoh 
> jembatan gantung legendaris berwarna kuning peninggalan jaman 
> Belanda dulu, kokoh dan indah sekali bentuknya, namun saat ini tak 
> digunakan lagi karena ukuran nya yg sempit, masyarakat setempat 
> mengenalnya sebagai jembatan Bagbagan.
> 
> Dalam berbagai perjalanan selalu terbayang decak kagum saat 
melihat 
> bangunan2 dan jembatan peninggalan jaman penjajah kita dulu, 
> kagum bercampur heran, karena bangsa kita sendiri tak bisa belajar 
> banyak dari mereka bagaimana cara membuat bangunan yg kokoh dan 
tahan 
> lama.
> 
> Selepas jembatan Bagbagan , jalan mulai naik melandai menyusuri 
> pebukitan dekat pantai pelabuhan ratu, tanpa terasa jalan terus 
> mendaki dan berkelak kelok, dari tepi jalan tampak pemandangan 
indah, 
> hamparan pantai pelabuhan ratu yg memanjang dibatasi garis putih 
> ombak yg berlarian di tepi pantai.
> 
> Ternyata jalan terus mendaki, karena memang sudah memasuki 
pebukitan 
> yg memang menutupi hampir sebagian besar pantai selatan jawa 
barat. 
> Bukit2 bagaikan berbaris, kita terus mendaki menuju arah ke 
pedalaman 
> menjauhi pantai. Total perjalanan mendaki bukit tersebut sampai ke 
> dataran tinggi kebun teh Surangga di ketinggian 1200 m, berjarak 
> sekitar 25 Km,bayangkan perjalanan mendaki sepanjang 25 Km,  dari 
> tepi pantai sampai pegunungan, sebuah tantangan yg cukup berat.
> 
> Setiap kelokan jalan di punggung bukit kita selalu berharap jalan 
> menurun atau setidaknya mendatar, tapi ternyata sehabis mendaki 
> sebuah bukit, kita akan bertemu dg bukit yg lebih tinggi lagi dan 
> begitulah seterusnya, sungguh membuat frustasi juga, saking 
lelahnya 
> kita sering beristirahat di daerah pebukitan tsb. Ternyata memang 
> pendakian tak ada akhirnya sampai sejauh jarak 25 Km, kita bertemu 
> dataran tinggi yg terdapat perkebunan teh.
> 
> Namun ternyata ada hikmahnya pula jalan mendaki yg tak ada habis 
nya 
> tersebut, andaikanlah setiap bukit yg kita daki tersebut adalah 
> permasalahan kehidupan yg kita hadapi sehari hari, kita berharap 
> setiap masalah yg kita hadapi cepat selesai, namun ternyata 
setelah 
> itu ada masalah lain menghadang kita dan begitu pula seterusnya, 
> hidup kita tak lepas dari permasalahan, memang demikianlah hidup 
ini, 
> masalah dan hambatan lah yg membuat kehidupan ini penuh makna. 
> 
> Hampir sama dg pendakian tsb, yg selalu ada bukit yg lebih tinggi 
> selepas kita mendaki sebuah bukit.
> Banyak masalah yg kita hadapi dalam hidup ini, konsistensi, 
ketegaran 
> jiwa dan kekuatan lah yg membuat kita siap menghadapinya, bila tak 
> kuat istirahatlah sejenak dan kemudian lanjutkan perjuangan, 
sebagian 
> teman yg tak kuat akhirnya menyerah juga dan menaikkan sepedanya 
ke 
> atas mobil.
> 
> Mendaki gunung dan penjelajahan mengajarkan kita untuk memiliki 
> ketegaran jiwa untuk selalu konsisten dengan apa yg kita tuju, 
> pantang menyerah.
> pepatah mengatakan "sekali layar terkembang, pantang surut ke 
tepian"
> 
> lelah melewati jalanan yg mendaki, kita beristirahat sejenak di 
> sebuah warung pinggir jalan, sambil minum terdengar mengalun lagu 
> lama yg terasa 
> khas di telinga, kebetulan saat itu dari radionya terdengar alunan 
> lagu lama Rhoma Irama , Berkelana  ;
> 
> Dalam aku berkelana 
> Tiada yang tahu , apa yang kucari 
> Gunung tinggi kan kudaki, lautan kusebrangi 
> Walaupun adanya di ujung dunia 
> Aku kan kesana tuk mendapatkannya . 
> 
> Lagu tersebut, terasa pas juga menggambarkan perjalanan kita 
mendaki 
> pebukitan yg serasa tak ada habis2 nya.
> 
> Dengan penuh perjuangan dan kepayahan, dan semangat pantang 
menyerah, 
> akhirnya sampailah pula kita ke dataran tinggi Kertajaya dimana 
> terdapat perkebunan teh Surangga, udara pun mulai terasa sejuk, 
> terasa lenyaplah kelelahan pendakian selama ini.
> Ada kepuasan tersendiri bagi kita yg terus berusaha mendaki, 
daripada 
> mereka yg menyerah dan memilih naik kendaraan.
> 
> terlihat indah juga alam dataran tinggi tsb, dimana perkebunan teh 
yg 
> terhampar luas menutupi pebukitan yg luas , dekat pasar ada jalan 
> berbelok menuju daerah Gunung Rompang, dimana terdapat situs 
> purbakala. Daerah Jampang di sukabumi selatan, dahulunya terdapat 
> kerajaan sunda kuno, bernama Agrabinta , dimana ujunggenteng 
adalah 
> pelabuhan lautnya. 
> 
> sehabis kebun teh kita akan bertemu dg pertigaan Kiara dua , 
dimana 
> ke kanan menuju dataran tinggi Jampang Tengah dan terus ke kota 
> sukabumi , sedangkan jalan yg ke kiri mengarah ke daerah jampang 
> kulon, kita mengambil jalan ke kiri.
> 
> Dari Kiara dua menuju Jampang kulon, masih menempuh jalan 
pebukitan 
> yg sudah mulai mendatar dan sebagian menurun, melewati kebun2 
karet 
> dan hutan alam. Siang hari sampailah kita di kota Jampang kulon.
> 
> alun2 kota kecamatan , jampang kulon , sebagaimana hal nya , 
pusat2 
> kota di pulau jawa , khususnya jawa barat, ada lapangan luas nya.
> 
> alun2 di buat spt plaza terbuka, ditutup tembok dg paving block , 
> tanpa pohon peneduh, sehingga terlihat gersang dan terasa panas di 
> siang hari , jadi tak nyaman rasanya.
> entah siapa arsitek nya , tapi karena terbawa logika rancangan 
> arsitek di negara maju / sub tropis yg pancaran mataharinya tak 
> seterik di Indonesia.
> 
> Perancang kota Belanda dulu yg banyak merancang kota2 kita , 
> sebenarnya telah memberi contoh yg baik bagaimana membangun kota / 
> gedung sesuai alam tropis Indonesia.
> 
> Kalau kita amati banyak juga bangunan dan landscape perkotaan lain 
> nya, di  Indonesia yg terasa tak sesuai dg kondisi alam kita, 
itulah 
> dampak yg tak disadari karena banyak ahli bangunan / arsitek kita 
yg 
> belajar dg standar text book Negara maju ( Amerika / Eropa ) , dan 
> menganggapnya hebat, padahal tak sesuai dg alam kita sendiri. 
> 
> Demikian lah yg banyak berlaku saat ini, banyak orang2 pintar kita 
yg 
> belajar ke luar negeri, akhirnya membawa mentah2 ilmu dari sana 
dan 
> meng agung2 kan nya, padahal belum tentu sesuai dg situasi dan 
> kondisi kita di sini, menurut saya, itu tanda ilmu mereka masih 
> setengah matang, belum memiliki integritas diri.
> 
> Saat istirahat siang di jampang kulon, kita makan siang di sebuah 
> rumah makan sederhana yg terasa nikmat karena memang lapar dan 
letih, 
> segar sekali rasanya saat minum air Lahang ( air perasan pohon 
nira / 
> aren ) , terus sholat zhuhur di mesjid agung yg berada di dekatnya.
> 
> Selepas Jampang kulon, jalan mendatar dan cenderung menurun ke 
arah 
> Surade. Sebelumnya agak waswas juga melewati daerah tsb, yg 
dikenal 
> dg jawara nya dan ilmu magis nya , banyak paranormal kondang yg 
> berguru ke daerah tsb.
> 
> Jampang kulon - Surade, adalah daerah yg dikenal sebagai tempat 
> berguru ilmu bela diri , dikenal banyak jawara ,jagoan yg berasal 
> dari sana , orang2 nya memiliki ilmu2 yg hebat.  Sampai saat ini, 
> masih banyak orang2 yg berguru ke daerah tersebut. Banyak pula 
> terdapat tempat2 dimana berada dukun2 / paranormal yg kehebatan 
nya 
> sampai ke kota2 besar , spt Jakarta
> 
> Konon menurut hikayat, abang Jampang yg dikenal dalam sejarah 
betawi, 
> karena kehebatanya dalam melawan penjajah Belanda dulu, adalah 
> berasal / berguru di daerah Jampang tsb. Dalam sejarah di daerah 
> tersebut jaman dahulu berdiri kerajaan sunda kuno, yg bernama 
> Agrabinta, dan ujung genteng adalah pelabuhan lautnya.Dan daerah 
> Jampang adalah tempat di mana bisa jadi dulunya adalah daerah 
dimana 
> berasal para punggawa kerajaan jaman baheula tsb, karena di daerah 
> tersebut banyak terdapat perguruan2 silat .
> 
> Itu semua adalah cerita lama, namun sampai saat ini gemanya 
sebagian 
> masih dikenal masyarakat banyak. Dan tak aneh pula, bahwa bagi 
> sebagian orang , magisme tersebut masih menjadi kepercayaan yg 
kuat, 
> bahkan sampai pada para politikus, bisnismen sampai selebritis yg 
> masih menggunakannya utk mencapai kesuksesan nya.
> 
> Magisme dan libido syahwat, adalah 2 hal yg tak rasional yg 
membuat 
> sebagian masyarakat kita susah utk maju menuju masyarakat yg 
cerdas 
> dan tercerahkan,  karena ada beberapa bukti orang2 yg cerdas 
secara 
> ilmiah, akhirnya terkalahkan oleh hal2 yg bersifat magis tsb, 
mungkin 
> itu pulalah yg membuat , indeks kecerdasan masyarakat kita masih 
> rendah di banding Negara2 lain di Asia sekalipun.
> 
> Dari daerah Surade jalanan sudah mulai menurun, di tepi2 jalan 
kita 
> sudah mulai banyak melihat pohon2 kelapa, yg tambah lama tambah 
> banyak, 
> kontur alam nya yg khas, pada beberapa tempat pantai langsung 
bertemu 
> dg pebukitan, menimbulkan landscape alam yg indah , antara lain 
> beberapa air terjun bebeberapa kilometer dari pantai.
> dan selepas jembatan sungai cikarang yg mendekati muaranya di tepi 
> laut, pohon kelapa semakin banyak, hembusan dan aroma laut pun 
mulai 
> merebak.
> 
> melewatinya, jadi teringat dg lagu Rayuan pulau, lagu wajib yg 
dulu 
> sering dinyanyikan ketika sekolah.
> 
> "Tanah airku aman dan makmur
> Pulau kelapa yang amat subur
> 
> reff:
> "Melambai lambai , nyiur di pantai"
> 
> 
> yg masih bisa kita rasakan saat ini , mungkin hanyalah bunyi 
> syair "nyiur melambai di tepi pantai" ,  sedangkan  syair "tanah 
air 
> yg aman & makmur" , rasanya saat ini bagaikan impian yg makin 
menjauh 
> saja. Impian ttg Negara Indonesia yg kita dengar dan kita cita2 
kan 
> waktu SD dulu, rasanya hanya jadi mimpi masa lalu…
> 
> Pohon kelapa yg berjajar di tepi jalan dan makin banyak , dg 
lambaian 
> daun nyiur nya yg tertiup angin laut, menandakan laut makin 
dekat , 
> bunyi hempasan ombak di tepi pantai pun mulai terdengar, 
> alhamdulillah, akhirnya sampai jugalah perjalanan jauh ini, spedo 
> meter menunjukkan jarak tempuh sekitar 90 Km sejak kita memulai 
> perjalanan dari pantai pelabuhan ratu.
> 
> Pantai ujung genteng, berpasir putih dan di beberapa tempat tampak 
> batu karang menjulang dari tengah hempasan ombak. Sepeda pun 
dibawa 
> sampai ke pantai, ditidurkan di hamparan pasir putih, saya pun 
pergi 
> ke sebuah batu karang besar yg agak menjorok ke arah laut. Batu 
> karang ini , adalah juga ujung dari daratan ujung genteng, ujung 
> akhir dari perjalanan kita sejak menuruni pebukitan jampang.
> 
> Di sebelah kanan dan kiri adalah bibir pantai dan di depan 
terhampar 
> samudra luas, duduk disana merupakan sebuah pengalaman tersendiri 
yg 
> mengesankan, kita bagaikan sedang berada di ujung dunia. Sempat 
lama 
> juga saya duduk bermenung diri di ujung daratan tersebut, 
terbayang 
> juga, bahwa suatu saat kelak kita pun akan sampai ke ujung dari 
> perjalanan hidup ini, di hadapan akan terhampar pula "samudra" 
> kehidupan yg lebih luas lagi, alam akhirat, dimana kebanyakan 
orang 
> takut dan tak tahu menghadapi nya, bagai menghadapi samudra luas 
tak 
> bertepi, hanya "pelaut' yg telah faham arah lah yg bisa mengarungi 
> nya samudra tsb dengan selamat.
> Mau tak mau,perjalanan hidup kita akan mencapai ujung tepi 
akhirnya 
> pula, tak tahu kapan dan dimana, marilah kita selalu bersiap diri, 
> agar tak menjadi orang yg menyesal atau tersesat.
> 
> Malamnya kita menginap di sebuah losmen kecil di tepi pantai, 
hanya 
> berjarak sekitar 10 meter dari bibir pantai
> saat malam, ada seorang teman yg sulit tidur, ia bilang seandainya 
> ada gelombang tsunami, kita sudah nggak sempat lari kemana mana, 
> kalau memang terjadi, yah apa boleh buat pasrah saja deh. 
> Alhamdulillah kita bangun sholat Subuh di pagi hari dalam kondisi 
> aman2 saja.
> 
> Di losmen tsb, bertemu juga dg beberapa wisatawan asing yg sering 
> surfing di pantai tsb, yg ternyata telah terkenal juga ke berbagai 
> penjuru dunia sbg salah satu tempat surfing yg tinggi ombaknya. 
Saya 
> sempat ngobrol2 juga ternyata bagi mereka dan orang2 dari Negara 
maju 
> lain nya, sudah ada planning dalam hidup mereka, bahwa sekian 
persen 
> dari uang dan waktu mereka telah dipersiapkan jauh hari utk 
bepergian 
> ke berbagai tempat di penjuru dunia, positif juga untuk membuka 
> wawasan hidup ini, daripada sebagian kita yg bagai katak dalam 
> tempurung, tak pernah pergi jauh dan merasa cukup saja di tempat 
> tinggal sendiri, sehingga kurang berkembang pula wawasan hidup 
kita, 
> bagi muslim dalam Al Qur'an ada disebutkan pula, bahwa kita 
> dianjurkan untuk bepergian ke berbagai penjuru dunia, untuk bisa 
> mengambil banyak pelajaran berharga.
> 
> Namun saya sempat ngobrol jauh dg mereka, ternyata bagi mereka 
hidup 
> ini sederhana saja, cari uang banyak, terus menikmati hidup spt 
pergi 
> berwisata keliling dunia, spt pergi surfing jauh ke ujung genteng 
ini 
> misalnya, dan itulah cita2 hidup mereka, menikmati sepuasnya 
> kehidupan ini, 
> Karena bagi mereka, hidup yah hanya di dunia ini, nikmatilah 
> sepuasnya, here after ( akhirat ) adalah urusan lain dan bagi 
> sebagian besar mereka, kalau telah meninggalkan dunia yg fana ini, 
> they are guarantee go to heaven , no way to hell , whatever he 
done 
> in his life, it just a simple life ??
> 
> Semoga kita yg percaya alam akhirat dan bahwa keadaan kita di 
akhirat 
> kelak, adalah tergantung
> Amal kelakuan kita hidup di dunia ini, ada baik dan buruk, ada 
surga 
> dan neraka, semua kemungkinan masih terbuka, perlu perjuangan, and 
> not just a simple life …
> 
> Tak jauh dari tempat kita menginap, adalah tempat bertelurnya 
penyu, 
> dikenal dg nama pantai pangumbahan. Sebagai informasi, penyu tak 
> bertelur di sembarang tempat di dunia ini
> penyu dari berbagai tempat di dunia ini, tanpa memandang kewarga 
> negaraan , bertelur di tempat2 tertentu spt ujung genteng. Sudah 
> menjadi bagaikan suatu hokum alam bahwa penyu2 tsb entah darimana 
> asalnya akan bertelur di sana.
> 
> Penyu hanya bertelur setahun sekali, sekali bertelur banyak, bisa 
80 -
>  100 butir
> Resiko kehidupannya cukup tinggi pula , karena bisa jadi telur nya 
> dimakan binatang lain, atau anak2 penyu yg baru lahir, ketika akan 
> berenang ke laut dimakan ikan lain, sehingga hanya ada sekitar 5-
10 % 
> penyu yg dilahirkan bisa hidup selamat sampai besar , yg suatu 
saat 
> kelak mereka akan kembali ke sana utk bertelur, entah bagaimana 
cara 
> navigasi mereka sehingga tak tersesat.
> 
> Ternyata saat ini ancaman paling besar berasal dari manusia, yg 
> sering mengambil telur penyu tsb , lebih banyak daripada yg 
diambil  
> binatang lain yg hanya mengambil sesuai apa yg bisa dimakan nya 
saja, 
> manusia mengambil banyak utk dimakan dan untuk dijual, sadarlah 
kita 
> bahwa
> diantara makhluk Allah, manusia adalah yg paling rakus dan perusak 
> terhadap alam dan makhluk lain nya, walau pada sisi lain dikatakan 
> manusia adalah yg paling mulia pula.
> 
> Demikian lah cerita perjalanan bersepeda, semoga ada pelajaran 
> berharga yg bisa diraih 
> Foto2 indah perjalanan bisa di lihat di blog saya dg alamat : 
> 
> http://hdmessa.multiply.com/photos/album/10
>


Kirim email ke