In Memoriam Bapak Lingkungan Hidup
Oleh A. Muhaimin Iskandar Ketika mendengar Prof Dr Koesnadi Hardjasoemantri SH ML termasuk salah satu penumpang yang belum ditemukan dalam peristiwa terbakarnya pesawat Garuda Kamis lalu di Jogja, saya terus berharap dan berdoa agar mantan rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) 1986-1990 itu bisa segera ditemukan dengan selamat. Namun, Tuhan berkehendak lain. Menjelang tengah malam, saya mendapat kepastian berita bahwa Prof Koesnadi meninggal dunia akibat luka bakar dalam kecelakaan pesawat Garuda nomor penerbangan GA 200 rute Jakarta-Jogja itu. Sebagai ketua umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan alumni UGM, saya sangat kehilangan. Sepuluh hari sebelumnya, 26 Februari 2007, DPP PKB baru saja mendeklarasikan diri sebagai Partai Hijau. Deklarasi di Bali itu ditandai penyerahan bibit pohon kepada DPW PKB se-Indonesia. DPP PKB juga menyerahkan paket draf UU Hijau kepada Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) DPR RI untuk diperjuangkan di parlemen. Sebagai tindak lanjut gerakan itu, DPP PKB mengagendakan untuk minta masukan dan meningkatkan komunikasi secara intensif dengan para ahli lingkungan hidup di bidang ilmu eksakta dan ilmu sosial, ahli hukum lingkungan, serta aktivis lingkungan. Pada 4 Maret 2007, saat pelantikan pengurus DPC PKB se-DIJ, DPW PKB Jogjakarta mengusulkan agar Prof Koesnadi dijadikan sebagai Bapak Lingkungan Hidup yang akan menjadi referensi dan inspirasi bagi gerakan PKB dalam menyelamatkan lingkungan. Usul itu sangat beralasan karena almarhum merupakan tokoh yang kepakaran dan kepeduliannya terhadap lingkungan hidup tidak diragukan lagi. DPW PKB Jogja pun mengagendakan untuk bertemu beliau. Namun, agenda tersebut kini tinggal agenda. Komitmen PKB menjadi Partai Hijau merupakan implementasi landasan politik partai (mabda siyasi) yang mengamanatkan agar PKB tidak kenal lelah memelihara keseimbangan alam dan pemanfaatannya demi kemakmuran bersama. Mabdasiyasi juga mengamanatkan agar PKB mampu melestarikan lingkungan hidup ini demi kelangsungan dan masa depan generasi mendatang (hifdz an-nasl) yang merupakan tuntutan ajaran Islam yang fundamental. *** Menurut catatan PKB selama 1998-2003, terjadi 647 bencana di Indonesia dengan korban lebih dari 2.000 orang. Tercatat 85 persen bencana tersebut adalah banjir, kebakaran hutan, dan tanah longsor. Sepanjang 2006 hingga awal 2007, terjadi 139 bencana yang menewaskan lebih dari 10 ribu nyawa manusia. Krisis lingkungan merupakan faktor utama berbagai bencana. Dalam berbagai tulisan dan kesempatan, Prof Koesnadi selalu mengingatkan pentingnya kepedulian terhadap lingkungan. Dia memiliki peran sangat besar dalam pembuatan UU No 4/1992 tentang Lingkungan juga ketika UU tersebut direvisi menjadi UU No 23/1997. Salah satu bukunya yang berjudul Hukum Tata Lingkungan kini menjadi buku wajib yang disetujui Konsorsium Ilmu Hukum di berbagai fakultas hukum. Pada Desember 2006, saat peringatan 70 tahun usianya, Prof Koesnadi menyerahkan dana bantuan skripsi di bidang lingkungan. Bantuan tersebut diberikan kepada 45 mahasiswa berbagai perguruan tinggi. Dana itu berasal dari modal yang dikumpulkan Prof Koesnadi. Baginya, kepedulian terhadap lingkungan harus disosialisasikan dan ditanamkan sejak dini, termasuk kepada generasi muda seperti mahasiswa. Menurut beliau, bila masalah lingkungan tidak dicamkan dengan baik, kedaulatan negara akan diintervensi pihak luar. Sebab, kita tidak mampu meningkatkan derajat sebagai bangsa yang merdeka, memahami arti lingkungan bagi kelangsungan bangsa. *** Ketika saya masuk ke UGM 1986, Prof Koesnadi terpilih sebagai rektor UGM. Hingga berakhir masa jabatannya pada 1990, saya masih menjadi mahasiswa Fisipol UGM. Banyak mahasiswa, terutama yang menjadi aktivis gerakan mahasiswa, mempunyai kesan dan kenangan yang positif terhadap Prof Koesnadi. Dia sangat santun, sederhana, dan rendah hati. Prof Koesnadi memimpin UGM saat rezim politik Orde Baru masih sangat membatasi gerakan mahasiswa. Meski demikian, dia sangat memahami aspirasi mahasiswa sehingga setiap kali mahasiswa melakukan aksi, dia selalu melindungi, bahkan mendampingi mahasiswanya. Prof Koesnadi juga dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan berwibawa. Dia melarang tentara masuk kampus ketika mahasiswa sedang melakukan aksi. Yang sulit untuk dilupakan para aktivis mahasiswa waktu itu adalah kedermawanannya untuk membantu aksi-aksi mahasiswa. Setiap aktivis menemuninya untuk meminta bantuan logistik, tidak segan-segan dia memberikannya. Jauh sebelum terpilih sebagai rektor UGM, Prof Koesnadi merupakan sosok yang sangat prodemokrasi. Pada 1958, bersama M. Alwi Dahlan, Emil Salim, Teuku Jacob, dan Nugroho Notosusanto, dia mendirikan Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI). Bagi Prof Koesnadi, pers adalah corong utama demokrasi. Demokrasi merupakan state of mind yang memungkinkan warga negara tumbuh sebagai anggota masyarakat yang berkesadaran dan bertanggung jawab, termasuk dalam masalah lingkungan. Kini Prof Koesnadi telah tiada. Indonesia kehilangan putra terbaiknya yang ahli dan peduli lingkungan hidup. Kaum pejuang sering mengatakan, "Mati satu tumbuh seribu". Selamat jalan Pak Koes...! A. Muhaimin Iskandar, alumnus Fisipol UGM 1992, salah seorang ketua KAGAMA, dan ketua umum DPP PKB ____________________________________________________________________________________ Don't pick lemons. See all the new 2007 cars at Yahoo! Autos. http://autos.yahoo.com/new_cars.html