FYI, Baru beberapa bulan lalu di Pikiran Rakyat ada diskusi menarik ttg sunda dan kesundaan. Ada beberapa point yang menarik ttg DI/TII. Banyak versi. Saya kutipkan versi yang berbeda agar menjadi penyeimbang dari : http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0405/27/0801.htm
" Keempat, masalah DI/TII. Catatan yang keempat ini merupakan catatan terakhir yang ingin disampaikan untuk tulisan Prof. Dr. Didi Turmudzi; karena DI/TII disatunapaskan dengan K.H. Zaenal Mustafa dan pejuang-pejuang lain dalam mempertahankan NKRI. Dari kacamata politik, berdirinya DI/TII bukan berada pada garis NKRI, sebab apabila berada dalam garis NKRI ketika semua negara bagian bergabung kembali kepada negara Republik Indonesia, DI/TII seharusnya membubarkan diri dan tidak terus melakukan perlawanan. Apalagi, ketika tentara Siliwangi yang kembali ke Jawa Barat, karena merasa tak ada gunanya berada di Yogya setelah menumpas pemberontakan PKI, seharusnya menyambutnya dan bergabung untuk meneruskan perjuangan bersama bukan melawannya. Dari kacamata Islam, betulkah mereka ini berjuang untuk menegakkan Islam, sementara tindakan-tindakannya justru memerangi orang-orang Islam? Islamikah ketika orang-orang Islam dibantai DI dalam peristiwa Bugel, Sumedang, di Rajagaluh, Majalengka dan lain sebagainya? Ada orang yang menjelaskan kepada penulis, bahwa perisitiwa-peristiwa tersebut bukan dilakukan oleh DI/TII tetapi oleh PKI. Betulkah? Atau memang tak ada beda antara DI/TII dan PKI? Khusus mengenai hal ini penulis punya dua catatan yang sebaiknya dikaji lebih lanjut oleh Prof. Dr. Didi Turmudzi yaitu catatan sejarah dan ijtihad Islamiah. Menurut catatan sejarah, Sekarmadji Maridjan Kortosuwiryo memproklamasikan DI/TII di Jawa Barat, setelah ia terlempar dari SI Merah digantikan oleh Semaun dalam kongres tahun 1948. SI Merah adalah pecahan SI yang dikenal sebagai SI berhalauan komunis. S.M. Kartosuwiryo dan Semaun merupakan dua tokoh komunis yang cemerlang, tetapi mereka bersaing keras, karena perbedaan visi yang mendasar. Berbekal eks sekretaris jenderal SI inilah S.M. Kartosuwiryo membujuk pada ulama Jawa Barat untuk memproklamasikan DI/TII. Sementara dari ijtihad Islamiah, penulis ingin menyampaikan dalam bentuk pertanyaan, Muslim seperti apa namanya yang percaya bahwa wahyu bisa turun selain kepada nabi dan rasul? Sementara pengikut DI/TII yakin bahwa S.M. Kartosuwiryo memperoleh wahyu Tjakraningrat untuk mendirikan DI/TII/NII. Kalau ada alibi bahwa wahyu Tjakraningrat bukan wahyu Ilahi, lalu Muslim apa pula namanya yang percaya kepada Tuhan selain Allah?" Wallahua'lam bishowab Wassalam Ary ----- Original Message ----- From: "Dadang Fahmi (QA)" <[EMAIL PROTECTED]> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> Sent: Thursday, June 23, 2005 9:41 AM Subject: RE: [wanita-muslimah] Pancasila => DI/TII > Dan saya tambah pak, peristiwa DI jabar itu juga berangkat dari sikap > jakarta terhadap KMB yang menerima begitu saja untuk menyerahkan jabar > menjadi kantong Belanda, yang akhirnya TNI melakukan longmarch keluar dari > wilayah kantong2 Belanda itu termasuk Jabar. Maka secara heroik dan cintanya > terhadap bangsa ini, perjanjian itu ditolak oleh Kartosuwiryo, dia > berprinsip daripada Jabar diserahkan kepada Belanda maka dia lebih baik > mati, akhirnya terjadilah pertempuran itu, namun setelah Belanda mundur > justru pasukan TNI tiba-tiba masuk tanpa permisi. Hal ini menjadi semakin > kuatlah benturan antara Kartosuwiryo dan Soekarno. > > -----Original Message----- > From: wanita-muslimah@yahoogroups.com > [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of H. M. Nur Abdurrahman > Sent: 22 Juni 2005 10:26 > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Subject: Re: [wanita-muslimah] Pancasila => DI/TII > > hasil penelitian Barbara Sillars Harvey: > DI/TII di Sulawesi Selatan dimulai sebagai suatu perselisihan tentang status > militer dan tuntutan keadilan. > -------------------- > HMNA: > Coba bandingkan dengan ini: > 1. Termaktub dalam salah satu Keputusan Kongres II Ummat Islam se Sulawesi > Selatan pada hari Sabtu s/d Senin, 14 s/d 16 Syawwal 1422 H / 29 s/d 31 > Desember 2001, mmenyangkut fasal DASAR > HISTORIS DAN KULTUR pada butir 3 sebagai berikut: > "DI/TII di bawah pimpinan Kolonel Abdul Qahhar Mudzakkar, seorang pejuang > dari Sulawesi Selatan telah berjihad memberlakukan kembali Syari'at Islam > sebagai wujud penolakan atas pencoretan 7 (tujuh) kata dalam Piagam > Jakarta(*) dan terhadap pengaruh komunis di Sul-Sel pada awal tahun > 1951-an." > > 2. Pencoretan Syari'at Islam setelah Piagam Jakarta menjadi Pembukaan > UUD-1945 harganya mahal sekali, yaitu timbulnya kemudian pemberontakan Darul > Islam dengan pasukan bersenjatanya Tentara Islam Indonesia, yang biasanya > disingkat DI/TII, di Aceh (Teungku Daud Bereueh), Jawa Barat (Sekarmadji > Maridjan Kartosoewirjo), Kalimantan Selatan (Ibnu Hadjar) dan Sulawesi > Selatan (Abdul Qahhar Mudzakkar). Kecuali Teungku Daud Bereueh, satu demi > satu pimpinan DII/TII Jabar, Kalsel dan Sulsel ditangkap kemudian dihukum > mati atau syahid dalam pertempuran. Di Sulawesi Selatan anak buah Abdul > Qahhar Mudzakkar yang tersisa aktif menumpas pemberontak komunis Gestapu > dengan berbasis masjid, dan itulah cikal-bakal lahirnya Ikatan Masjid > Mushalla Indonesia Muttahidah (IMMIM). [dicuplik dari: Seri 400. Dari Sabang > Sampai Merauke] > > Jadi penelitian Barbara Sillars Harvey tidak obyektif alias biased, hanya > bersumber dari opini resmi TNI, dan sangat bernuansa politis, yaitu > pencoretan 7 kata, akar penyebab timbulnya perlawanan DI/TII, dibelokkan > kepada pertikaian antara TNI vs KGSS. Buktinya penelitian Barbara Sillars > Harvey itu biased, karena Harvey sama sekali tidak menyinggung akar > permasalahan yang sebenrnya, yaitu pencoretan 7 (tujuh) kata dalam Piagam > Jakarta. Karena memang pada waktu itu adalah TABU menyebut-nyebut Piagam > Jakarta. > > Wassalam > > ----- Original Message ----- > From: Ary Setijadi Prihatmanto > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Sent: Tuesday, June 21, 2005 20:02 > Subject: Re: [wanita-muslimah] Pancasila > > > Sejarah kan punya banyak wajah. > Pemberontakan DI-TII/NII lebih kompleks dan "abu-abu" daripada "hitam dan > putih" spt yang sebagian dari kita yakini. Menyederhanakannya menjadi > perang "isme" antara "islam" vs "nasionalis" merupakan tindakan yang > gegabah. > > Bagaimana yang sebenarnya ya wallahua'lam bi showab. > > Contoh kronologi ttg Tengku Daud Beureuh dan Gerakan Aceh Merdeka: > http://estananto.blogspot.com/2005/01/kronologi-aceh.html > > Contoh ttg motif GAM serta cerita ttg gesekan "sekuler" vs "islamis" dalam > tubuh GAM: > > http://www.acehkita.com/content.php?op=modload&name=berita&file=view&coid=37 > 57&lang= > > Contoh ttg bagaimana keluarga para tokoh "pemberontak" DI/TII mendukung > upaya rekonsiliasi dalam kerangka NKRI: > http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003/12/7/n3.html > > Contoh ttg motif Abdul Qohhar Mudzakar bergabung di NII Kartosuwiryo: > http://www.kompas.com/kompas-cetak/0306/01/Fokus/341890.htm > Saya kutipkan: > " Saya ingat bagaimana orang Makassar kaget waktu ada tentara dari Jawa > menjadi imam di masjid," kata pengamat militer Salim Said. Kehadiran > Panglima Komando Pemulihan Keamanan Sulawesi Selatan Kolonel R Sudirman > merupakan sosok Muslim yang taat cukup berhasil membantah opini yang > disebarkan DI/TII. Saat itu, Kahar Muzakar mengampanyekan bahwa pasukan > yang > diperanginya adalah Tentara Djawa Komunis (TDK). > > Rakyat Sulawesi Selatan menganggap lawannya sebagai si kafir dari Jawa. > Padahal, menurut hasil penelitian Barbara Sillars Harvey, intelektual dari > Cornell University, DI/TII di Sulawesi Selatan dimulai sebagai suatu > perselisihan tentang status militer dan tuntutan keadilan. Para gerilyawan > Sulawesi Selatan yang ikut perang kemerdekaan tidak diterima masuk ke > dalam > TNI karena dianggap tidak memenuhi syarat, seperti pendidikan formal. > Kahar > Muzakar sebagai perwira paling senior menjadi pemimpin para pejuang ini > dalam Kesatuan Gerilja Sulawesi Selatan (KGSS). > > Menurut buku Barbara yang berjudul Pemberontakan Kahar Muzakkar dari > Tradisi > ke Di/TII, foto kopi surat-menyurat antara Kahar dan komandan Darul Islam > di > Jawa Barat, Sekarmadji Kartosuwirjo, menjadi bukti pengangkatan Kahar > sebagai Panglima Divisi IV Tentara Islam Indonesia (TII). Ideologi islam > diambil Kahar tidak karena latar belakang agama semata, tetapi juga > pertimbangan dukungan bangsawan yang banyak berjuang saat itu. Walau > sempat > menjalin kontak dengan PKI, Kahar memilih untuk mendasarkan perjuangan > pada > Islam. Banyaknya bangsawan yang ikut berjuang. > > Penumpasan dimulai akhir tahun 1952. Jumlah pasukan saat itu meningkat > menjadi 19 batalyon, 12 di antaranya dari Jawa, bandingkan dengan tahun > 1951, di mana hanya ada tujuh batalyon TNI di Sulawesi Selatan. Bulan > September 1952, operasi Halilintar digelar. Bersamaan dengan semakin > banyaknya putra daerah memegang berbagai jabatan strategis, dan tindakan > DI/TII yang banyak membakar rumah dan kekerasan kepada rakyat, DI/TII > mulai > kehilangan pengaruhnya tahun 1962. Akhirnya, Kahar Muzakar ditembak mati > di > dekat Sungai Lasolo, Sulawesi Tenggara, 3 Februari 1965." > > Wassalam > Ary > > > > > ----- Original Message ----- > From: "H. M. Nur Abdurrahman" <[EMAIL PROTECTED]> > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> > Sent: Tuesday, June 21, 2005 4:17 AM > Subject: Re: [wanita-muslimah] Pancasila > > > Ari Condro > Kahar Muzakar (Abdul Qohhar Mudzakar) yang jadi patronnya pak HMNA juga > dalam kapasitas yang sama. > -------------------------- > HMNA: > Bukan cuma saya, banyak kok di Sulsel, dan bukan hanya sekadar menganggap > Abdul Qahhar Mudzakkar sebagai patron, tetapi telah bersama berjuang > menegakkan Syari'at Islam di Sulsel. Termaktub dalam salah satu Keputusan > Kongres II Ummat Islam se Sulawesi Selatan pada hari Sabtu s/d Senin, 14 > s/d > 16 Syawwal 1422 H / 29 s/d 31 Desember 2001, mmenyangkut fasal DASAR > HISTORIS DAN KULTUR pada butir 3 sebagai berikut: > "DI/TII di bawah pimpinan Kolonel Abdul Qahhar Mudzakkar, seorang pejuang > dari Sulawesi Selatan telah berjihad memberlakukan kembali Syari'at Islam > sebagai wujud penolakan atas pencoretan 7 (tujuh) kata dalam Piagam > Jakarta(*) dan terhadap pengaruh komunis di Sul-Sel pada awal tahun > 1951-an." > > Fyi, Abd. Aziz Qahhar Mudzakkar, putra bungsu Abd Qahhar Mudzakkar, adalah > Ketua Lajnah Tanfidziyah KPPSI Sulsel, dan saya sendiri adalah Wakil Ketua > I > Majlis Syura KPPSI Sulsel. > > Wassalam > ***************************** > (*) > Jum'at sore, tanggal 17 Agustus 1945. Dering telepon memaksa Bung Hatta > beranjak dari istirahatnya. Pembantu Laksamana Maeda memberitahukan, > sebentar lagi seorang opsir Kaigun Jepang akan menemuinya. Bung Hatta > mengangguk. > "Ya, baik," ujarnya singkat. > Benar saja. Tak sampai satu jam, tamunya datang. Sang opsir Jepang, Hatta > lupa namanya, > memberitahukan, dirinya membawa pesan dari Indonesia bagian Timur, wilayah > yang diduduki tentara Kaigun Jepang. Pesan itu menyatakan keberatan jika > kata "dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya" > tetap tercantum dalam Piagam Jakarta. Jika kata-kata itu masih ada dalam > Piagam Jakarta, rakyat di Indonesia Timur akan memisahkan diri dari Negara > Kesatuan Republik Indonesia, demikian sang opsir dalam pesannya. > > Personel Kaigun ini perlu pembahasan. Pada waktu pendudukan Jepang di > Kawasan Timur Indonesia diduduki oleh Kaigun, yaitu pasukan Angkatan > Laut, sedangkan Jawa-Sumatera diduduki oleh Rikugun, yaitu pasukan > Angkatan Darat Jepang. Tentera Jepang tidak mempunyai khusus > Angkatan > Udara, jadi masing-masing angkatan itu mempunyai pasukan udara > masing-masing. Bahwa kemerdekaan Indonesia akan diproklamasikan > pada > 17 Agustus 1945 barulah diketahui oleh kelompok kecil yang ada di > Rengas > Dengklok pada 16 Agustus 1945 malam hari. Jadi kemerdekaan > Indonesia > baru diketahui merata di seluruh Indonesia, ialah pada 17 Agustus 1945 > itulah. Dan pada 17 Agustus 1945 petang hari itu juga sudah ada Kaigun > di > Jakarta yang membawa aspirasi mencoret 7 kata dari kawasan Indonesia > bagian timur. Proses mengumpulkan aspirasi pada 17 Agustus 1945 di kawasan > yang begitu luas, yang pada waktu itu alat komunikasi dan transportasi > tidak secanggih sekarang dan cepatnya anggota Kaigun itu tiba di Jakarta > pada 17 Agustus 1945 petang hari. Ini yang perlu dipertanyakan, sebab > patut > diduga dengan keras bahwa personel Kaigun itu adalah Kaigun gadungan dan > aspirasi yang disampaikannya hasil rekayasa politik. Pekerjaan rumah bagi > para peneliti sejarah! > > Kembali kepada Bung Hatta. Beliau tercenung mendengar pesan yang lebih > tepat > disebut ancaman separatisme itu. Esok harinya, 18 Agustus 1945, memang ada > agenda penting bagi negara yang baru lahir ini. Panitia Persiapan > Kemerdekaan Indonesia (PPKI) akan memilih Presiden dan Wakil Presiden, > serta > mensahkan Undang-Undang Dasar (UUD) yang telah rampung disusun oleh BPUPKI > dan disetujui semua anggotanya. > > Sebagai negarawan sipil yang mendahulukan persatuan nasional di atas > segala-galanya, Bung > Hatta tidak sempat berpikir panjang. Ia akan mengambil suatu langkah yang > bisa mengakomodir > ancaman separatis dari rakyat bagian Indonesia Timur esok pagi sebelum > sidang PPKI dimulai. > Dihubungilah beberapa tokoh yang dianggapnya bisa bersikap lunak malam itu > juga, guna > merancang pertemuan esok. > > Banyak peneliti sejarah berpandangan, andai Bung Hatta seorang militer, > maka > sejarah akan > berjalan lain. Ancaman separatisme sewajarnya ditumpas dengan tindakan > represif. Itu sudah > hukum besi sejarah. Namun Bung Hatta adalah seorang negarawan sipil, yang > terlalu naïf > menghadapi niat busuk kalangan minoritas. Ternyata di belakang hari > walaupun > 7 kata dihapus dari Piagam Jakarta, di bagian Indonesia Timur diumumkan > separatisme di Sulawesi Utara yaitu Twapro (Twaalfde Provinci, Provinsi > ke-12) dari Nederland di sebetang laut, seperti negara bagian ke-50 Hawai > di > seberang laut Amerika. Di Maluku terjadi pemberontakan separatisme > Republik > Maluku Selatan (RSM) > > Kembali lagi kepada Bung Hatta. Tanpa berkoordinasi beliau dengan > anggota-anggota BPUPKI yang telah bekerja mati-matian hingga rancangan UUD > selesai, Bung Hatta berniat akan mencoret tujuh kata dalam Piagam Jakarta > yang menjadi bagian inti dari Pembukaan UUD tersebut, sesuai pesanan dari > Indonesia Timur. Benar saja, keesokan harinya, pagi-pagi sekali sebelum > sidang PPKI dimulai, Hatta mengumpulkan beberapa tokoh Islam seperti Ki > Bagus Hadikusumo, Mr. Kasman Singodimejo, Wahid Hasyim, dan Mr. Teuku > Hasan > . Sesuai skenario, Mr. Teuku Hasan berupaya meyakinkan Ki Bagus agar tujuh > kata tersebut bisa dihapus. Maka akhirnya, dicoretlah tujuh kata yang amat > berarti bagi umat Islam Indonesia itu lewat sidang kecil yang berlangsung > kurang dari limabelas menit tersebut. > > Rapat kecil itu sendiri ternyata tidak mengundang para penandatangan > Piagam > Jakarta seperti H. Agus Salim, Abikusno, Abdul Kahar Muzakir, dan Mr. M. > Yamin. Ketua BPUPKI, KH. Masykur pun tidak diundang. Trio nasionalis > sekuler > Hatta-Soekarno-T. Hasan agaknya memahami bahwa mereka adalah tokoh-tokoh > yang konsisten dan tidak gampang mengubah apa yang sudah disepakati > bersama. > Sebab itu, mereka tidak diundang. Dalam sidang PPKI, Hatta mengumumkan > pencoretan tujuh kata tersebut. Peserta sidang terbagi dua, kaum > nasionalis-sekuler bertepuk tangan riuh, sedang kalangan Islam terdiam > membisu. Bisa jadi sangat kaget, hingga tak sempat menginterupsi Hatta. > > > > ----- Original Message ----- > From: Ari Condro > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Cc: [EMAIL PROTECTED] > Sent: Tuesday, June 21, 2005 08:45 > Subject: Re: [wanita-muslimah] Pancasila > > > Itu kan ekses politik akibat mereka juga membuat pemberontakan di > daerah. > PRRI/Permesta dan pakai kolaborasi dengan CIA dan menyewa pilot > dari pasukan Flying Tiger untuk menyerang bung Karno di istana Bogor. > > Terus juga bikin DI/TII. Meskipun S.M. Kartosuwiryo ini teman satu kos > bung Karno di masa kecil, kalo bikin aksi kekerasan, ya terpaksalah > dihalau. > Kahar Muzakar (Abdul Qohhar Mudzakar) yang jadi patronnya pak HMNA > juga dalam kapasitas yang sama. > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > WM FOR ACEH > Bantu korban bencana gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatra Utara! > Rekening BCA Kantor Cabang Pembantu (KCP) Koperasi Sejati Mulia Pasar Minggu > No Rek. 554 001 4207 an. Herni Sri Nurbayanti. > Harap konfirmasi sebelumnya ke [EMAIL PROTECTED] atau HP 0817 149 129. > > Milis Wanita Muslimah > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Keluarga Islami mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com > > This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... > Yahoo! Groups Links > > > > > > > > WM FOR ACEH > Bantu korban bencana gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatra Utara! > Rekening BCA Kantor Cabang Pembantu (KCP) Koperasi Sejati Mulia Pasar Minggu No Rek. 554 001 4207 an. Herni Sri Nurbayanti. > Harap konfirmasi sebelumnya ke [EMAIL PROTECTED] atau HP 0817 149 129. > > Milis Wanita Muslimah > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Keluarga Islami mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com > > This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... > Yahoo! Groups Links > > > > > > -- No virus found in this outgoing message. Checked by AVG Anti-Virus. Version: 7.0.323 / Virus Database: 267.7.11/26 - Release Date: 6/22/2005 WM FOR ACEH Bantu korban bencana gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatra Utara! Rekening BCA Kantor Cabang Pembantu (KCP) Koperasi Sejati Mulia Pasar Minggu No Rek. 554 001 4207 an. Herni Sri Nurbayanti. Harap konfirmasi sebelumnya ke [EMAIL PROTECTED] atau HP 0817 149 129. Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Islami mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/