Pak Chodjim,

Seperti yang Mba Mia bilang bahwa sekarang ini kita cenderung
terkotak-kotakan atau tersekat-sekat. Contohnya dalam kasus kenaikan
BBM, seandainya kenaikan BBM ini begitu besar dampak negatifnya kenapa
kita hanya pintar berteriak2 saja seakan-akan kenaikan BBM ini menjadi
urusan tersendiri bagi rakyat miskin, makanya kemiskinan menjadi hal
yang di exploitasi abis-abisan. Sudah seharunya masalah ini mejadi
masalah bersama tidak hanya yang miskin tapi yang kaya juga.

tentu saja hal demikian terjadi karena sudah tidak ada kepedulian pada
sesama, kepedulian ini kan merupakan bagian dari mentalitas yang
seharunys dibentuk dalam diri umat muslim. Setidaknya itulah yang saya
pahami dari Qs.6:135 yang implementasinya enggak sesempit itu Pak,
malah meluas dari sekedar specialisasi doang.

Dan kepedulian ini bukan sekedar untuk di bagi pada orang lain tapi
jelas kepedulian itu pun berlaku pada diri sendiri. Semisal membaca
artikel "makan dua hari sekali" Pak Idup yang kadang tidak mendapatkan
order menjadi kuli pasir terpakasa menganggur diam dirumah, nah kalau
pak Idup ini peduli pada dirinya sendiri seharusnya "menjadi
penganggur" itu tidak boleh ada. Bisa saja dia jadi "misalnya" jadi
pemulung sampah.

Etos kerja di negari kita terhitung rendah, seringkali bekerja itu
hanya untuk memenuhi kebutuhan semata tanpa adanya usaha meningkatkan
kesejahteraan hidup. Ada yang betah jadi kuli bertahun2, menajdi
tukang beca bertahun-tahun bahkan ada yang di wariskan kepada anaknya
sehingga anaknya pun tidak jauh menjadi tukang beca pula.

Kenapa tidak belajar dari Nabi yang dulunya gembala domba bisa menjadi
business man?

Chae

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Chae,
> Maksud saya, ada ayat-ayat Alquran tentang ikhlas sendiri, tentang
sedekah, tentang keahlian, and so on. Jadi, 6:135 hendaknya tidak
dipahami sesempit yang Chae maksud. Dus, jangan dicarikan ilustrasi
yang nggladrah ke mana-mana... :-)) Nanti, kehilangan tujuan.
> 
> Jadi, kalau menyangkut "work ikhlas", ya tidak harus dicarikan dalil
6:135 tsb. Seperti Chae kalau mbahas genderlah fokus sekitar annur,
annisa, al-ahzab. Ya, mosok hanya karena ingin nunggu buka, misalnya,
terpaksa harus nulis surat setrum hehehe..... 
> 
> Salam,
> chodjim
> 
> 
> 
> -----Original Message-----
> From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Chae
> Sent: Friday, October 14, 2005 5:40 PM
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Subject: [wanita-muslimah] Re: Akibat kenaikan harga BBM!! --> Makan Dua
> Hari sekali
> 
> 
> Lagi nunggu buka ya Pak? sama dong !!! mau pulang pasti kemagriban di
> jalan jadi bukan di kantor aja lumayan bisa minum seteguk dua teguk
> juga bisa seisap dua isap ha..ha..ha...:)
> 
> Pak Chodjim, itu kan cuman ilustrasi saja biar mudah di pahami, dalam
> masalah sosial juga banyak contohnya, misalnya setiap orang mau
> mengwujudkan kesejahteraan sosial dengan bersungguh-sungguh sejauh
> yang dia mampu. Misalnya saja setiap orang dengan sadar mau memisahkan
> sampah organik dan non organik, maka sampah yang terpisah ini bisa
> membuka peluang usaha.
> 
> Sebenarnya Pak, "Work ikhlas" terlepas dari ahli dan tidak ahli tapi
> lebih kepada mentalitas, jadi kalau menurut saya pemahaman dari
> Qs.6:135 adalah penegasan kepada mentalitas yang baik dan bagus pada
> diri setiap orang dalam mengerjakan sesuatu. Karena dalam ayat yang
> sama kebalikan dari bersungguh-sungguh itu adalah sikap dzalim dimana
> dzalim itu adalah kebalikan dari mentalitas yang bagus dan baik dalam
> arti kata dzalim itu adalah mentalitas yang buruk.
> 
> Kalau ahli dalam bidangnya saya sepakat sama Pak Chodjim:)
> 
> Tapi Pak, walau seseorang itu ahli dalam bidangnya akan hancur juga
> pekerjaanya jika dia bermental buruk, iyakan?
> 
> Contohnya di negara kita ini banyak ahli hukum, tapi tetap saja hukum
> cuman dijadikan mainan bagi orang2 yang banyak bulunya soalnya hukum
> sekarang suka pandang buku:)
> 
> Nyuwun sewu
> Chae
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Chae,
> > 
> > Makna QS 6:135 itu begitu besar. Jadi untuk hal-hal kecil anggap
> saja itu PR rumahtangga. Masalah kepedulian terhadap hal-hal seperti
> genting bocor, pagar rusak, dan sejenisnya hendaknya tidak diangkat ke
> masalah sosial. Karena hal itu terkait dengan kesediaan tenaga atau
> ketrampilan yang amat kasuistis yang ada di dalam rumahtangga.
> Sedangkan ayat Alquran untuk mengangkat derajat umat manusia, yang
> pengaruhnya diharapkan untuk bisa mengangkat derajat individu-individu
> di dalamnya.
> > 
> > "Work Ikhlas" itu bisa diangkat ke kehidupan yang lebih luas,
> misalnya menjadi pegawai negeri yang ikhlas, menjadi parlemen yang
> ikhlas, menjadi anggota kabinet yang ikhlas and so on. Kalau ini work
> ikhlas ini dikerjakan secara hard and smart, maka individu-individunya
> pun ikut kebagian kesejahteraan.
> > 
> > Makanya, Chae tidak dituntut untuk dapat memperbaiki pagar atau
> genteng bocor. Sumbangkan kemampuan, bakat, minat dan talenta Anda
> untuk proyek umat manusia, insya Allah genteng tidak bocor lagi dan
> pintu pagar tidak rusak lagi. Jadi, mengambil contoh "kondisi tidak
> ada" itu kasuistis sekali. Sebagaimana saya sampaikan kemarin, paling
> tidak kita minimalisir. Selanjutnya kita menghidupkan ekonomi dengan
> membayar orang. Efek berkelanjutan inilah yang jarang dipikirkan oleh
> umat Islam. Jadi ayat 6:135 itu memang memerintahkan bekerja
> berdasarkan "makaan", dan bukan masalah "kepedulian". Masalah
> kepedulian itu sudah tercantum dalam berbagai perintah, misalnya
> menyantuni fakir miskin, anak yatim, dll seperti pada 2:177. Dus,
> harus dibedakan adanya usaha untuk bekerja berdasarkan kemampuan dan
> keahlian dengan kepedulian. Masing-masing sudah ada tempatnya. 
> > 
> > Apa yang dilakukan Rasul itu lain lagi. Jadi, itu bukan aplikasi
> 6:135. Tapi itu aplikasi 2:223. Rasul berbuat dalam rumahtangganya
> untuk menyenangkan hati istri-istrinya. Ini untuk tetap menjaga
> keharmonisan RT. Jadi, ini memang tidak ada kaitannya dengan
> itung-itungan untung rugi. Tapi, itu perbuatan atau pekerjaan untuk
> keharmonisan RT. Karena itu, seseorang yang akan melakukan hubungan
> seksual terhadap istrinya diperintah untuk melakukan kebaikan terlebih
> dahulu. Baca 2:223, istrimu adalah ladang bagimu, karena itu
> datangilah sebagaimana yang kamu kehendaki. Tapi, terlebih dahulu
> lakukan kebaikan bagi nafs-mu (jiwamu). Dan, tetaplah bertakwa kepada
> Allah (menjaga kesadaran penuh kepada Allah). Maka, ketahuilah bahwa
> kamu akan menemui Tuhanmu. Berilah kabar gembira orang-orang mukmin.
> Dus, bukan hanya "tantra" yang mengajarkan hubungan seksual untuk
> menghasilkan penyatuan dengan Tuhan, QS 2:223 pun demikian. 
> > 
> > Jadi, melakukan hubungan seksual dengan istri yang didahului amal
> kebaikan terhadap istri, itu merupakan cara untuk mengangkat jiwa
> pasangan yang bersanggama itu mikraj dan bertemu dengan Allah.
> Sayangnya, umat Islam pada umumnya berhenti pada "istrimu adalah
> ladang bagimu". Terusannya ditinggal "klepas" wes...ewes..ewes... :-))
> > 
> > Wah... contoh yang terakhir itu tidak bisa diterapkan pada 6:135.
> Jelas kalau lebih jelek daripada swadaya itu bukan diserahkan pada
> ahlinya. Mengapa? Karena, Rasul sendiri berpesan bahwa segala hal itu
> harus diserahkan pada ahlinya, jika tidak diserahkan pada ahlinya ya
> tunggu saja kehancurannya. Lha, jalan yang digarap oleh kontraktor itu
> lebih jelek karena yang ditunjuk sebagai kontraktor itu bukan ahlinya.
> Kita saja yang dengan mudah menganggap orang yang bekerja itu ahlinya
> asal.... :-( sedih aku kalau lihat demikian. Jadi, yang dicontohkan
> Chae untuk bangunan jalan itu ialah diserahkan pada orang yang
> berkhianat demi untung... bukan ahlinya.
> > 
> > Suwun,
> > chodjim
> >       
> > 
> > -----Original Message-----
> > From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Chae
> > Sent: Thursday, October 13, 2005 3:30 PM
> > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > Subject: [wanita-muslimah] Re: Akibat kenaikan harga BBM!! -->
Makan Dua
> > Hari sekali
> > 
> > 
> > Wah Pak Chodjim bener2 bikin saya teringat dengan Almarhum Nenek saya
> > ..kerasa kalau sudah tidak ada..hiks..hiks..:(
> > 
> > Ketika Ayah saya harus dinas diluar p.jawa selam 5 bulan dan hanya
> > bisa pulang 2 minggu sekali ke rumah itupun hanya untuk 2 hari saja
> > (sabtu & Minggu). Pernah suatu ketika pagar rumah kami rusak, selain
> > peganganya patah, roda pagarnya pun keluar dari relnya. Otomatis pagar
> > susah di tutup dan susah pula di buka. Akhirnya pagar itu dibiarkan
> > 1/2 tertutup atau 1/2 terbuka jadi bisa di lalui.
> > 
> > Saya tahu pagar itu rusak tapi saya bukan ahli pagar dan saya tidak
> > peduli karena toh tidak mengganggu aktifitas, begitu juga anggota
> > keluarga yang lain. Suatu ketika nenek saya datang berkunjung, setelah
> > ngobrol sebentar dan beristirahat. Nenek saya keluar ke garasi cari
> > sisa oli, kemudian Beliau membetulkan letak rel pagar dan pergi ke
> > depan jalan untuk memanggil tukang las.
> > 
> > Ketika Ayah pulang, kami sekeluarga di wejang ( dinasehati) tentang
> > bagaimana mencontoh Nenek kami yang mempunyai kepedulian yang tinggi
> > sehingga mau melakukan segala sesuatu sebatas kemampuanya.
> > 
> > Pak Chodjim, saya pikir ini bukan masalah pada "work hard" atau "work
> > smart" tapi lebih kepada sikap peduli kepada sasama. Kepedulian akan
> > melahirkan saling membantu sebatas kemapuannya masing-masing maka yang
> > ada adalah "work ikhlas". Nah kalau sudah "work Ikhlas" ini enggak ada
> > itung-itungan untung dan rugi yang ada adalah bagaimana memberikan
> > yang terbaik semampu kita demi kebaikan bersama.
> > 
> > Nah soal genteng bocor, kalau ada dananya buat nyuruh orang lain
> > mengerjakan kalau tidak ada? Justru melakukan antisipasi sebisa
> > mungkin terhadap tumbahan air bocor itu merupakan satu contoh kita
> > bisa melakukan hal yang bermanfaat sebatas kemampuan kita bairlah
> > urusan benerin genteng serahkan pada ahlinya tapi setidak kita enggak
> > sekedar melaporkan saja genteng bocor tanpa melakukan apa-apa.
> > 
> > Rasulullah mungkin tidak pernah ikut kursus menjahit tapi dengan
> > kepedulianya terhadap istri2 Beliau yang sudah lelah bekerja maka
> > Rasul ikhlas menjahit kasut nya sendiri. Disini kan Nabi enggak
> > itung-itungan untung rugi..coba kalau Nabi mikirnya gini.." Gile aja
> > gue musti jahit kasut sendiri, bisa abis waktu 15 menitan Bo!! mending
> > 15 menit itupun kalau sekali bisa kalau gaka bisa molor dah sampe
> > seharian, padahal waktu gue yang berharga ini bisa gue pake buat bikin
> > konsep dakwah, siapa tahu bakalan berhasil menyadarkan para pembesar
> > Quraisy". 
> > 
> > Justru saya pahami Qs.6:135.."....berbuatlah sepenuh kemampuanmu.."
> > Ini berarti melakukan sesuatu atas dasar sikap peduli menjadikan kita
> > mengerjakanya dengan sebaik-baiknya terlepas dari tingkat kemampuan
> > seseorang, faktor-faktor penunjang dan hasilnya.
> > 
> > Pernah ada pembuatan jalan di salah satu desa di
> > singaparna/tasikmalaya . Satu jalan di bangun swadaya masyarakat
> > sedangakan satu lagi yang menuju irigasi dibangun oleh pihak
> > kontraktor. ternyata kualitas jalan hasil swadaya lebih baik daripada
> > jalan yang dibangun oleh ahlinya. Mungkin saja walaupun ahlinya tapi
> > si kontrator itu tidak berbuat sepenuh kemampuanya berbeda dengan
> > masyrakat yang melakukan swadaya jalan dengan berbuat sepenuh
> > kemampuanya:)
> > 
> > Nyuwun sewu;)
> > 
> > Chae
> > 
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > >
> > > Chae, hidup sudah begitu terspesialisasi. Jadi, di zaman sekarang
> > ini kita tidak cukup "work hard", tapi kita juga harus "work smart".
> > Pergunakan waktu seefisien mungkin dan seefektif mungkin. Kalau ada
> > genteng bocor di zaman dulu ya bener apa yang dilakukan nenek Chae.
> > Tapi, dengan model bangunan dan struktur genteng ala sekarang kita
> > tidak bisa lagi berbuat seperti itu. 
> > > 
> > > Kalau genteng bocor, paling banter yang bisa dilakukan sekarang
> > adalah meminimkan tumpahan air bocor. Lalu, pangil tukang/kuli
> > bangunan untuk memperbaiki. Gunakan waktumu untuk pekerjaan yang lebih
> > bermanfaat daripada sekadar mengurus genteng bocor.
> > > 
> > > Benarlah kata Bill Gate, bila ia berjalan dan melihat uang USD 1000,
> > ia tidak tertarik untuk mengambil uang itu. Waktu yang dipergunakan
> > "membungkuk" untuk mengambil uang itu lebih besar nilainya jika
> > dipergunakan untuk berpikir. Boleh jadi setengah menit --untuk
> > membungkuk-- kalau digunakan berpikir akan melahirkan karya yang
> > nilainya "bejibun dollar".
> > > 
> > > Saya sendiri seorang penulis, sering punya arti yang luar biasa
> > waktu 30 menit bagi saya daripada untuk mengurusi genteng bocor. Oleh
> > karena itu, sudah bukan zamannya dengan kerja keras apa-apa ditangani
> > sendiri. Jangan gunakan waktu untuk belajar nambal, mematri, dll bila
> > Anda punya bakat lain yang perlu dilatih. Gunakan waktu itu untuk
> > meningkatkan ketrampilan sesuai dengan talenta dan dan bidang keahlian
> > Anda.
> > > 
> > > Di zaman sekarang surah al-An'am:135 tersebut jangan dipahami
> > sesempit itu. Ya, seperti Chae kalau memahami ayat-ayat tentang
> > genderlah, yang progresif.... :-))
> > > 
> > > Dus, yang bunyi ayatnya: "Yaa qawmi 'maluu 'alaa makaanatikum, innii
> > 'aamilun, fasawfw ta'lamuun ..... Sudah waktunya dipahami sebagai
> > perintah berkarya sesuai dengan "makaan" (bidang dan talenta). Talenta
> > Nabi ya berdakwah. Lha, orang-orang yang zalim itu ya yang malas
> > sehingga merugikan dirinya sendiri.
> > > 
> > > Suwun,
> > > chodjim
> > > 
> > >    
> > > 
> > > -----Original Message-----
> > > From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > > [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Chae
> > > Sent: Thursday, October 13, 2005 12:01 PM
> > > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > > Subject: [wanita-muslimah] Re: Akibat kenaikan harga BBM!! -->
> Makan Dua
> > > Hari sekali
> > > 
> > > 
> > > Pak Chodjim, Nenek saya Almarhum begitu tahu kamar depan bocor
karena
> > > gentengnya turun disebabkan hujan, cepat-cepat ambil ember dan kain
> > > pel kemudian taruh ember plus kain pel didalamnya itu di bawah
bagian
> > > yang bocor agar tidak bertambah buruk dampak yang diakibatkan oleh
> > > kebocoran (ca'ileh bahasanya) kemudian baru telp saya ke kantor
> > > melaporlkan situasi yang terjadi:)
> > > 
> > > Bagaimanapun di setiap diri kita ada kemapuan untuk bisa beradaptasi
> > > terhadap keadaan artinya mengatasi keadaan, kalau tidak bisa
> > > beradaptasi... maka kita akan tetap tinggal di atas pohon begitu
sabda
> > > Mama Mia:) so kewajiban setaip diri kita masing-masing untuk bisa
> > > melakukan sejauh yang kita mampu. Kita harus mau menjadi subject,
> > > jangan terus-menerus menjadi obejct, harus mau menjadi pihak yang
> > > aktif kreatif jangan mau menjadi pasif statis.
> > > 
> > > Katakanlah:"Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya
> > > akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah
(diantara
> > > kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini.
> > > Sesungguhnya,orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan
> > > keberuntungan. (QS. 6:135)
> > > 
> > > Chae
> > > 
> > > 
> > > 
> > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > > >
> > > > Chae, kita harus bisa membedakan antara orang yang melapor dan
orang
> > > yang ahli. Orang yang melapor jangan dituntut menjadi ahli, tapi
> > > laporannya itu perlu didengarkan dengan seksama agar bisa digunakan
> > > sebagai data pembantu. Sedangkan orang yang ahli diharapkan
untuk bisa
> > > langsung ikut mencari solusi.
> > > > 
> > > > Nah, orang yang melapor itu kedudukannya sama dengan orang yang
> > > melakukan kritik. Artinya ia melihat sesuatu yang tak beres, lalu
> > > dilakukanlah kritik atau tegoran terhadap pihak-pihak yang merasa
> > > punya otoritas untuk menanganinya. Sedangkan pihak ahlilah yang
> > > bertanggung jawab untuk mencari solusinya.
> > > > 
> > > > Dus, para pengkritisi jangan dituntut untuk ikut memberikan
solusi.
> > > Yang penting pengkritisi itu sudah mengingatkan adanya maling,
> > > kebocoran, dll yang bisa membahayakan. Jadi, jangan dituntut untuk
> > > bisa menangkap malingnya, menambal agar tidak bocor dll. Kalau ada
> > > kaleng saya bocor, dan istri yang tahu, maka saya tidak bisa meminta
> > > istri untuk menambalnya. Solusinya bagaimana? Ya, memanggil tukang
> > > patri atau solder. :-))
> > > > 
> > > > Salam,
> > > > chodjim
> > > >   
> > > > 
> > > > -----Original Message-----
> > > > From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > > > [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Chae
> > > > Sent: Wednesday, October 12, 2005 4:44 PM
> > > > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > > > Subject: [wanita-muslimah] Re: Akibat kenaikan harga BBM!! -->
> > Makan Dua
> > > > Hari sekali
> > > > 
> > > > 
> > > > Saya sependapat Mba Ning bahwa orang yang mengkritisi
kebijaksanaan
> > > > pemerintah bukanlah orang yang dengki. Tapi hanya pintar
mengkritisi
> > > > tanpa mengemukakan solusi lebih cenderung ke arah sikap berkeluh
> > kesah.
> > > > 
> > > > Miris memang melihat kenaikan BBM anu teu kira-kira cek urang
sunda
> > > > mah meni nyolok mata buncelik:) terlebih lagi pemerintah kok malah
> > > > ikutan acara reality show yang suka mengexploitasi kesengsaraan
> orang
> > > > dan kemudian membagikan uang pada orang tsb. Dana kompensasi
sebesar
> > > > 10 triliun per bulan yang dibagikan kepada rakyat miskin di
> negri ini
> > > > jelas-jelas menunjukan sikap pemerintah yang menyuburkan
mentalitas
> > > > miskin di negri tercinta ini.Bukankah lebih baik memangfaatkan
dana
> > > > tersebut untuk membuka lapangan kerja atau memperbaiki sistem
publik
> > > > transportasi kita sehingga walau BBM naik tapi angkutan umum
mudah,
> > > > murah dan nyaman.
> > > > 
> > > > Terlebih lagi kemiskinan menjadi object yang banyak di exploitasi
> > > > akhir-akhir ini, kemiskinan banyak dimanfaatkan oleh para
pebisnis,
> > > > karena para pebisnis tidak pernah memperdulikan apa pun kecuali
> > > > maksimalisasi keuntungan yang sebesar-besarnya maka dibuatlah
acara2
> > > > reality show tentang orang miskin yang makin menyuburkan
mentalitas
> > > > miskin pada bangsa ini. Lebih gila lagi banyak orang yang sudah
> tidak
> > > > malu lagi untuk bermental miskin. Menurut laporan ada banyak para
> > > > penerima dana kompensasi yang ditolak setelah dilakukan survey
> karena
> > > > ternyata tidak memenuhi persyaratan disebabkan ternyata mereka 
> > > > memiliki barang-barang yang dikategorikan mewah seperti TV,
Kulkas,
> > > > kendaraan bermotor. Belum lagi adanya penerima dana kompensasi
hasil
> > > > dari KKN dari para pamong desa. Kemarin-kemarin ada berita 
bahwa di
> > > > satu daerah dana kompensasi kenaikan BBM yang diberikan kepada
> rakyat
> > > > miskin di potong 30% untuk perbaikan jalan padahal dana untuk
> > > > perbaikan jalan sudah di dapat dari anggaran daerah ...sebegitu
> > > > parahnya:) (pake icon senyum biar ada nilai ibadahnya, wong
> senyum itu
> > > > ibadah kok)
> > > > 
> > > > Persentase kenaikan BBM yang begitu tinggi merupakan
ketidakmampuan
> > > > pemeritah dalam menjalankan roda pemerintahan. Jelas-jelas
> pemerintah
> > > > berada dalam posisi yang dalam mengambil kebijaksanaan.
> > > > 
> > > > Hanya saja jika kita terus-menerus berkelu kesah, tidak malu
> > > > terus-menerus mengexploitasi kemiskinan kita untuk terus mengemis
> > > > seperti bukan hal yang bijaksana.
> > > > 
> > > > Dalam Islam ditanamakan sikap optimis. Sikap optimis itu pula
> haruslah
> > > > berdasarkan kepada kemampuan bekerja dan berikhtiar disertakan
> > > > ketekunan dan sistematik tersusun dan terus-menerus. Sebab tanpa
> > > > adanya kerja keras yang dilakukan oleh manusia, maka Allah tidak
> akan
> > > > memberi pertolongan.
> > > > 
> > > > "Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka
> > > > merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (Qs.13:11)
> > > > 
> > > > Seharunya tertanam dalam jiwa dan mental umat Muslim suatu sikap
> bahwa
> > > > hari esok harus lebih baik dari hari ini ..bukankah ini pula
yang di
> > > > anjurkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad saw dalam hadisnya.
> > > > 
> > > > Salah satu prinsip yang ada dalam ajaran Islam adalah bekerja
keras,
> > > > selalu berikhtiar dan tidak berputus asa dan menyerah apalgi
malas.
> > > > 
> > > > Seperti yang ada dalam Qs.62:10
> > > > 
> > > > Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka
> bumi;
> > > > dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
> supaya kamu
> > > > beruntung. (QS. 62:10)
> > > > 
> > > > Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka
berjalanlah di
> > > > segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya
> > > > kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (QS. 67:15)
> > > > 
> > > > Mudah-mudahan kita tidak saja pandai mengkritisi keadaan tapi kita
> > > > juga bisa menjadi motivator bagi sesama saudara kita agar bisa
> bangkit
> > > > dari keterpurukan dan kondisi yang susah.
> > > > 
> > > > Chae
> > > > 
> > > > 
> > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Tri Budi Lestyaningsih
> > > > \(Ning\)" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > > > >
> > > > > 
> > > > > Ass wR. wB.
> > > > > 
> > > > > Mas Irwan,
> > > > > Menurut saya orang yang tidak sepaham dengan pemerintah bukanlah
> > orang
> > > > > yang dengki. Malah menurut saya, dalam halnya kenaikan BBM ini,
> > orang
> > > > > yang tidak sepaham dengan pemerintah adalah orang yang
peduli dan
> > > > > rasional...
> > > > > 
> > > > > Aa Gym benar bahwa orang yang dengki hidupnya tidak tenang. Tapi
> > kita
> > > > > harus mengerti bahwa orang yang tidak dengki pun hidupnya bisa
> tidak
> > > > > tenang juga. Rakyat yang kelaparan, tidak punya apa-apa,
> miskin, tak
> > > > > berdaya pun tidak tenang hidupnya. Tapi tentu bukan karena
dengki.
> > > > > Mereka tidak cukup energi untuk dengki... astaghfirullah.. saya
> > > kok jadi
> > > > > emosi gini ya..
> > > > > 
> > > > > Masalah kenaikan BBM, saya meyakini bahwa pemerintah salah
langkah
> > > dalam
> > > > > hal ini. Sudah banyak analisa dan tinjauan oleh orang-orang
pintar
> > > yang
> > > > > berujung pada kesimpulan yang sama bahwa: INI LANGKAH YANG
> > SALAH. Yah,
> > > > > mudah-mudahan saja pemerintah tidak menutup telinganya dari
> > > suara-suara
> > > > > ini, dan segera melakukan revisi atas keputusan tersebut. Insya
> > Allah.
> > > > > 
> > > > > Wassalaam,
> > > > > -Ning
> > > > > 
> > > > > 
> > > > > 
> > > > > -----Original Message-----
> > > > > From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > > > > [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of irwank2k2
> > > > > Sent: Wednesday, October 12, 2005 1:43 PM
> > > > > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > > > > Subject: [wanita-muslimah] Akibat kenaikan harga BBM!! -->
> Makan Dua
> > > > > Hari sekali
> > > > > 
> > > > > Adakah penyesalan dari pihak yang pro kenaikan BBM?
> > > > > Atau orang" miskin itu harus menjadi tumbal selamatnya APBN dari
> > > > > 'defisit'?
> > > > > Semalam dengar ceramah Aa Gym, soal orang dengki..
> > > > > Jadi pengen nanya, apakah orang yang tidak mendukung keputusan
> > > > > pemerintah termasuk orang yang dengki?
> > > > > 
> > > > > Karena kata dia, orang yang dengki tidak pernah tenang
hidupnya..
> > > > > selalu melihat sesuatu dengan sudut pandang negatif.
> > > > > Tapi bukankah penolakan keputusan yang tidak berpihak kepada
> publik
> > > > > (baca: lebih condong kepada pengusaha dan asing) merupakan salah
> > > > > satu upaya membela publik; khususnya yang lemah dan terabaikan?
> > > > > 
> > > > > Wallahu a'lam.. CMIIW..
> > > > > 
> > > > > Wassalam,
> > > > > 
> > > > > Irwan.K
> > > > > 
> > > > > -----------
> > > > > http://www.kompas.com/metro/news/0510/12/091724.htm
> > > > > 
> > > > > Makan Dua Hari sekali
> > > > > 
> > > > > Keluarga Idup (44), warga Kampung Sewan Bedeng RT 01/02,
Kelurahan
> > > > > Mekarsari, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang, terpaksa harus
> makan
> > > > > dua hari sekali. Untuk mengirit minyak tanah, keluarga itu
> minum air
> > > > > mentah.
> > > > > 
> > > > > Kesengsaraan keluarga dengan empat anak itu semakin terasa
setelah
> > > > > harga BBM naik. Penghasilan Idup sebagai kuli angkut pasir kian
> > > > > terpuruk, begitu pula istrinya Selih (32) yang bekerja sebagai
> buruh
> > > > > cuci.Sebelum harga BBM naik, keluarga itu masih bisa makan
sehari
> > > > > sekali dan Idup masih bisa ngopi dua kali. "Sekarang sudah tak
> bisa
> > > > > lagi. Dengan uang Rp 3.000 sudah tidak bisa membeli apa-apa
lagi,"
> > > > > ujar Idup meratapi nasibnya.. Ia pun menuding pemerintah
buta dan
> > > > > tuli. Menurutnya, para penggede tak peduli terhadap kehidupan
> > > > > orang-orang seperti dirinya yang jumlahnya jutaan.
> > > > > 
> > > > > Idup dan keluarganya tinggal di Kampung Sewan Bedeng RT 01/02,
> > kampung
> > > > > kumuh di bantaran Kali Cisadane, tak jauh dari pintu irigasi
> > Pintu Air
> > > > > X. Kampung itu dipadati rumah gubuk yang ditempati para kuli
> angkut
> > > > > pasir dan buruh cuci. Seperti kebanyakan rumah gubuk di
> kampung itu,
> > > > > rumah Idup juga tak berjendela. Udara segar hanya bisa masuk
dari
> > > > > sela-sela anyaman dinding gedek. Gubuk berukuran 3 m x 3 m yang
> > > > > disewa Rp 50.000 per bulan itu pun hanya punya satu ruangan yang
> > > > > difungsikan sebagai ruang tamu, kamar tidur, dan dapur
sekaligus.
> > > > > 
> > > > > Pasangan Idup dan Selih memiliki empat orang anak. Anak
> pertama dan
> > > > > kedua, Gustiawan (15) dan Yuliana (13), terpaksa berhenti
> sekolah di
> > > > > kelas IV SD. Keduanya kini dititipkan kepada neneknya,
> lantaran Idup
> > > > > dan Selih tak sanggup memberi makan. Hanya dua anak yang tinggal
> > > > > bersama mereka, yakni anak ketiga Julendra (11) yang duduk di
> > kelas V
> > > > > SD dan anak keempat Faisal (3).
> > > > > 
> > > > > "Julendra juga terancam berhenti sekolah, karena sejak bulan
Juni
> > > > > sampai Oktober dia belum bayar SPP. Bagaimana kami bisa
bayar uang
> > > > > sekolah yang sebulan Rp 5.000, kalau makan aja susahnya bukan
> main,"
> > > > > kata Selih.
> > > > > 
> > > > > Ketika Warta Kota menyambangi rumah kecil berdinding gedek dan
> > beratap
> > > > > anyaman daun kelapa itu, kemarin, Idup bertelanjang dada duduk
> > murung
> > > > > menatap anak laki-lakinya Faisal asyik melahap nasi putih tanpa
> > lauk.
> > > > > Sesekali tangan Idup menuangkan air putih ke piring plastik
> > bocah itu
> > > > > agar nasinya tidak menggumpal.
> > > > > 
> > > > > Di belakang kedua orang itu, Selih duduk bersandar lemari kayu
> usang
> > > > > sambil mengurut kedua kakinya. Mata perempuan itu terus menatap
> > ayunan
> > > > > tangan si bocah menyuapkan nasi ke mulutnya.
> > > > > 
> > > > > Belum habis nasi di piring Faisal, tiba-tiba kakaknya Julendra
> > > > > menyeruak masuk. Tanpa bicara apa-apa, si kakak merebut piring
> > plastik
> > > > > di depan adiknya.. Piring itu dibawanya menjauh ke sudut
ruangan.
> > > > > Setelah sejenak melirik ke kanan dan ke kiri, tanpa ragu
Julendra
> > > > > menyuap nasi yang tinggal setengah itu ke mulutnya.
> > > > > 
> > > > > Melihat piringnya direbut, Faisal tak bereaksi apa-apa. Dia
> bangkit
> > > > > dan menjangkau gelas di belakangnya. Ia lalu mengisi gelas
> > dengan air
> > > > > yang diambil dari dalam ember plastik warna hitam. Usai
menenggak
> > > > > habis isi gelas, bocah itu berbaring di atas kasur tipis yang
> > > > > dibentangkan di lantai semen. Bau tak sedap merebak dari
> > setumpuk kain
> > > > > gombal yang dijadikan alas kepala si bocah.
> > > > > 
> > > > > "Iya begini deh. Saya dan bapaknya anak-anak mengalah nggak
> > makan hari
> > > > > ini. Habis nasinya nggak cukup buat berempat. Biar aja anak-anak
> > > > > duluan yang makan. Kalau saya dan bapaknya masih kuat nggak
makan
> > > > > sampai besok," ujar Selih disusul anggukan lemas suaminya Idup.
> > > > > 
> > > > > Kompor nganggur
> > > > > 
> > > > > Sebagai buruh cuci, Selih mengaku tak bisa berbuat banyak.
> > > > > Penghasilannya yang cuma Rp 30.000 setiap bulan, tak pernah
cukup
> > > > > untuk sekadar hidup layak.. Sementara penghasilan Idup yang jadi
> > kuli
> > > > > angkut pasir pun tak jelas. Sekali menurunkan pasir, ia
dibayar Rp
> > > > > 3.000. Jika banyak orderan, Idup paling banter bawa pulang
uang Rp
> > > > > 9.000. Tapi Idup lebih banyak menganggur.
> > > > > 
> > > > > "Sebelum BBM naik, kami sekeluarga hanya makan sehari sekali
> dengan
> > > > > nasi putih dan kerupuk. Sesekali pakai tempe juga. Bapaknya
> > anak-anak
> > > > > juga masih bisa ngopi paling nggak dua kali sehari. Tapi
sekarang,
> > > > > saya dan bapaknya anak- anak kadang baru makan dua hari sekali.
> > Ngopi
> > > > > juga kalau ada orang yang ngasih. Kalau anak-anak sih kami
belain
> > > > > makan sekali sehari. Nasi putih aja. Lauknya seketemunya. Biar
> nggak
> > > > > kering, nasinya dicampur air," ujar Selih.
> > > > > 
> > > > > Idup lalu meneruskan cerita kelam hidup keluarganya. Sambil
> menunjuk
> > > > > kompor minyak tanah usang yang tergolek di sudut ruangan, ia
> > berkata,
> > > > > "Kompor itu udah lama nggak nyala. Saya nggak kuat beli minyak
> tanah
> > > > > karena harganya naik terus. Sekarang aja satu liter Rp 2. 900.
> Sama
> > > > > harganya dengan upah saya sekali nurunin pasir."
> > > > > 
> > > > > Kalau pun ada uang, lanjut Selih, ia dan suaminya hanya mampu
> > membeli
> > > > > setengah liter minyak tanah yang digunakan untuk menanak nasi.
> "Saya
> > > > > cuma berani menggunakan minyak tanah untuk masak nasi. Agar
> mengirit
> > > > > minyak tanah, kami nggak pernah masak air minum. Kalau mau
minum,
> > > > > ambil saja air di sumur pakai ember. Anak-anak saya juga biasa
> minum
> > > > > air mentah. Kata mereka lebih enak, rasanya adem. Syukurnya sih
> > mereka
> > > > > nggak pernah sakit," kata Selih.
> > > > > 
> > > > > Selih dan Idup kemudian terdiam. Mata mereka menerawang ke
> > > > > langit-langit rumbia yang jika hujan pasti bocor di sana-sini.
> "Saya
> > > > > dari dulu mau pindah kontrakan. Tapi uangnya nggak ada.
Tinggal di
> > > > > sini susah banget. Kami tidur berempat berdesak-desakan di
> atas satu
> > > > > kasur. Kadang kepala saya mentok ke kompor. Kalau nggak kaki
saya
> > > > > harus dilipat semalaman. Belum lagi kalau hujan, atap pasti
bocor.
> > > > > Tidur terpaksa harus gantian, karena kasurnya kebasahan," kata
> Idup.
> > > > > 
> > > > > Pasangan suami istri itu lalu menanyakan dana kompensasi BBM.
> > "Katanya
> > > > > ada bantuan dari pemerintah buat orang miskin. Kok sampai
sekarang
> > > > > kami nggak kebagian. Boro-boro dapat duit, didata saja nggak.
> > > > > Bagaimana nih Pak Walikota, kok yang miskin makin tambah miskin
> > aja,"
> > > > > kata Selih lirih. (Has)
> > > > > 
> > > > > 
> > > > > Sumber: warkot
> > > > > Penulis: Nik
> > > > > 
> > > > > 
> > > > > 
> > > > > 
> > > > > 
> > > > > 
> > > > > Milis Wanita Muslimah
> > > > > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun
> > > masyarakat.
> > > > > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
> > > > > ARSIP DISKUSI :
> > http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
> > > > > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > > > > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
> > > > > Milis Keluarga Sejahtera
mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
> > > > > Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
> > > > > 
> > > > > This mailing list has a special spell casted to reject any
> > attachment
> > > > > .... 
> > > > > Yahoo! Groups Links
> > > > >
> > > > 
> > > > 
> > > > 
> > > > 
> > > > 
> > > > 
> > > > 
> > > > Milis Wanita Muslimah
> > > > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun
> > masyarakat.
> > > > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
> > > > ARSIP DISKUSI :
> http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
> > > > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > > > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
> > > > Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
> > > > Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
> > > > 
> > > > This mailing list has a special spell casted to reject any
> > > attachment .... 
> > > > Yahoo! Groups Links
> > > >
> > > 
> > > 
> > > 
> > > 
> > > 
> > > 
> > > 
> > > Milis Wanita Muslimah
> > > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun
> masyarakat.
> > > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
> > > ARSIP DISKUSI :
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
> > > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
> > > Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
> > > Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
> > > 
> > > This mailing list has a special spell casted to reject any
> > attachment .... 
> > > Yahoo! Groups Links
> > >
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > Milis Wanita Muslimah
> > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun
masyarakat.
> > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
> > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
> > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
> > Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
> > Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
> > 
> > This mailing list has a special spell casted to reject any
> attachment .... 
> > Yahoo! Groups Links
> >
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Milis Wanita Muslimah
> Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
> Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
> ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
> Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
> Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
> 
> This mailing list has a special spell casted to reject any
attachment .... 
> Yahoo! Groups Links
>






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Click here to rescue a little child from a life of poverty.
http://us.click.yahoo.com/rAWabB/gYnLAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Kirim email ke