Boleh percaya boleh tidak.. tergantung bagaimana anda menyikapinya..
Hehehe.. itu mah slogan salah satu acara di TV ya..

Oh ya, mohon maaf bagi (kalau ada) kalangan yang kadung men-cap
sebagian orang telah termakan oleh teori konspirasi. Saya sendiri mencoba
di tengah saja, melihat mana yang lebih logis, sesuai dengan hati nurani
dan gak pake 'acara ngibul'. Cuma itu..

Wallahu a'lam.. CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K

~Kapan ya kita bisa benar" diberikan pemimpin yang mencerdaskan kehidupan
bangsa?

=============
Senin, 21 Nov 2005,
Kematian Politis Azhari
Oleh Mochamad Toha *
http://www.jawapos.com/index.php?act=detail_c&id=198488

Sukses Detasemen 88 Mabes Polri dalam penyergapan Dr Azhari Husin dan Budi
Darmawan alias Arman di Kota Batu pada 9 November 2005 masih menyisakan
banyak pertanyaan. Sebagian masyarakat masih meragukan keberhasilan polisi
dalam operasi penyergapan itu.

Kendati Kapolri Jenderal Polisi Sutanto menyatakan, Azhari sudah tewas,
beberapa kejanggalan di TKP justru menimbulkan pertanyaan. Kondisi jasad
Azhari yang masih utuh dengan tiga bekas luka tembakan memperkuat dugaan,
sebelum terjadi sebelas kali ledakan, Azhari sudah tewas.

Posisi tertelungkup di atas reruntuhan ledakan dengan kaki terikat
menimbulkan pertanyaan lagi. Mestinya, jasad Azhari juga tertimbun
reruntuhan bangunan. Kesaksian polisi yang menyatakan, gembong teroris ini
ditembak sebelum sempat menarik pemicu bom justru terbantah. Dia ditemukan
tanpa memakai rompi bom.

Ditemukannya 30 bom yang siap diledakkan menambah keraguan akurasi
penyergapan Azhari. Ledakan bom bunuh diri yang menghancurkan tubuh Arman
dan beberapa ledakan bom di dalam rumah itu seharusnya bisa memicu ledakan
bom lainnya. Anehnya, ke-30 bom itu masih utuh.

Tali yang mengikat kaki Azhari mengindikasikan bahwa sebenarnya ketika
penyerbuan itu tidak terjadi tembak-menembak antara polisi dan Azhari.
Rasanya, sangat tidak mungkin seorang gembong teroris melawan dengan kaki
terikat.

Proses evakuasi yang lamanya hampir 24 jam malah menimbulkan pertanyaan.
Apalagi, sebelum dilakukan evakuasi, malamnya listrik di kawasan TKP
dipadamkan. Alasan masih menunggu Tim Gegana sangat tidak masuk akal. Sebab,
anggota "Detasemen 88" itu juga ahli dalam menjinakkan bom.

Kecurigaan
Banyaknya kejanggalan di lapangan ketika penyergapan Azhari dan Arman itu
menimbulkan kecurigaan bahwa operasi tersebut tidak ubahnya latihan
penyerbuan "sarang" teroris Azhari. Dengan tewasnya Azhari, tugas polisi
memburu gembong teroris ini sudah "selesai". Tinggal Noordin Mohd. Top.

Terlebih lagi, Bani Yamin Husin, adik kandung Azhari, sudah mengakui
kematian kakaknya. "Jenazah itu memang kakak saya," katanya seperti dikutip
berbagai media. Jadi, masyarakat tidak perlu ragu lagi atas hasil kerja
polisi. Sukses Detasemen 88 langsung mendapat pujian PM Australia John
Howard.

Pujian Howard, rasanya, tidak berlebihan. Sebab, sejak peristiwa Bom Bali I
pada 12 Oktober 2002, Kepolisian Federal Australia (AFP/Australian Federal
Police) membantu memburu Azhari. Bahkan, satu tim AFP berada tidak jauh dari
lokasi saat penyergapan "sarang" Azhari di Batu.

Pemerintah Australia menuding, Azhari bertanggung jawab atas sejumlah
pengeboman yang menewaskan warganya. Bersama Noordin, Azhari diyakini
sebagai otak dan dalang pengeboman di Bali pada 2002 dan 2005 yang
menewaskan 92 warga Australia.

Keduanya juga diyakini menjadi aktor utama pengeboman Hotel J.W. Marriott
dan Kedubes Australia di Jakarta tahun lalu. Tewasnya Azhari bukan berarti
Jamaah Islamiyah (JI) telah dilumpuhkan. Tapi, "Itu menunjukkan, aktor di
balik dua teror di Bali, Marriott, dan Kedubes Australia telah (bisa)
diatasi," kata Howard.

Pujian juga datang dari Dubes Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia B. Lynn
Pascoe. Dia memuji tewasnya Azhari sebagai langkah besar Polri. Sebagai
hadiah atas sukses itu, Jaksa Agung AS Alberto R. Gonzales disaksikan
Direktur CIA dan FBI pada 16 November 2005 menyerahkan cek USD 287.577
kepada Kapolri.

Pemerintah AS selama ini memang sangat mendukung langkah Polri dalam memburu
Azhari dan jaringan JI. Sebelum peristiwa Bom Bali II pada 1 Oktober 2005,
Polri juga pernah mendapatkan suntikan dana bantuan USD 10 juta dari AS.

AS dan Australia serta, belakangan, Inggris dan Prancis, memang punya tujuan
politis untuk menekan berbagai bentuk aktivitas yang berbau Islam. Dengan
alasan bertanggung jawab atas peledakan Word Trade Center (WTC) di New York
pada 11 September 2001, Presiden George Walker Bush memburu Usamah bin
Laden.

Belakangan diketahui bahwa dua pesawat yang ditabrakkan di WTC itu adalah
pesawat tanpa awak yang sengaja diarahkan ke WTC. Demikian pula halnya
pesawat yang "jatuh" di Pentagon. Semua itu rekayasa AS untuk mencari
legitimasi perburuan terhadap para "teroris" dunia.

Afghanistan dan Iraq menjadi korban kebijakan Presiden Bush. Pemerintahan
Islam Thaliban dianggap melindungi anak partner bisnis minyaknya di Arab
Saudi, bin Laden. Di kalangan Kongres AS sendiri, sudah bukan rahasia lagi
bahwa Usamah itu sebenarnya adalah tokoh teroris ciptaan CIA.

Di Negeri Kanguru, menyusul disahkannya amandemen UU Antiteroris di
Australia, pada 8 November 2005 sebanyak 17 muslim ditangkap polisi di
Sydney dan Melbourne karena diduga terlibat jaringan teroris. Seorang di
antaranya ditembak pada bagian leher sekeluar dari sebuah masjid.

Seorang muslim yang ditangkap bernama Abu Bakr alias Abdul Nacer Benbrika,
warga negara Aljazair (Afrika) yang sudah tinggal di Melbourne sejak 1989.
Agustus lalu, Abu Bakr mengeluarkan pernyataan dukungan terhadap Usamah bin
Laden, pimpinan jaringan Al-Qaidah yang paling diburu AS.

Seperti halnya penyerbuan Azhari -tetapi hanya ANTV saja yang berhasil
meliput secara khusus -, AFP sengaja memublikasikan operasi tersebut dengan
cara menempatkan wartawan di rumah-rumah yang akan menjadi sasaran. Bahkan,
wartawan telah membuat berita sebelum penyerbuan dilaksanakan.

Sukses Polri menembak mati Azhari juga mendapatkan liputan besar dari media
Indonesia. Karena sudah telanjur percaya kepada polisi, kejanggalan yang
ditemukan di lapangan malah terabaikan. Keterangan pejabat Polri yang sering
berubah-ubah dianggap hal wajar.

Kendati banyak kejanggalan, toh untuk meningkatkan kinerja kepolisian dalam
mengungkap jaringan terorisme di Indonesia, Departemen Pertahanan (Dephan)
menyiapkan alokasi dana Rp 12 triliun untuk Polri dan Rp 9 triliun untuk
TNI. Jadi, jelas sekali, Azhari harus mengalami "kematian politis".

* Mochamad Toha, wartawan Majalah FORUM Keadilan Jakarta


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke