Wah, barusan salah kirim. Pak Sabri, bentuk ilusi (zhan) itu banyak tapi ide kesetaraan bukannya ilusi. Tuhan Maha Egalitarian mestinya dalam asmaul husna. Nggak mungkin kan kita mengatakan bahwa kesetaraan atau egalitarianism itu cuma ilusi?
Takdir bukanlah suatu konsep yang bisa 'diajarkan' atau 'didiskusikan' apalagi 'dilawan'. Takdir adalah kesadaran yang mendalam pada sesuatu dengan 'apa adanya'. Legowo. Titik. Anda sudah mengakui, untuk menghindarkan determinism nggak fair beralih ke determinism yang lain. Dengan kata lain two wrongs won't make a right. Tapi pada saat yang sama kita mengakui keberadaan determinism ini. Yang saya tawarkan adalah semacam pengertian terobosan yang diharapkan bisa mencairkan kubu-kubu determinism itu. Dan ini dimungkinkan dengan teknologi dan wawasan baru. Kunci katanya ULTIMATE dan PROXIMATE, GENERAL dan VARIAN. Yaitu bahwa genetika mencerminkan kemanusiaan kita dalam pola seleksi alami yang universal dan umum, secara ultimate. Kalau seleksi alami yang membantuk 'manusia' secara umum ini kita golongkan sebagai determinant, ya boleh saja. Dengan kata lain secara PUKUL RATA kita nggak bisa menghindarkan seleksi alami (pola determinant) Pada saat yang bersamaan genetika mencerminkan kita dalam varian individu secara khusus, dan proximate. Dengan kata lain, yang ada adalah keragaman individu yang nyaris tanpa batas. Nggak ada single determinant. Dan varian ini pasti kita punyai sekarang, wong masing- masing kita yang punya gen-gen itu kok. Namun demikian, nggak ada dikotomi kaku antara proximate dan ultimate, antara determinant dan keragaman. Karena perubahan fisik (i.e evolusi) terjadi pada level genetika individu, dan perubahan wawasan sosial pastilah mulai pada sekelompok individu. Yang apabila ini menjadi kumpulan-kumpulan individu yang terus berkembang dengan pola tertentu, terjadilah seleksi alami. Bisa dimengerti kesinambungannya? Contoh pertama yang anda sebutkan, kok kayak social engineering, karena menyangkut program pendidikan publik (?). Maapin nih, tapi Hitler kan begitu konsep awalnya - bahkan kemudian diikuti dengan genetic engineering yang nggak manusiawi. Idenya adalah untuk membuat 'designer baby' dari awal, ketimbang melakukan social engineering yang lebih sulit. Nah, contoh yang kedua itu bukan social engineering, tapi pribadi- pribadi yang dibiarkan untuk memilih dan menemukan dirinya sendiri. Ini adalah sikap pragmatis (proximate), cocok dengan chemistry individu yang mengenal dirinya sendiri itu. Keliatan kan bedanya? Adalah suatu ilusi (zhan) mengaplikasikan seleksi alami yang umum secara determinis dalam konteks sosial yang rigid, yang berhubungan dengan keputusan dan perkembangan pribadi. Apakah itu menghemat biaya, tenaga dan waktu? Mungkin sekali, tapi resiko kan bukan cuma disitu saja. Salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "st sabri" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pak Sabri, mungkin ada beberapa poin besar: > > ---- del on bandwith account--- > > - dulu saya berpikir 'genetika' duluan, artinya genetikalah yang > utamanya 'menentukan' prilaku dan sejarah manusia - tapi saat ini > saya berpendapat lingkungan alam, konstruk sosial, bahkan idelah > yang 'menuntun' perubahan genetika secara ultimate, artinya > melibatkan waktu yang panjang. Saya berpikir sekarang, genetika > malah lebih proximate pengaruhnya pada prilaku manusia - dalam > konteks di atas yaitu universalism dan varian pada individu. > > Contoh aktual berdasarkan riset, kadar gula pada ibu dan anak- > anaknya di Tibet dan bagaimana itu menseleksi keturunannya nanti. > > Contoh dalam konsep kesetaraan yang lagi diomongin. Kesetaraan > adalah ide langit yang mengawang-awang, dimana setiap kita berusaha > menggapai itu. Maksud saya, seolah-olah kesetaraan mempunyai > dunianya tersendiri yang terpisah dari manusia yang genetis. Selama > manusia percaya pada konsep ini, apapun artinya itu - ini akan > menuntunnya pada perubahan genetika ultimately. Contohnya, > feminisasi yang sedang berlangsung di seluruh dunia sekarang dan > nanti untuk jangka waktu yang panjang. Pikiran kita tentang ide > feminism begitu cepat melebihi kecepatan cahaya, dan perubahan > genetika akan mengikuti itu dalam jangka waktu yang panjang - apapun > nantinya itu. > > Salam > Mia. > > Mbak Mia, > Kok saya berpikir masih seperti sampeyan dulu, bahwa genetik bagaikan > takdir yang amat sulit dilawan ; gen sepertinya memiliki kemauan > sendiri dan begitu keras kepala serta ignorance. > > Pikiran saya ketika menyusun program pendidikan misalnya, apa tidak > lebih baik kita ikuti saja pola kemauan genetik ini. Karena ini satu- > satunya [menurut saya] jalan untuk mendapatkan hasil maksimal. > Misalnya gini, bila kita menyelenggarakan sekolah agama, maka lebih > baik menerima anak-anak yg secara genetik [juga belum tahu bagaimana > caranya mencari tahu] berbakat dalam dakwah agama ; penyelenggara > sekolah teknik silahkan menerima anak-anak berbakat teknik saja, > meskipun tampak kurang fair atau tidak memandang manusia > secara `sama' namun akan menghasilkan produk terbaik. > > Dalam pikiran saya,langkah itu akan menghemat banyak hal, uang, > waktu, tenaga, dll. Tidak ada manfaatnya memberikan lampu penerangan > pada anak yg belajar menyolder sementara secara genetik bakat dia > main rebana. Barangkali terlalu deterministik; hanya saja manusia > tampaknya tidak akan mampu melepaskan diri dari satu determinisme ke > determinisme lain. > > Saya punya contoh amat dekat, seseorang kuliah di teknik kimia, > ketika lulus bekerja secara all out bukan di dunia teknik kimia :=)) > padahal indonesia butuh tenaga teknik kimia yg handal untuk > membersihkan lingkungan, membuat air bersih dll. Selama sekian tahun, > fakultas teknik kimia tadi telah mendidik manusia untuk sia-sia. > Teman lain seorang dokter medik, sekolah sekian lama, mengambil > spesialis, akhirnya menggeluti bidang pemotongan kayu :=(( dan > melupakan begitu saja kehaliannya di bidang spesialis penyakit dalam. > Ini khan pemborosan sumber daya manusia. > > Dalam istilah bahasa indonesia, mana lebih kuat mempengaruhi manusia > DASAR atau AJAR. Hubungan antara Bibit dan Bebet yg sinkron akan > menumbuhkan BOBOT maksimal. Pada sebuah candaan, muncul ide, > bagaimana mendidik seseorang yg punya gen bakat menipu, bidang ajar > hanya bisa memilih mengajar orang ini menjadi tukang tipu positif > [jadi tukang sulap misalnya], mengajarkan pada pemilik gen tukang > tipu agar menjadi insdustriawan, sangat berbahaya karena bisa menilep > kredit bank yg didapatkannya dengan cara amat canggih :=)) dan sulit > ditangkap. > > Alih-alih menghabiskan dana untuk mempengaruhi bakat genetik, > bukankah lebih aman menghabiskan dana untuk mengikuti bakat genetik > dengan acuan positif secara sosial. Ide kesetaraan jangan-jangan > memang sebuah utopia, atau ilusi saja. Bukankah lebih efisien > membiarkan ketidak setaraan dan menemukan cara bagaimana menjadikan > ketidaksetaraan sebagai alat untuk mencapai kemashlahatan umat > manusia. > > Salam > St sabri > ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/