Once again dari seorang aktivis Forum Lingkar Pena.

Bagaimana menurut pendapat anda, antara apresiasinya terhadap kalangan
wanita harokah, ibu rumah tangga yang juga bekerja (Indonesia mungkin bakal
seperti kaum muslim afrika yang banyak di jerman dan perancis) kalau yg
keluar negeri makain banyak ....  bandingkan antara apresiasinya dengan
konsep gender yang mereka yakini ....  adakah kesesuaian atau missing link
dalam konsep ???

salam,
Ari Condro

----- Original Message -----
From: "ari_sukarno" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>

It's Fall season now, but minus 17 already,

Ketika Ari mengumumkan akan menyusun essay "Canada in my mind", mbak
A langsung nyerobot "tanya saya dek!" Seorang ibu rumah tangga yang
bekerja di pabrik kayu. Berdiri delapan jam sehari, memotong kayu dan
memanggul kayu dari tempat pemotongan ke tempat penyusunan. Lulusan
perguruan tinggi dan anak (bekas) Purek di salah satu perguruan
tinggi negri di Sulawesi, kak A tidak mengeluh meski harus bekerja
keras. It's for a family. Suami kak A? Sedang S3 dan bekerja sebagai
janitor di kampus; dan kami masih bisa tertawa menikmati hari sabtu,
mengaji, dan punya cita-cita.

Lain dengan ibu N yang memilih bekerja sift malam di pabrik suku
cadang terbesar di kota kami. Sift malam berarti bekerja dari jam 11
malam hingga 7 pagi, dan harus berdiri. Kenapa ibu N tidak memilih
sift pagi? It's for a family. Ada anak bungsu yang harus dijaga. Ada
suami yang harus sekolah. Selama 24 jam bergantian bertanggung-jawab
pada keluarga; dan kami masih bisa tertawa menikmati hari sabtu,
mengaji, dan punya masa depan.

Kak L tidak bekerja. Konsentrasi penuh di rumah beserta tiga buah
hati yang salah satunya menderita autis. It's always for a family.
Meski penghasilan pas-pasan namun keluarga terjaga. "Kalau sedikit
uang, maka sedikit saja belanja." "Mudah kan!", begitu komentar kak
L. Mendalami autis secara otodidak melalui buku, menggali informasi
di internet, mengikuti perkembangan terakhir perawatan anak autis,
begitulah kesibukan kak L sehari-hari disamping mengurus anak-anaknya
dan satu anak yang sulit bukan-kepalang. Tetangga Indonesia yang
paling kesulitan dari segi ekonomi, dan kami masih bisa tertawa
menikmati hari sabtu, mengaji, dan tetap optimis.

Ada satu lagi ibu luar-biasa, teh W, ibu tiga anak. Begitu banyak
pengalaman menarik yang Ari petik dari diskusi-diskusi dengan teh W.
Anak orang kaya, menantu Sultan, bahkan suami teh W sempat ditawari
jadi Bupati di salah satu wilayah Indonesia Timur, namun mereka
memilih tinggal di Canada. Again, it's for a family, meski teh W
akhirnya jadi supir school-bus dan suami pontang-panting cari kerja.
Kecewa? Tidak. Dengan penghasilan pas-pasan, Teh W malah aktif di
pengajian masyarakat, bahkan merintis pengajian tafsir di kota
kami. "Hidup ini cuma sebentar", begitu kata teh W. "Pokoknya
jangannnn kamu sampai tertipu!"

Masih banyak ibu-ibu lain yang tinggal di luar negri, punya masalah,
dan tetap semangat. Hari ini bahkan Ari menerima dua kabar, buruk dan
baik sekaligus dari seorang ibu di Amerika. Buruk karena mbak N
kembali keguguran untuk kedua kalinya; Baik karena Mbak N begitu
ikhlas. Seorang ibu rumah tangga yang berperan aktif di madrasah dan
punya penyakit dalam. Sempat berobat jalan, pengobatan alternatif,
dan terakhir dioperasi, mbak N tetap percaya bahwa penyakitnya tidak
akan menghalangi ia untuk punya anak lagi. Semua itu datang dari
Allah dan akan kembali pada Allah jua.

"..... Sabtu subuh yang lalu, calon adiknya Azra telah keluar secara
spontan di usia 10 minggu dalam kandungan umminya. Ia keluar,
Insya'Allah dalam kondisi yang utuh. Azra dan abinya kuburkan di
belakang rumah dengan diiringi pembacaan Al Fatehah dari kakak Azra.
Kami beri nama, Syahid."

***

Hari ini, Ari semakin semangat menyusun acara sehari khusus sister
untuk muktamar Desember nanti, "Looking Inside: Towards a
Professional Muslimah". Jadi wanita memang harus profesional, apapun
peranan yang kita jalani. Sebagai Ibu? Jadilah ibu profesional. Masih
sekolah? Jadilah pelajar profesional. Memilih bekerja? Jadilah
pekerja profesional. As a muslimah? Jadilah muslimah profesional, and
the good news is... kita tidak harus jauh-jauh mencari bagaimana
sebenarnya seorang muslimah yang profesional itu.


salam sayang,
Rie-





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke