Nggak ada yang salah dengan tulisan HAJ. Sepantasnya kita berterimakasih dengan 
beliau. Dan seharusnya kita meningkatkan kualitas diri, tidak hanya beramar 
ma'ruf tapi mulai untuk bernahi munkar.
  Seharusnya kitalah yang malu, anak muda kok kualitas agamanya begini. Terlalu 
banyak memanjakan otak yang pinternya nggak seberapa. 
  Adakah disini yang sepinter Habibie, atau Bukhari sehingga selalu 
"berijtihad" pada perkara-perkara yang sudah di fatwa ulama terpercaya.
  Syaikh Nashiruddin Al-Bani, Syaikh bin Baz, Syaikh Utsaimin adalah ahli 
hadits, sehingga pantas berijtihad. Lha kita, tahu cuma QS 4:3 aja berijtihad 
tentang poligami. Nggak cukup modal Mas, Mbak. Malah nombok kali.
  Jaman Nabi juga jelas, nabi palsu diperangi. Eh sekarang dibela dengan alasan 
HAM lah, pluralisme lah etc. Anda-anda ini nggak nyadar dijadikan pion-pion 
oleh Barat. Sayangnya anda nggak nyadar dengan status "kepionan" anda malah 
sibuk mem"pion-pion"kan orang lain, hanya karena punya sedikit informasi 
tentang harokah dan perkembangan islam. Itupun informasi yang belum tentu 
benar. Makanya yang penting sekarang, mari kita perbaiki diri, tuntut ilmu. 
   
  Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Ary Setijadi Prihatmanto <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
  Sayangnya toh, tulisan model HAJ ini kan populer.Seakan-akan umat seperti
menyetujui bahwa apa yang dilakukan HAJ itu memang seharusnya dan penting.

IMHO, tulisannya HAJ itu akan populer di tempat yang penuh iri dan prasangka
thd orang lain termasuk thd sesama muslim. Umat yang punya mental usil
mengurusi kekurangan orang lain, dan bukan umat yang sibuk mengurus
kekurangan diri masing-masing. Peristiwa di bawah itu cermin sebenarnya dari
kualitas "ukhuwah" umat. Upaya "memecah-belah" memang lebih menarik dan
mudah dari upaya "mempersatukan" umat.

Bahkan kadang-kadang upaya "memecah-belah" dilakukan dengan penyamaran sbg.
upaya "mempersatukan" dengan cara "menyeragamkan"/"memurnikan".

Salam
Ary

----- Original Message -----
From: "Ari Condro" 
To: 

Sent: Tuesday, December 27, 2005 4:50 AM
Subject: [wanita-muslimah] LDII mulai digarap oleh Hartono


> Tulisan Hartono Ahmad Jaiz yg khas. Setelah Ahmadiyyah, sekarang LDII
mulai
> digarap. Setelah ini, mana lagi ya ....
>
>
> salam,
> Ari Condro
>
> Massa LDII alias Islam Jama'ah Ngamuk di Ciracas
>
> Resensi > Oleh : Redaksi 
> 26 Dec 2005 - 1:42 am
>
> Ratusan massa yang diakui sebagai massa LDII (Lembaga Dakwah Islam
> Indonesia) yang diketuai Nur
>
> Salim di Ciracas Jakarta Timur mengamuk dalam acara bedah buku Aliran dan
> Paham Sesat di Indonesia
>
> karya saya (Hartono Ahmad Jaiz) di Masjid Nurul Ikhlas, jalan Tanah
Merdeka,
> Kampung Rambutan,
>
> Ciracas Jakarta Timur, Ahad 18 Desember 2005M (16 Dzulqo'dah 1426H).
>
> Mereka melempari saya dengan gelas hingga pecah berantakan, alhamdulillah
> meleset lalu membentur
>
> pintu kaca dan mengenai kaki panitia, Ustadz Syarif Lubis, hingga
berdarah.
> Massa di luar telah
>
> mengepalkan tangan mau menghantam saya ketika saya mau keluar dari pintu
> mihrab sebelah mimbar,
>
> maka saya urung keluar, dan pintu segera dikunci. Mereka berteriak-teriak
> dan menggedor-gedor pintu.
>
> Penjaga pintu, Rizki, mengaku dipiting (disikep) lehernya oleh perusuh
lalu
> dipukuli kepalanya, dibanting
>
> kemudian diinjak-injak. Panitia yang berbadan kecil kurus ini, kepalanya
> benjol-benjol dan badannya
>
> sakit.
>
> Perusuh yang di dalam masjid pun berteriak-teriak, maju ke depan mimbar
lalu
> memukuli panitia, di
>
> antaranya Irfan, Riki, dan Didi sampai pecah hidungnya. Tas beserta
> buku-buku, makalah dan
>
> berkas-berkas di meja tempat saya berbicara dicuri perusuh, dan dibawa
lari.
> Terdengar teriakan-teriakan,
>
> "tas...tas... tas..." Mereka pun mencuri bahan-bahan milik panitia, di
> antaranya dua rekaman.
>
> Rupanya sudah ada pembagian tugas, ada yang menjalankan tugas untuk
membuat
> kerusuhan di dalam
>
> masjid, ada juga yang bertindak sebagai orang yang mengajukan pertanyaan,
> yaitu Sulardi yang duduk di
>
> bagian depan, samping utara. Dia sengaja ngeyel-ngeyel terus
> (membantah-bantah dengan ngotot terus)
>
> sambil berdiri ketika pertanyaannya saya jawab. Meski sudah diatur oleh
> moderator Sulardi tetap saja
>
> ngeyel.
>
> Saya tahu, sebagaimana kebiasaan kasus ngamuknya LDII di beberapa tempat
> ketika saya membedah
>
> buku, ada yang sengaja berbicara sambil berdiri dan ngeyel-ngeyel
> (membantah-bantah) itu hanya trik
>
> untuk mengomando teman-temannya untuk segera berdiri dan membuat
kerusuhan.
> Itu seperti yang
>
> terjadi di Masjid Al-Hurriyyah Kampus IPB (Institut Pertanian Bogor)
Dermaga
> Bogor, Ahad 29
>
> September 2002M (22 Rajab 1423H). Juga seperti yang terjadi di Masjid
> Darussalam Kompleks Pertamina
>
> Prabumulih Sumatera Selatan, Ahad 08 Juni 2003, walau penyelenggaranya
> Walikota Prabumulih dan
>
> Dewan Dakwah Islam (DDI) Prabumulih.
>
> LDII sangat gencar untuk menghalangi acara bedah buku Aliran dan Paham
Sesat
> di Indonesia,
>
> sampai-sampai mereka berupaya keras untuk menggagalkan ketika akan
diadakan
> di Purwakarta Jawa
>
> Barat waktu Megawati masih jadi presiden, kata panitia setempat waktu itu.
> Pertama diundur, setelah
>
> diundur lalu digagalkan pula tengah malam sebelum acara besuknya. Maka
> panitia tidak sempat
>
> mengumumkan di tengah malam itu, akibatnya jama'ah berdatangan siang
> harinya, lalu dibubarkan.
>
> Itu peristiwa di Purwakarta beberapa waktu lalu. LDII tampak masih
> menghadang saya, karena buku itu
>
> kini di tambah lagi dengan adanya VCD berjudul Meluruskan Penyimpangan
Islam
> Jama'ah (LDII).
>
> Kembali kasus di Ciracas, dengan adanya "aba-aba" dengan cara
ngeyel-ngeyel
> sambil berdiri lalu diikuti
>
> ratusan orang yang berdiri dan berteriak tak keruan seperti itu maka saya
> langsung meninggalkan tempat
>
> bicara dan menuju keluar lewat pintu mihrab. Namun di luar pintu sudah ada
> ratusan orang yang bermuka
>
> sangar dan tampak mengepalkan tangan dan mau menghantam saya. Maka saya
> mundur lagi dan pintu
>
> mihrab dikunci. Mereka memukul-mukul pintu kaca sambil berteriak-teriak
tak
> keruan. Penjaga pintu, Rizki,
>
> dipukuli. Kaum ibu yang semuanya berada di lantai dua (atas) kedengaran
> menangis. Ustadz Syarif
>
> tampak meringis-ringis karena kakinya terkena pecahan gelas yang
dilemprakan
> ke arah saya namun
>
> membentur pintu kaca itu. Suara teriakan tak reda-reda. Alhamdulillah,
Allah
> menyelamatkan saya dari
>
> segala amukan mereka.
>
> Konsentrasi mereka tampaknya pada tugas masing-masing untuk kekacauan itu.
> Hingga yang "bertugas"
>
> memukuli panitia pun mengakibatkan beberapa orang panitia luka, yaitu
Irfan,
> Riki, Rizki, dan Didi. Didi ini
>
> menurut panitia, cukup parah, karena yang dipukul hidungnya.
>
> Kronologi kejadian
> Pukul 09.25 wib saya datang di Masjid Nurul Ikhlas, jama'ah sudah penuh
> sampai membludak di halaman.
>
> Saya shalat tahiyyatal masjid dua raka'at di imaman. Lalu dipersilakan
> membedah buku yang saya tulis,
>
> Aliran dan Paham Sesat di Indonesia terbitan Pustaka Al-Kautsar Jakarta,
> 2002. Saya lihat jama'ah tenang.
>
> Wajah-wajah sangar tidak terlihat di depan saya. Sound system cukup bagus.
> Di samping saya seorang
>
> moderator, dan sekitar saya ada panitia. Ustadz Syarif Lubis selaku
panitia
> telah berbicara sejak sebelum
>
> saya datang.
>
> Uraian saya mulai dengan menyoroti cara pemahaman model liberal yang
> mengikuti Barat, dalam
>
> memahami Islam tidak merujuk kepada dalil tetapi kepada fenomena sosial
atau
> gejala masyarakat atau
>
> pemikiran-pemikiran yang ada. Karena model barat itu memandang bahwa agama
> itu hanyalah fenomena
>
> sosial. Hingga modelnya hanya mengklasifikasikan atau memilah-milah apa
yang
> terjadi di masyarakat,
>
> misalnya penelitian Clifford Geertz orang Belanda terhadap masyarakat di
> Mojokuto Jawa Timur, hanya
>
> memilah-milah: Orang Islam Abangan partainya PKI (Partai Komunis
Indonesia),
> Orang Islam Priyayi
>
> partainya PNI (Partai Nasional Indonesia) dan Orang Islam santri partainya
> Masyumi atau NU. Hanya
>
> sampai di situ. Tidak ada urusan dengan mendekatkan kepada dalil di
> Al-Qur'an dan As-Sunnah atau
>
> Hadits Nabi saw. Dari ketiga kelompok itu mana yang lebih dekat dengan
> Al-Qur'an dan As-Sunnah,
>
> tidak dibicarakan. Karena menurut sosiologi agama model Barat, bahwa agama
> itu hanya gejala sosial.
>
> Metode itu kini dipakai dalam pengajaran di perguruan tinggi Islam di
> Indonesia, yaitu IAIN, UIN,
>
> STAIN, STAIS, bahkan Fakultas Agama Islam di perguruan tinggi umum
> se-Indonesia. Dalam mata kuliah
>
> MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum) berupa SPI (Sejarah Pemikiran Islam) dan SKI
> (Sejarah Kebudayaan
>
> Islam). Ketika membahas sekte-sekte atau aliran-aliran dalam mata kuliah
> SPI, maka hanya disebut ini
>
> aliran Ahlus Sunnah cirinya begini, Mu'tazilah, Syi'ah, sampai Ahmadiyah
> yang mengangkat nabi baru,
>
> Mirza Ghulam Ahmad, sesudah Nabi Muhammad saw pun dianggap sah-sah saja,
> boleh-boleh saja.
>
> Semuanya dianggap sama saja, hanya dipilah-pilah, dan tidak dirujukkan
> kepada dalil Al-Qur'an dan
>
> As-Sunnah. Akibatnya, semuanya dianggap sah-sah saja, sampai yang
> jelas-jelas mengangkat nabi palsu
>
> pun dianggap tidak sesat.
>
> Maka tidak mengherankan, Azyumardi Azra rektor UIN (Universitas Islam
> Negeri) Jakarta dalam kasus
>
> fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) 1980 dan 2005 bahwa Ahmadiyah itu di
> luar Islam, sesat
>
> menyesatkan, dan pengikutnya murtad alias keluar dari Islam; ternyata Azra
> menghadapi fatwa MUI dan
>
> bahkan membela Ahmadiyah. Itulah bukti pendidikan dan pemahaman Islam yang
> salah. Mestinya makin
>
> terdidik makin tahu mana yang benar dan mana yang salah serta
> perbedaan-perbedaannya, namun
>
> pendidikan Islam di Indonesia justru sebaliknya, makin tidak tahu mana
yang
> benar.
>
> Orang-orang LDII tampak tidak ada yang tegang, lebih-lebih ketika saya
> kemukakan ungkapan Abdullah
>
> bin Mubarak, Al-isnadu minad dien, laulal isnaad laqoola man syaa-a ma
> syaa-a. Pertalian riwayat itu
>
> termasuk bagian dari agama, seandainya tidak ada pertalian riwayat maka
> pasti orang akan berkata
>
> semaunya. Dalil ini sering dijadikan hujjah dalam ajaran Nurhasan Ubaidah
> (tokoh Islam Jama'ah alias
>
> LDII), hingga dia anggap Islam yang sah hanya yang mengikuti dia, karena
dia
> anggap hanya dialah
>
> yang punya sanad, pertalian riwayat. Padahal, secara ilmu, kalau hadits
> sudah ditulis perawi, maka tidak
>
> perlu sanad lagi untuk generasi setelah perawi. Karena sanad itu hanya
dari
> Nabi saw sampai kepada
>
> perawi itu.
>
> Ungkapan saya tentang sanad itu untuk menyoroti pengajaran SKI di IAIN,
> STAIN, ATAIS dan lain-lain
>
> yang tanpa sanad, hingga yang terjadi, mereka biasa mengecam para sahabat
> Nabi saw, misalnya Abu
>
> Bakar ra dikatakan tidak demokratis, Utsman ra itu nepotisme dan
sebagainya.
> Ini bukannya pengajaran
>
> Islam yang Islami. Dan lewat MKDU itulah pembentukan pemikiran yang
mengarah
> kepada pluralisme
>
> agama (menyamakan semua agama), maka saya tulis buku Ada Pemurtadan di
IAIN
> yaitu dari aqidah
>
> Tauhid dialihkan kepada keyakinan pluralisme agama, menyamakan semua
agama.
> Hingga Pak Dr Roem
>
> Rawi dosen tafsir Pasca Sarjana IAIN Surabaya mengeluh ketika membedah
buku
> saya, Ada Pemurtadan
>
> di IAIN, bahwa dia memang mengajar tafsir di IAIN, tapi pemikiran
mahasiswa
> itu sudah dirusak oleh
>
> pikiran-pikiran model Barat yang dimasukkan ke kurikulum IAIN oleh Dr
Harun
> Nasiution.
>
> Perbandingan kesesatan Ahmadiyah dan LDII
>
> Jama'ah tampak tenang mendengarkan. Lalu saya uraikan tentang kesesatan
> Ahmadiyah dan faham yang
>
> dibawa Nur Hasan Ubaidah. Saya tidak menyebut-nyebut LDII, hanya
menunjukkan
> buku terbitan LPPI
>
> berjudul Akar Kesesatan LDII dan Tipuannya Triliunan Rupiah. Saya
kemukakan,
> duit 11 triliun itu kalau
>
> ratusan ribu yang merah itu ditumpuk, kata Pak Amin Djamaluddin ketua
LPPI,
> maka tingginya setinggi
>
> Tugu Monas di Jakarta.
>
> Sebelum membandingkan Ahmadiyah dengan ajaran Nur Hasan Ubaidah, saya
> kemukakan, kesesatan itu
>
> sudah diperingatkan oleh Nabi saw melalui hadistnya:
>
> "Jauhilah olehmu sekalian sikap melampaui batas (di dalam agama). Karena
> sesungguhnya rusaknya
>
> orang sebelum kamu sekalian hanyalah karena ghuluw/melampaui batas dalam
> agama." (HR Ahmad,
>
> An-Nasa'i, Ibnu Majah dan lainnya, sanadnya shahih, dan rijalnya kuat).
>
> Contoh melampaui batas, dalam Islam ini kalau seseorang sudah mengikuti
> Al-Qur'an dan As-Sunnah,
>
> maka Islamnya sah. Tetapi ada golongan-golongan tertentu yang melampaui
> batas, mereka
>
> mensyaratkan; Islamnya baru sah kalau mengangkat nabi baru lagi sesudah
Nabi
> Muhammad saw. Yaitu
>
> Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908M) di India. Itulah faham Ahmadiyah. Padahal
> Islam tidak mensyaratkan
>
> itu. Bahkan dalam Al-Qur'an, Nabi Muhammad saw itu nabi terakhir, khataman
> nabiyyin.
>
> Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara
> kamu, tetapi dia adalah
>
> Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala
> sesuatu. (QS Al-Ahzaab:
>
> 40).
>
> Dalam Hadits ditegaskan, tidak ada nabi setelah Nabi Muhammad saw:
>
> Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya kerasulan dan kenabian telah
terputus,
> maka tidak ada rasul
>
> sesudahku, dan tidak ada nabi. (HR Ahmad).
>
> Dengan mengangkat nabi baru lagi dan mensyaratkan Islamnya baru sah kalau
> ikut nabi baru sesudah
>
> nabi Muhammad saw itu maka berarti melampaui batas, sesat, dan rusak
> agamanya. Sampai-sampai
>
> mereka tidak mau makmum kepada selain golongannya dan tidak boleh nikah
> dengan selain
>
> golongannya.
>
> Begitu juga ajaran Nur Hasan Ubaidah (tokoh Islam Jama'ah yang kini
namanya
> LDII) mereka
>
> mensyaratkan, Islamnya baru sah kalau ikut golongan mereka, beramir kepada
> amir mereka, manqul
>
> kepada amir mereka (Al-Qur'an dan Hadits yang sah diamalkan hanya yang
> keluar dari mulut amir mereka
>
> dan guru-guru yang ditugaskannya, akibatnya, selain golongan mereka tidak
> sah keislamannya), taat
>
> kepada amir mereka, dan berbai'at kepada amir mereka. Maka orang selain
> golongan mereka dianggap
>
> Islamnya tidak sah, calon-calon ahli neraka selama-lamanya, dan
> seburuk-buruk manusia. Ini namanya
>
> melampaui batas, ghuluw, mengadakan syarat baru yang tidak disyaratkan
dalam
> Islam. Hingga
>
> akibatnya, mereka tidak boleh shalat makmum kepada selain golongan mereka,
> dan juga dalam hal nikah.
>
> Itulah contoh-contoh aliran sesat yang ghuluw, melampaui batas, ekstrim
> sangat ketat, menganggap
>
> yang Islamnya sah hanya golongan mereka. Sebaliknya, ada ekstrim jenis
lain,
> yaitu kebalikan dari
>
> ekstrim sangat ketat yaitu ekstrim sangat longgar. Fahamnya berupa, mau
> beragama Islam ataupun
>
> Kristen, Hindu, Budha, Shinto dan lainnya; maka sama saja, masuk surga
> semua, menuju keselamatan
>
> semua, dan hanya beda teknis. Itulah faham pluralisme Agama yang disandang
> oleh JIL (Jaringan Islam
>
> Liberal), Paramadina, sebagian orang IAIN dan sebagainya.
>
> Secara faham, yang ekstrim sangat ketat itu bertentangan secara diametral
> dengan eksrim yang sangat
>
> longgar. Ahmadiyah bertentangan dengan liberal pluralis. Juga LDII ajaran
> Nurhasan Ubaidah sengat
>
> bertentangan dengan liberal pluralis. Tetapi ketika mereka berhadapan
dengan
> Islam, maka Ahmadiyah
>
> dibela oleh orang-orang liberal pluralis. Contohnya dalam kasus fatwa MUI
> tentang sesatnya
>
> Ahmadiyah, maka orang-orang liberal pluralis seperti Azyumardi Azra rektor
> UIN Jakarta, Gus Dur tokoh
>
> NU, Masdar Farid Mas'udi dari NU, Ulil Abshar Abdalla dari JIL, mereka
> membela Ahmadiyah dan
>
> menghadapi fatwa MUI. Bahkan mereka berkonferensi pers bersama orang-orang
> kafir untuk membela
>
> Ahmadiyah dan menentang fatwa MUI.
>
> Demikian pula LDII yang bertentangan dengan liberal pluralis sebenarnya
> sangat bertentangan. Tetapi
>
> justru kerjasama, contohnya LDII kerjasama dengan fakultas di IAIN Jakarta
> yang dekannya orang
>
> pluralis, Dr Yunan Yusuf, dalam bidang yang mereka sebut dakwah beberapa
> waktu lalu. Memang sesama
>
> yang sesat, walau hakekatnya bertentangan, namun justru kerjasama. Bak
kata
> pepatah, "ibarat burung,
>
> mereka cenderung mencari teman sejenisnya..."
>
> Dalam kenyataan lain, dapat digambarkan segitiga: Islam berada di atas,
> liberal pluralis ada di segi bawah
>
> kiri, agama-agama ada di segi bawah kanan, misalnya. Liberal pluralis
adalah
> bertentangan dengan Islam,
>
> dan juga bertentangan dengan agama-agama (selain Islam). Tetapi ketika
> menghadapi atau bahkan
>
> melawan Islam, maka orang liberal pluralis ini bekerjasama dengan
> agama-agama selain Islam, bahkan
>
> didanai orang kafir. Itulah.
>
> Mencoba interupsi
>
> Ketika saya kembali mau membandingkan antara kesesatan Ahmadiyah dengan
> kesesatan ajaran Nur
>
> Hasan Ubaidah, Sulardi -yang kemudian diketahui sebagai orang dari LDII
dan
> ngeyel-ngeyel yang
>
> diikuti massanya dengan berdiri dan berteriak-teriak lalu ribut dan
mengamuk
> itu- pada tahap awal baru
>
> mencoba menginterupsi. Dia di barisan depan, menyelak uraian saya, agar
> tidak diulangi lagi (ke
>
> pembicaraan kesesatan Ahmadiyah dan kesesatan ajaran Nur Hasan Ubaidah).
> Saya katakan, ada
>
> rangkaian lanjutan yang perlu dikemukakan. Suasana masih tenang.
>
> Saya kemukakan bukti dengan mengangkat kitab suci Ahmadiyah Tadzkirah
> setebal 840 halaman lebih
>
> (kitab ini kemudian dicuri pula bersama buku-buku dan bahan-bahan lain
oleh
> perusuh ketika saya
>
> menyelamatkan diri dari amukan mereka), Mirza Ghulam Ahmad mengaku
> mendapatkan wahyu untuk
>
> menikahi wanita. Wahyu itu untuk mengancam orangtua si wanita, namun tetap
> tidak mempan.
>
> Berbeda dengan Nur Hasan Ubaidah, walau sama-sama untuk mendapatkan
wanita,
> Nurhasan tidak perlu
>
> mengaku mendapatkan wahyu, tetapi cukup bermodal menekankan sikap taat
> kepada amir. Dalam teks
>
> CAI (Cinta Alam Indonesia, untuk muda-mudi LDII) semacam jamboree nasional
> pramuka, teksnya LPPI
>
> punya juga, dikemukakan, ada 3 pemuda membawa satu wanita cantik kepada
> Amir. Lalu Amir bertanya:
>
> "Ini jama'ah semua 'kan?"
> "Nggih (Ya)."
> "Tunduk?"
> "Nggih."
> "Taat?"
> "Nggih?"
> "Ridho?"
> "Nggih."
>
> "Nah, perempuan cantik ini kalau saya kasihkan A, maka B dan C tentu
marah.
> Kalau saya kasihkah B,
>
> maka A dan C marah. Dan kalau saya kasihkan C maka A dan B marah. Maka
> perempuan cantik ini untuk
>
> saya (Amir) saja."
>
> Kemudian saya kemukakan bahwa Nur Hasan Ubaidah itu, kata Pak Hasyim
Rifa'i,
> seorang yang telah
>
> mengikuti pengajian Nur Hasan selama 17 tahun, telah menceraikan perempuan
> yang jumlahnya tidak
>
> dapat dihitung lagi. Ini di dalam hadits termasuk dzawwaqiin (tukang
> cicip-cicip) yang dilaknat oleh
>
> Allah. Yaitu menikahi kemudian dicerai, ganti nikahi yang lain lagi,
dicerai
> lagi dan seterusnya. Lha Amir
>
> kok yang lakonnya dilaknat Allah seperti itu. Bahkan mengaku bahwa yang
> Islamnya sah itu hanya yang
>
> ikut dia. Coba dipikir!
>
> Di samping itu, saya berwawancara dengan orang-orang yang dulu pernah
> menjadi pengikut Nur Hasan
>
> Ubaidah. Mereka ditarik saham, katanya untuk buat pabrik tenun, tahun
> 1960-an, sebesar masing-masing
>
> orang Rp10.000 seharga satu sapi atau kerbau. Ternyata ditunggu-tunggu
> pabrik tenunnya tak ada,
>
> sedang duit saham pun tak boleh ditanyakan. Kalau ditanyakan berarti tidak
> taat Amir, maka akan masuk
>
> neraka selama-lamanya. Agar tidak masuk neraka selama-lamanya maka harus
> membuat pernyataan
>
> taubat dan membayar lagi. Ini bagaimana, menanyakan duitnya sendiri malah
> akan masuk neraka dan
>
> harus menebus dengan duit lagi.
>
> Ya memang di antara tujuannya, aliran-aliran sesat itu adalah duit dan
seks,
> sampai ada yang mengaku
>
> mendapatkan wahyu, dan ada yang dengan menekankan taat Amir. Padahal di
> akherat, kalau seseorang
>
> menipu berupa unta maka unta itu akan dikalungkan padanya, juga sapi, dan
> kalau tanah... betapa
>
> beratnya ketika dikalungkan.
>
> Bedah buku ini berlangsung tenang dan khidmat. Dari jam 9.30 sampai jam
> 11.05 wib lalu, dibuka sesi
>
> tanya jawab. Tiga orang mengajukan pertanyaan, dua lelaki dan satu
> perempuan. Pertama, Pak Zainuddin,
>
> menanyakan bagaimana cara menghdapi aliran sesat. Dan apakah benar Jama'ah
> Tabligh itu sempalan
>
> dari Ahmadiyah. Penanya kedua, Sulardi mengatakan, ini semua hanya
pendapat,
> jadi boleh diiukuti
>
> boleh tidak. Dan apakah boleh menjelekkan orang. Pertanyaan ketiga dari
> ibu-ibu di lantai atas, IAIN
>
> kenapa sudah kemasukan liberal, dan kenapa Ulil Abshar Abdalla jadi
liberal
> padahal dari kalangan
>
> organisasi ulama.
>
> Pertanyaan pertama, saya jawab, untuk menghadapi aliran sesat maka sesuai
> dengan hadits shohih, siapa
>
> di antara kalian melihat kemunkaran/keburukan maka hendaknya diubah dengan
> tangannya, kalau tak
>
> dapat maka dengan lisannya, dan kalau tak dapat maka dengan hatinya, dan
> yang demikian itu adalah
>
> selemah-lemah iman. Adapun Jama'ah Tabligh bukanlah sempalan Ahmadiyah,
> tetapi kelompok tasawuf
>
> yang biasanya mengedepankan fadhoilul 'amal, yang dakwahnya sering pakai
> tamsil-tamsil, ibarat-ibarat,
>
> yang hal itu tidak jadi landasan agama.
>
> Lalu saya jawab perkataan Sulardi penanya kedua, bahwa memang yang saya
> kemukakan itu pendapat,
>
> tetapi berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Kalau divonis bahwa ini hanya
> pendapat, boleh diikuti
>
> boleh tidak, ini ... (langsung Sulardi bersuara menolak-nolak jawaban
saya,
> dengan suara keras. Saya
>
> jawab, saya sudah tahu apa yang Anda tanyakan, jadi akan saya jawab. Saya

=== message truncated ===  


__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke