Sejarah Panjang Kejahatan Sharon 2/2/2006 6:05:21 PM
Ibrahim al Abid Harian Qatar al Wathan (17/01/2006) Sejarah kekejaman Nazi memang tidak bisa dilupakan. Namun kita pun punya hak untuk sedikit mengingat kembali rekaman pesta kejahatan dan pembantaian sangat biadab yang pernah dilakukan Ariel Sharon terhadap warga sipil Palestina sejak tahun 1953. Sharon dilahirkan di Palestina pada tahun 1928 saat tanah suci ini berada di bawah penjajahan Inggris. Di dalam otaknya sudah teradopsi ide pemikiran Zionisme sejak kecil sehingga pada tahun 1942 dia telah bergabung dengan geng teroris Hagana, yang berarti dia belum genap berusia 14 tahun. Hagana adalah organisasi Zionis bersenjata terbesar yang melakukan banyak aksi pembantaian terhadap rakyat sipil Palestina dan menjadi inti militer Israel di kemudian hari. Pada tahu 1953 Sharon menjabat sebagai kemandan kesatuan 101 yang dibentuk untuk melakukan operasi militer menerot orang-orang Palestina dan memaksa mereka meninggalkan kota-kota dan desa-desa mereka. Ada dua contoh sangat terkenal tentang aksi-aksi biadab yang dilakukan kesatuan ini. Pada Agustus 1953, Sharon meminpin pasukannya menyerang kamp pengungsi Palestina al Buraij di Gaza dan membunuh tidak kurang 50 sipil Palestina. Seorang pejabat PBB kala itu, Mayor Jenderal Fagin Benik, menggambarkan bagaimana kesatuan 101 pimpinan Sharon ini melontarkan bom-bom "melalui jendela-jendela gubuk yang dihuni para pengungsi Palestina yang ketakutan menyelamarkan diri dari serangan dan terjangan timah panas baik dari senjata ringan maupun otomatis". Pada Oktober 1953 kesatuan Sharon ini menyerbu desa Qibya, menghancurkan rumah-rumah dan membunuh warga sipil. Sejarawan Israel Evi Shilaim menggambarkan pembantaian ini dengan mengatakan, "Sharon memberikan instruksi membakar desa Qibya, meledakan rumah-rumah dan menghancurkannya di atas kepala para pemiliknya...Desa ini berubah menjadi puing-puing yang hancur setelah 45 rumah lumat dan 79 jiwa dibantai, sepertiga korbannya wanita dan anak-anak." Pemantau PBB menegaskan, "Warga kala itu dipaksa di bawah ancaman senjata agar tetap tinggal di dalam rumah mereka untuk dihancurkan di atas kepala mereka." Pada Oktober 1953 departemen luar negeri Amerika mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan, "kesedihan yang begitu mendalam kepada para keluarga korban yang dihabisi dalam penyerbuan desa Qibya." Deplu Amerika juga mengungkapkan keyakinanya tentang urgensinya "menghukum orang-orang yang bertanggung jawab dan mengambil langkah-langkah efektif untuk mencegah terjadinya peristiwa serupa di masa mendatang." (Majalah Departemen Luar Negeri no. 26 Oktober tahun 1853 hal. 552) Pada tahun 1956 ikut dalam serangan segitiga terhadap Mesir dan berpihak kepada Inggris dan Perancis. Sharon dan Ravavil Etan turut memberikan andil dalam aksi serangan ini sebagai komandan brigade payung 890 yang bertanggung jawab atas pembantaian sekitar 270 tawanan Mesir, yang sebagian bersarnya adalah pekerja jalan (sipil) berasal dari Sudan, dan mengubur mereka di tanah padang pasir. Belakangan peristiwa pembantaian ini dimuat dalam sebuah artikel berjudul "Israel Mengakui Pembantaian" yang diterbitkan Daily Telegraph pada 16 Agustus 1995. Dalam wawancara di televisi, purnawirawan Jenderal Aryi Biro menegaskan terjadinya pembantaian tersebut dan mengakui menembaki orang-orang sudan. Paska perang tahun 1967, di mana Israel menduduki tanah Palestina yang tersisa, Sharon menjabat sebagai komandan militer Israel di wilayah selatan untuk mengemban tugas pembersihan Jalur Gaza. Tugas yang dijalakan menggunakan tangan besi dengan melakukan pembunuhan terhadap unsur-unsur perlawanan, pendirian pos-pos pemeriksaan, pemblokadean dan penghancuran rumah-rumah Palestina untuk membuat jalan-jalan militer. Pada periode ini Sharon dikenal dengan julukan "Buldoser", merujuk kepada kendaraan yang digunakan untuk menghancurkan rumah-rumah dan lahan Palestina. Vil Rifz menulis di harian independent Inggris, "Pada Agustus tahun 1971 saja, pasukan Sharon telah menghancurkan sekitar 2000 rumah di Jalur Gaza, mengusir 17 ribu warga Palestina menjadi pengungsi untuk kedua kalinya dalam hidup mereka dan menangkap ratusan pemuda Palestina yang kemudian dibuang ke Lebanon dan Yordania." Pada 16 September tahun 1982, pasukan Israel mengepung kamp pengungsi Shabra dan Shatila, memberi peluang masuk para milisi ke kamp tersebut untuk mendudukinya selama 60 jam, membantai warga sipil Palestina dan Lebanon serta rumah-rumah mereka. Kebanyakan korban dikubur secara massal. Sementara itu belum diketahui jelas jumlah korban yang pasti dalam pembantaian di dua kamp pengungsi tersebut. Palang Merah Internasional menyebut angka 1500 jiwa kemudian jumlah itu bertambah belakangan menjadi 2750 jiwa. Demi memenuhi tekanan internasioal dan keinginannya untuk membersihkan militernya, Israel sengaja membentuk komisi khusus untuk melakukan penyelilikan atas pembantaian tersebut yang dipimpin oleh Ishak Kahana, ketua Mahkamah Tinggi Israel. Demi untuk menghindari tuduhan yang diarahkan secara langsung, komisi ini cukup mengatakan bahwa Sharon bertanggung jawab "meremehkan bahaya aksi-aksi dendam dan penumpahan darah yang dilakukan para milisi Lebanon terhjadap warga kamp pengungsi Palestina." Sharon kemudian dicopot setelah menolak mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menteri Pertahanan Israel pada 14 Februari 1983 dan dikeluarkan keputusan tidak boleh menduduki jabatan menteri pertahanan di masa mendatang. Pada tahun 2000, Sharon melakukan kunjungan ke masjid al Aqsha dan nekad masuk ke dalamnya dengan dikawal tidak kurang dari 200o anggota polisi Israel dan pengawal pribadi. Hal ini menyulut terjadinya perlawanan sengit dan meletuslah intifadhah Palestina (yang kedua). Kemenangan Sharon pada pemilu tahun 2001 tidak bisa merealisasikan janjinya kepada Israel untuk menghabisi intifadhah dalam jangka waktu 100 hari, maka digunakanlah segala persenjataan yang mungkin untuk melenyapkan orang-orang Palestina yang terisolasi. Tank-tank Israel dikerahkan ke kota-kota besar Palestina dan menghancurkan seluruh infrastruktur yang ada di dalamnya. Sementara itu pesawat-pesawat tempur pembunuh menghujani kamp-kamp pengungsi Palestina dengan bom dan rudal serta membunuh orang-orang Palestina dari semua usia, menghancurkan lahan, pertanian, ribuan pohon dibongkar dan rumah-rumah warga sipil dihancurkan. Sementara rezim Israel melakukan perampasan behektar-hektar tanah pertanian untuk membangun tembok pemisah rasial. Personel militer Sharon juga menjelajah kota-kota, desa-desa dan kamp-kamp pengungsi demi untuk membunuh para pemimpin perlawanan dan menangkap para aktivis yang ada di dalamnya, menghancurkan rumah-rumah warga sipil, melakukan pembantaian di banyak perkampungan termasuk di kamp-kamp pengungsi di Gaza seperti kamp pengungsi Rafah dan kota-kota utama di Tepi Barat semisal Nablus, Tulkarem, Jenin dan yang lainnya. Para pemukim Yahudi juga turut andil di dalam berbagai aksi, mereka membentuk milisi khusus turut serta melakukan pembunuhan orang-orang Palestina, menghancurkan rumah-rumah dan lahan mereka serta melumatkan tanah pertaniannya. Sharon berdiri menentang pernjanjian damai dengan Mesir pada tahun 1979, menyuarakan anti perjanjian tersebut dan menentang penarikan militer Israel ke daerah yang disebut zona aman di sebelah selatan Lebanon pada tahun 1985. Pada tahun 1991, Sharon kembali menentang keikutsertaan "Israel' dalam konferensi perdamaian di Madrid. Knesset Israel juga menyaksikan bagaimana Sharon menentang kesepakatan Oslo pada tahun 1993 dan penolakannya terhadap kesepakatan damai dengan Yordania melalui penolakannya memberikan suara padanya pada tahun 1994. Pada Maret 2003 Sharon menolak inisiatif perndamaian dari Arab dengan mengirim tank-tank ke kota-kota Palestina demi menambah jumlah kehancurkan dan korban pembunuhan. Selama intifadhah, Sharon menolak segalan usulan politik yang diajukan kepadanya mulai dari usulan Mitshel dan Tenet sampai pada kesepakatan Jenewa dan peta jalan. Sharon justru melakukan pelanggaran masa tenang yang disepakatannya dan terus melakukan aksi-aksi pembunuhan terhadap para pemimpin perlawanan dan elemennya. Sharon juga memainkan peran utama dalam proyek koloni permukiman Yahudi yang terjadi sepanjang tahun 1977 dan 1992, periode terbesar tingkat penggusuran terhadap tanah Palestina dan aktivitas permukiman dalam senjata "Israel". Sementara dunia mengakui rencana peta jalan yang dibuat tim kuartet, Sharon justru tidak mau mengadopsinya bahkan memberikan 14 syarat yang kosong dari inti peta jalan secara menyeluruh. Sharon justru fokus kepada komitmen yang harus dilakukan Palestina, penarikan sepihak, pembangunan tembok pemisah rasial, penetapan perbatasan dari satu pihak di Tepi Barat setelah mencabik-cabik jalur penghubungnya. (seto) ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/