Wah..wah lucu juga tafsiran hadist diatas. Koq sangat dipaksakan 
sekali ya. Coba misalkan kita sudah rajin ibadah... lalu belum sempat 
atau kelupaan bilang ke keluarga kalo mati nanti jangan ditangisi eh.. 
ndilalah kita meninggal mendadak, karena kita gak tau kapan kita mati. 
lalu akhirnya kita disiksa kubur gara2 kelupaan bilang ke keluarga 
supaya jangan nangisi jenazah. Benar2 tidak adil... n

Kalau saya pribadi sangat berhati2 dengan hadist. Bukhari-muslim itu 
kan lahir 200 tahun setelah Nabi SAW wafat. Bagaimana bisa dijamin 
hadist2 itu semua? Hanya ayat Quran yang dijamin oleh Allah.

Contohnya bisa kita lihat PESAN BERANTAI. Coba kita ucapkan 10 kalimat 
saja, kemudian sebarkan satu persatu hingga orang yang ke 10. Hampir 
bisa dipastikan kalimatnya tidak akan 100% tepat dan maknanya pun 
belum tentu dimengerti oleh masing2 10 orang tsb, meski ke 10 orang 
itu berahlak yang baik.

Ingatan saja tidak cukup. Yang lebih penting malah justru 
penafsirannya. Coba kalau dosen mengajar ilmu tauhid di kelas sebanyak 
20 orang. Berapa persen dari mereka yang mampu menangkap 100% makna 
yang diucapkan si dosen? belum lagi jika ucapan dosen tsb harus 
diwariskan dari mulut ke mulut selama 2-3 abad kemudian.. apakah 
maknanya masih sama?

Lah memangnya sebelum lahir bukhari-muslim tidak ada orang yang lebih 
hebat dari mereka dalam hal hadist?

Saya tidak mau taklid kepada ulama krn kalo saya mati ulama yang saya 
ikutipun gak akan menemani apalagi bertanggung jawab. Kalo ada hadist 
yang bertentagan dengan Quran ya jelas harus dibuang atau ditafsirkan 
ulang. Wong nabi saja melarang hadist itu dibukukan koq. Dalam shoheh 
muslim, nabi mengatakan : "ucapanku jangan kalian catat, jika sudah 
dicatat maka hapuslah. Hanya al Quran saja yang boleh dicatat".

Ucapan nabi diatas, 300 tahun kemudian ditafsirkan banyak ulama bahwa 
perkataan nabi diatas hanya berlaku selama nabi hidup untuk mencegah 
tercampurnya dgn Quran. Akhirnya dibukukanlah hadist besar2an... 
terbukti umat islam setelah itu mengalami kemunduran, mengalami 
kebekuan dalam menafsirkan Al Quran. Al Quran yang seharusnya bisa 
ditafsirkan sesuai perkembangan jaman malah harus ditafsirkan sesuai 
jaman abad ke 7 masehi. Mau menciptakan mobil eh.. di hadist nabi 
tidak ada dan malah disuruh belajar berkuda. Akhirnya orang non muslim 
dulu yang menciptakan mobil. Mau pergi ke bulan... ah tidak 
dicontohkan bnabi, maka orang AS dan Rusia yang ke sana duluan. 
Barulah setelah itu umat islam bikin buku yang menyatakan bahwa 
manusia bisa pergi kebulan dgn menyebut bbrp dalil. Akhirnya kita 
menang dalil.. 

Kita ternyata lebih mengandalkan ayat kitabiyah. Malah ayat kauniyah 
(alam semesta) dilupakan. Memangnya ayat2 Allah itu cuma di kitab yang 
tertulis saja?

Menafsirkan Quran menurut saya harus dengan Quran bukan dengan hadist. 
Namun menafsirkan dgn hadist boleh saja asal tidak bertentangan dgn 
Quran. Kalau sudah bertentangan ya buat apa dipertahankan hanya karena 
bukhari-muslim? Saya pribadi menghormati beliau dan saya tetap 
menggunakan hadist mereka sepanjang tidak bertentangan dgn Quran.


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Rudyanto Arief" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Syaikh Al-Bany ditanya:
> Ada sebagian orang yang berkata bahwa apabila terdapat sebuah hadits 
yang
> bertentangan dengan ayat Al-Qur'an maka hadits tersebut harus kita 
tolak
> walaupun derajatnya shahih. Mereka mencontohkan sebuah hadits :
Sesungguhnya
> mayit akan disiksa disebabkan tangisan dari keluarganya. Mereka 
berkata
> bahwa hadits tersebut ditolak oleh Aisyah Radliyallahu 'anha dengan 
sebuah
> ayat dalam Al-Qur'an surat Fathir ayat 18: Seseorang tidak akan 
memikul dosa
> orang lain.Bagaimana kita membantah pendapat mereka ini ?
> 
> Jawaban:
> Mengatakan ada hadits shahih yang bertentangan dengan Al-Qur'an 
adalah
> kesalahan yang sangat fatal. Sebab tidak mungkin Rasulullah 
Shalallahu
> 'alaihi wa sallam yang diutus oleh Allah memberikan keterangan yang
> bertentangan dengan keterangan Allah yang mengutus beliau (bahkan 
sangat
> tidak mungkin hal itu terjadi).
> 
> Dari segi riwayat/sanad, hadits di atas sudah tidak terbantahkan 
lagi
> ke-shahih-annya. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Umar, Umar 
bin
> Khattab dan Mughirah bin Syu'bah, yang terdapat dalam kitab hadits 
shahih
> (Bukhari dan Muslim).
> 
> Adapun dari segi tafsir, hadits tersebut sudah ditafsirkan oleh para 
ulama
> dengan dua tafsiran sebagai berikut :
> 1.Hadits tersebut berlaku bagi mayit yang ketika hidupnya dia 
mengetahui
> bahwa keluarganya (anak dan istrinya) pasti akan meronta-ronta 
(nihayah)
> apabila dia mati. Kemudian dia tidak mau menasihati keluarganya dan 
tidak
> berwasiat agar mereka tidak menangisi kematiannya. Orang seperti 
inilah yang
> mayitnya akan disiksa apabila ditangisi oleh keluarganya.
> 
> Adapun orang yang sudah menasihati keluarganya dan berpesan agar 
tidak
> berbuat nihayah, tapi kemudian ketika dia mati keluarganya masih 
tetap
> meratapi dan menangisinya (dengan berlebihan), maka orang-orang 
seperti ini
> tidak terkena ancaman dari hadits tadi.
> 
> Dalam hadits tersebut, kata al-mayyit menggunakan hurul alif lam 
(isim
> ma'rifat) yang dalam kaiah bahasa Arab kalau ada isim (kata benda) 
yang di
> bagian depannya memakai huruf alif lam, maka benda tersebut tidak 
bersifat
> umum (bukan arti dari benda yang dimaksud). Oleh karena itu, kata 
mayit
> dalam hadits di atas adalah tidak semua mayit, tapi mayit tertentu 
(khusus).
> Yaitu mayit orang yang sewaktu hidupnya tidak mau memberi nasihat 
kepada
> keluarganya tentang haramnya nihayah.
> 
> Demikianlah, ketika kita memahami tafsir hadits di atas, maka kini 
jelaslah
> bagi kita bahwa hadits shahih tersebut tidak bertentangan dengan 
bunyi
> ayat:Seseorang tidak akan memikul dosa orang lain.
> Karena pada hakikatnya siksaan yang dia terima adalah akibat 
kesalahan/dosa
> dia sendiri yaitu tidak mau menasihati dan berdakwah kepada 
keluarga. Inilah
> penafsiran dari para ulama terkenal, di antaranya Imam An-Nawawi.
> 
> 2.Adapun tafsiran kedua adalah tafsiran yang dikemukakan oleh 
Syaikhul Islam
> Ibnu Taimiyah Rahimahullah di beberapa tulisan beliau bahwa yang 
dimaksud
> dengan azab (siksaan) dalam hadits tersebut adalah bukan adzab kubur 
atau
> azab akhirat melainkan hanyalah rasa sedih dan duka cita. Yaitu rasa 
sedih
> dan duka ketika mayit tersebut mendengar rata tangis dari 
keluarganya.
> 
> Tapi menurut saya (Syaikh Al-Albani), tafsiran seperti itu 
bertentangan
> dengan beberapa dalil. Di antaranya adalah hadits shahih riwayat 
Mughirah
> bin Syu'bah:Sesungguhnya mayit itu akan disiksa pada hari kiamat 
disebabkan
> tangisan dari keluarganya.
> 
> Jadi menurut hadits ini, siksa tersebut bukan di alam kubur tapi di 
akhirat,
> dan siksaan di akhirat maksudnya adalah siksa neraka, kecuali 
apabila dia
> diampuni oleh Allah, karena semua dosa pasti ada kemungkinan 
diampuni oleh
> Allah kecuali dosa syirik.Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
Sesungguhnya
> Allah tidak akan mengampuni dosa-dosa syirik dan Dia mengampuni 
segala dosa
> yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (QS.
> An-Nisa' : 48).
> 
> Banyak hadits-hadits shahih dan beberapa ayat Al-Qur'an yang 
mengatakan
> bahwa seorang mayit itu tidak akan mendengar suara orang yang masih 
hidup
> kecuali saat tertentu saja. Di antaranya (saat-saat tertentu itu) 
adalah
> hadits riwayat Bukhari dari shahabat Anas bin Malik Radliyallahu
> 'anhu:Sesungguhnya seorang hamba yang meninggal dan baru saja 
dikubur, dia
> mendengar bunyi terompah (sandal) yang dipakai oleh orang-orang yang
> mengantarnya ketika mereka sedang beranjak pulang, sampai datang 
kepada dia
> dua malaikat. Kapan seorang mayit itu bisa mendengar suara sandal 
orang yang
> masih hidup? Hadits tersebut menegaskan bahwa mayit tersebut hanya 
bisa
> mendengar suara sandal ketika baru saja dikubur, yaitu ketika ruhnya 
baru
> saja dikembalikan ke badannya dan dia didudukkan oleh dua malaikat. 
Jadi,
> tidak setiap hari mayit itu mendengar suara sandal orang-orang yang 
lalu
> lalang di atas kuburannya sampai hari kiamat. Sama sekali tidak !
> 
> Seandainya penafsiran Ibnu Taimiyyah di atas benar, bahwa seorang 
mayit itu
> bisa mendengar tangisan orang yang masih hidup, berarti mayit 
tersebut bisa
> merasakan dan mendengar apa yang terjadi di sekelilingnya, baik 
ketika dia
> sedang diusung atau dia dimakamkan, sementara tidak ada satupun 
dalil yang
> mendukung pendapat seperti ini.
> 
> Hadits selanjutnya adalah:Sesungguhnya Allah mempunyai malaikat-
malaikat
> yang bertugas menjelajah di seluruh permukaan bumi untuk 
menyampaikan
> kepadaku salam yang diucapkan oleh umatku.
> Seandainya mayit itu bisa mendengar, tentu mayit Rasulullah 
Shalallahu
> 'alaihi wa sallam lebih dimungkinkan bisa mendengar. Mayit beliau 
jauh lebih
> mulia dibandingkan mayit siapapun, termasuk mayit para nabi dan 
rasul.
> Seandainya mayit beliau Shalallahu 'alaihi wa sallam bisa mendengar, 
tentu
> beliau mendengar salam dari umatnya yang ditujukan kepada beliau dan 
tidak
> perlu ada malaikat-malaikat khusus yang ditugasi oleh Allah untuk
> menyampaikan salam yang ditujukan kepada beliau.
> 
> Dari sini kita bisa mengetahui betapa salah dan sesatnya orang yang
> ber-istighatsah (minta pertolongan) kepada orang yang sudah 
meninggal,
> siapapun dia. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam adalah orang 
yang
> paling mulia di sisi Allah dan beliau tidak mampu mendengar suara 
orang yang
> masih hidup, apalagi selain beliau. Hal ini secara tegas diterangkan 
oleh
> Allah dalam Al-Qur'an surat Al-A'raf ayat 194: Sesungguhnya yang 
kalian seru
> selain Allah adalah hamba juga seperti kalian.Juga di dalam surat 
Fathir
> ayat 14 :Jika kalian berdo'a kepada mereka, maka mereka tidak akan 
mendengar
> do'a kalian.
> 
> Demikianlah, secara umum mayit yang ada di dalam kubur tidak bisa 
mendengar
> apa-apa kecuali saat-saat tertentu saja. Sebagaimana yang sudah 
diterangkan
> dalam beberapa ayat dan hadits di atas.
> 
> Dikutip dari Kaifa yajibu 'alaina annufasirral qur'anil karim edisi 
bahasa
> Indonesia Tanya Jawab dalam Memahami Isi Al-Qur'an
>








------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke