Sebenarnya Hadiah Nobel itu tergantung dari siapa yang memberi dan siapa yang 
diberi. Sebenarnya Djaka Sasmita pantas juga dapat Hadiah Nobel, tetapi buat 
apa berupaya menembus birokrasi nizam Nobel itu. Contoh kasarnya, itu Hamos 
Horta, kayf, kok bisa dapat hadiah Nobel Perdamaian? Sama juga seperti yang 
dibilang al-Ustdz Hasnawi Mardjuni di pesantren, bahwa dalam hal menerbitkan 
buku, Asia Foundation hanya mau menyuap bikin kenyang penerbit publikasi JIL.
Wassalam
Muammar Qaddhafi, yang pakai e-mailnya Abah, pd mlm/hr Jum'at

MQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQ
 
 
http://www.hidayatullah.com

Majalah Suara Hidayatullah : Februari 2002 

Djaka Sasmita, 

Sekitar seribu tahun lalu lahir seorang tokoh yang kemudian menjadi pionir 
dalam bidang kedokteran modern. Namanya Ibnu Sina. Di Barat tokoh ini lebih 
dikenal dengan nama Avicenna. Ia bukan saja ahli mengobati berbagai penyakit, 
tapi juga seorang filsuf Islam yang sangat terkenal.

Nah, kini dari Bantul Yogyakarta telah muncul "Ibnu Sina" yang lain. Namanya 
Djaka Sasmita, seorang ilmuwan jenius yang rendah hati tapi juga mahir 
mengobati berbagai penyakit. Sebagai ilmuwan, Djaka berhasil menelorkan 
karya-karya inovatif yang bermanfaat bagi kepentingan orang banyak. Sebagai 
"dokter", ia telah berhasil menyembuhkan ribuah orang.

Dalam mengobati penyakit, Djaka menggunakan metode terapi Gelombang Non Elektro 
Magnetik (GNEM). Gelombang ini dipancarkan dari komputer yang programnya 
dirancang sendiri oleh Djaka, demikian panggilan akrabnya. Dengan metode ini 
suatu penyakit dapat dideteksi secara lebih dini dan sangat akurat, sekaligus 
memberikan terapi secara tepat tanpa akibat samping. 

Seorang bernama Bieke Rubindra setelah diperiksa dengan GNEM terdeteksi 
mengindap penyakit hipertiroid dan kanker getah bening. Karena tidak merasa ada 
keluhan, ia tak percaya. Dua tahun kemudian ia sakit dan setelah diperiksa di 
laboratorium medis, ia dinyatakan sakit kanker getah bening. Terbukti, GNEM 
mampu mendeteksi penyakit 2 tahun lebih cepat.

Dr Justiar Gunawan dari BPPT, anaknya terserang kanker otak dan leukemia. 
Dokter sudah angkat tangan. Kini berobat ke Djaka, keadaannya berangsung-angsur 
membaik. "Tinggal terapi lewat telpon saja," katanya.

Masih ada cerita lain. Amaliyah Madiyan, dokter sekaligus dosen di Fakultas 
Kedokteran UGM ini terserang penyakit jantung. Akibatnya, ia merasa cepat 
letih. Kemudian ikut terapi di Isiteks (klinik kesehatan milik Djaka) selama 25 
menit. Hasilnya, setelah ikut terapi 4 kali, kini penyakit jantung sembuh dan 
ia merasa segar kembali.

Anak Jenius

Djaka Sasmita adalah anak keempat dari Djogo Pertiwi (alm), seorang juru kunci 
makam raja-raja Mataram Imogiri Bantul Yogyakarta. Terlahir 47 tahun lalu, 
Djaka kecil menempuh pendidikan SD dan SMP di Imogiri, lalu SMA di Bantul. 
Begitu lulus ia kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Matematika dan Ilmu 
Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM) jurusan Kimia. 

Dasar anak cerdas, sejak sekolah dasar Djaka selalu meraih juara, bahkan 
sewaktu kuliah sempat lompat dari tingkat pertama langsung ke tingkat tiga. 
Sebuah prestasi yang hanya dimiliki tiga dari ribuan mahasiswa seangkatannya di 
almamaternya. "Ia memang mempunyai kecerdasan di atas teman-teman yang lain," 
kata Sabirin Mastjeh, kawan kuliah Djaka.

Namun justru sejak kenaikan tingkat itu ia didera kegelisahan. Djaka tidak 
menemukan apa yang dicarinya. Belajar di perguruan tinggi baginya hanya 
membuang waktu. Sebab, yang dipelajari hal-hal yang tidak praktis dan 
menjemukan. Hukum-hukum yang diajarkan di kampus menurutnya tidak kuat dan 
banyak kelemahan. 

Djaka merasa tak bakal mencapai cita-citanya sebagai penemu yang dapat memberi 
sumbangan bagi dunia pengetahuan, apabila terus berkutat dengan kuliahnya. 
Djaka pun jadi malas kuliah dan memilih sibuk melakukan penelitian-penelitian 
sendiri. Hanya atas saran orang tua dan beberapa pihak, Djaka bersedia 
melanjutkan kuliahnya. 

Tetapi belum lagi lulus, ia sudah diminta mengajar di almamaternya. Bahkan pada 
tahun l977 oleh ketua program Matematika, Djaka diminta mengajar para dosen 
Matematika, Fisika dan Kimia. Uniknya, tiga tahun kemudian Djaka baru meraih 
gelar sarjana. 

Gelar doktornya diselesaikan di Belanda, yakni di bidang Thermodinamika di 
Universitas Utrecht (Belanda). Di Utrecht Djaka lebih banyak mengikuti berbagai 
seminar dan diskusi ketimbang kuliah di ruang kelas. Di situlah ia memaparkan 
teori-teori temuannya. Mulanya banyak ilmuwan menentangnya. Namun setelah Djaka 
sedikit menjelaskan, mereka bisa menerima. Bisa jadi, itu karena mereka tidak 
mampu mematahkan teori-teorinya Djaka. Termasuk salah seorang profesor 
pembimbingnya sendiri akhirnya "menyerah". "Ilmu saya tidak cukup untuk 
mengajari Anda, sayalah yang harus belajar pada Anda", kata Sang Profesor. 

Praktis Djaka tidak banyak mengikuti kuliah selama di Belanda. Dia hanya 
menghabiskan waktunya untuk belajar sendiri dan berkunjung ke berbagai 
perpustakaan. Di sinilah Djaka menemukan sebagian dari khazanah keilmuan Islam 
jaman dulu yang dicuri orang-orang Barat. "Di perpustakaan Elschecunde yang 
terletak di jalan Padualaan, ada beberapa karya ilmuwan Muslim dalam tulisan 
aslinya," kenangnya. Dari situ pula Djaka mengetahui bahwa dalil sinus cosinus 
itu penemunya adalah ilmuwan Muslim.

Dalam mengembangkan ilmunya kemudian, Djaka merasa cukup dengan al-Qur'an saja. 
"Al-Quran ini sudah lengkap kandungannya, tinggal kita baca, tambang dan olah 
saja", kata Djaka yang pernah nyantri di salah satu pesantren di Jawa Timur 
itu. Hal ini dibuktikannya, misalnya pada ayat nuurun 'alaa nuurin yang artinya 
'cahaya di atas cahaya' dipahaminya bahwa cahaya itu bertingkat-tingkat. 
Berdasarkan ayat ini, Djaka berhasil meracik berbagai peralatan medis yang 
memiliki kecepatan berlipat dibanding yang sudah ada. 

Misalnya Alat Laju Endap Darah (LED), dapat bekerja sepuluh kali lebih cepat 
dari peralatan biasa dengan kemampuan periksa hingga 64 pasien sekaligus. 
Temuan lainnya adalah alat test DNA yang di rumah sakit bisa memakan waktu 
beberapa hari, di klinik Djaka cukup dengan waktu setengah menit saja. 

Untuk menularkan ilmunya, pada tahun 1992 Djaka mendirikan Pesantren Terpadu 
ISITEKS (Islam, Ilmu, Teknologi dan Seni). Misinya memberikan bekal Islam, 
ilmu, teknologi dan seni yang handal bagi para santrinya. Mottonya, "mengejar 
IPTEK bersumber dari al-Qur'an". Ini memang bukan pesantren biasa, sebab 
kebanyakan santrinya adalah ilmuwan dari berbagai disiplin bidang ilmu seperti 
kedokteran, komputer, biologi, pertanian, kimia, fisika dan lainnya.

Karena itu di ISITEKS ada beberapa pusat kajian. Misalnya seperti Pusat Kajian 
Kimia, Pusat Kajian Biologi, Pusat Kajian Teknologi Komputer, Pusat Kajian 
Kesehatan dll. 

Sebulan sekali, para santri Djaka datang untuk melakukan temu bidang multi 
disipliner. Masing-masing mengungkapkan perkembangan penelitian mereka dan 
Djaka memberikan arahan-arahan atau menunjukkan ketika seorang santri mengalami 
kebuntuan dalam penelitiannya. Kadangkala
terjadi diskusi antar bidang dan Djaka menjembatani gap antar mereka dan 
menjadi penengahnya sehingga tak jarang berhasil memadukan beberapa penemuan.

Beberapa santrinya kini telah menghasilkan karya yang bermanfaat bagi 
masyarakat luas. Misalnya, Tebu Rendemen Tinggi. Bermula dari permintaan 
seorang kepala pabrik gula yang mengeluh rendahnya rendemen tebu (6%). Maka 
Pusat Penelitian Pertanian ISITEKS meneliti dan akhirnya menghasilkan benih 
tebu yang tak berbunga sehingga mampu menghasilkan rendemen tinggi hingga 24%. 
Hebatnya, penanamannya tak perlu dengan mencangkul dan memupuk. Cukup ditebar, 
dia akan tumbuh subur. 

Penemuan lain adalah alat Laju Endap Darah (LED). Dr Nur Asikin, seorang dosen 
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, di bawah bimbingan Djaka berhasil 
menemukan alat yang memiliki kecepatan 10 kali lipat dari alat yang sudah ada 
yakni dari 120 menit menjadi hanya 10 menit. Alat ini juga dapat digunakan 
sekaligus untuk 64 pasien.

Tentu saja dengan beberapa keberhasilan itu, mengundang banyak orang untuk 
menjadi santri. Tapi hanya sedikit yang diterima. "Saya ingin memastikan bahwa 
para santri belajar dengan niat yang ikhlas untuk memberikan sumbangan 
pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat untuk ummat. Saya ingin menjaga 
supaya aktifitas penelitian yang ada tidak dikotori oleh amal yang tidak 
shalih." tegas Djaka. 

Pernah ada tawaran untuk menjadikan ISITEKS menjadi sebuah proyek pendidikan 
dengan menjanjikan dana ratusan juta rupiah, namun ditolak oleh Djaka. "Karena 
saya melihat ada kepentingan materi di dalamnya" katanya. "Lebih baik sedikit 
tapi halal," kata Djaka seraya menambahkan bahwa apa yang dilakukannya lebih 
pada pertimbangan akhirat.

Kecewa dengan Pendidikan

Menurut Djaka, pendidikan sebaiknya diselenggarakan untuk menjawab permasalahan 
di masyarakat dan memperhatikan tujuan pokoknya, yakni mau dijadikan apa dan 
untuk bisa apa sang siswa. Tentu saja tanpa mengabaikan ilmu-ilmu pendukung. 
Dengan demikian penyelenggaraan pendidikannya dapat lebih terpilih. Artinya, 
pelajaran yang diberikan adalah yang sesuai dengan minat setiap siswa dan 
kebutuhan masyarakat. Sehingga tak ada pelajaran yang diulang-ulang dan tidak 
terpakai di kemudian hari seperti yang banyak terjadi kini. "Yang menjadikan 
bangsa kita mundur adalah karena kita sering belajar hal-hal yang sebenarnya 
tidak perlu," kata Djaka. 

Atas dasar itulah, Djaka kemudian menarik keluar Ida Saraswati, putri 
pertamanya dari SMU Negeri. Putrinya itu kemudian dididik sendiri. Demikian 
juga dua adiknya. Hasilnya, enam bulan setelah keluar dari sekolah, Ida sudah 
bisa membuat alat pemeriksa gelombang otak atau EEG (Electro Encepalography). 
Sekarang, di usianya yang masih 19 tahun, Ida sudah pintar membuat chip 
komputer, dari komponen dasarnya sampai menjadi IC. Sementara bahasa programnya 
diracik oleh adiknya, Sikla Istiningsih (16) dan miniaturisasinya dikerjakan 
oleh anak ketiga, Dika istrandari (14). "Apabila sekolah di luar, sampai lulus 
doktor pun belum tentu dia bisa membuat alat-alat tersebut," tandas Djaka 
meyakinkan, tanpa kesan bangga diri.. Bachroni

MQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQ



  ----- Original Message ----- 
  From: st sabri 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Saturday, March 18, 2006 12:04
  Subject: [wanita-muslimah] Re: The Importance of Qur'aan in our lives-1


  :=))
  Pinter sampeyan, coba hitung berapa muslim yg menerima hadiah nobel
  baik bidang : Fisika, Kimia, Ekonomi, Sastra, Perdamaian,kedokteran
  ..... saya juga gak hafal tapi kalo mau ngitung nih : 

  http://nobelprize.org/physics/laureates/

  http://nobelprize.org/chemistry/laureates/

  http://nobelprize.org/medicine/laureates/

  http://nobelprize.org/literature/laureates/

  http://nobelprize.org/peace/laureates/

  http://nobelprize.org/economics/laureates/

  saya bukan western-minded kok, tapi untuk abad 20 kita harus belajar
  pada eropa. Herannya Islam hari ini seperti menuju pada kondisi gereja
  katolik roma (maaf para pemeluk katolik roma) abad pertengahan, dimana
  para pemuka gereja menganggap agama adalah penyelesaian segalanya.

  ngoyo woro...

  salam



  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > Selamat pagi pak,
  >    
  >   :)
  >    
  >   Coba Pak Jalan-jalan ke Jepang, Jerman, Inggris, Amrik etc, disana
  banyak Muslim dan Muslimah pada "bertapa" memperdalam ilmunya sesuai
  dengan bidangnya masing-masing. Kita saja yang tidak mengetahui
  >   Mereka itu pada menjalankan amanat Hadis Nabi " Belajarlah sampai
  ke Negeri China"
  >    
  >   Masalahnya kan Islam itu mengajarkan kepada kita semua untuk tidak
  ' Rija', betul engga pa' ?
  >    
  >   And jangan lupa lho pak Islam itu Rahmatan lil alamin, untuk
  seluruh Alam semesta, jangan mengira Islam itu hanya untuk orang Arab,
  nanti engga nyambung - Misconceptions
  >    
  >    
  >   Nearly one in five people in the world today claims the faith of
  Islam.  A diverse community of believers spans the globe.  Over fifty
  countries have Muslim-majority populations, while other groups of
  believers are clustered in minority communities on nearly every
  continent. 
  >   Although Islam is often associated with the Arab world and the
  Middle East, fewer than 15% of Muslims are Arab. 
  >   
  > O hiya pak, ilmu itu Milik Allah, dan bersivat Netral, jadi tidak
  ada salahnya The West belajar kepada Islam dan Islam belajar kepada
  The West  :) , memang itu skenerio Allah supaya umat manusia yang
  berbeda warna kulit dan budayanya itu untuk saling mengenal dan belajar :)
  >   Soal The West belajar kepada Islam pada masa lalu....nanti akan
  saya dongengin ya pak....
  >    
  >   salam
  >   
  > st sabri <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >   permasalahannya, sekarang ini umat islam (nota bene pemilik al-qur'an)
  > tidak pernah mau terlibat dalam riset2 seperti itu dan hanya bisa
  > menggunakan riset2 orang lain (non muslim) sebagai alat untuk
  > mengagungkan kitabnya. Tapi segitu thok.... dan mereka pelaku riset yg
  > memperoleh keuntungannya.
  > 
  > coba aja liat, ulama kita sibuk ngurusin paha, puser, payudara .....
  > bukannya memperdalam phyton misalnya, atau bangun pabrik. Kata
  > peribahasa AYAM MATI DI LUMBUNG PADI ........ :=))
  > 
  > salam
  > 
  > 
  > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko <ko_jano@> wrote:
  > >
  > > Artikel yang sangat cantik sekali,
  > >    
  > >   Nah ,  "peringatan" bagi yang suka menafsirkan Al Qur'an seenaknya
  > sendiri, harus hati-hati, harus membekali dirinya dengan banyak ilmu
  > pengetahuan / sains kalau tidak ingin melakukan kesalahan fatal dalam
  > menafsirkan Al Qur'an.
  > >    
  > >    
  > >   Salam.


[Non-text portions of this message have been removed]



Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke