Sesuai apa yang diterangkan Nabi SAW:
pada Hadits Riwayat Muslim, Abu Daud :
Nabi SAW bersabda : "Tahukah kamu apa ghibah itu ?
Jawab sahabat : Allahu warasuluhu a'lam (Allah dan Rasulullah yang
lebih tahu).
Kemudian Nabi SAW bersabda: Menceritakan hal saudaramu yang ia tidak
suka diceritakan pada orang lain.
Lalu Sahabat bertanya: Bagaimana jika memang benar sedemikian keadaan
saudaraku itu ?
Jawab Nabi SAW : "Jika benar yang kau ceritakan itu, maka itulah
ghibah, tetapi jika tidak benar ceritamu itu, maka itu disebut buhtan
(tuduhan palsu, fitnah) dan itu lebih besar dosanya".

Semoga hal ini bisa diambil hikmahnya....
Dan kenyataannya, berita di JIL khan udah dihapus, digantikan dgn
versi Jawapos.
Sebagai seorang muslim, apa sich gunanya membuka-2 website JIL yang
udah difatwakan SESAT oleh MUI ?

Insya Allah, ini ada artikel orang lain, untuk menjelaskan seberapa
besar + berat dosa Ghibah / Fitnah itu.



Seorang wanita mengulang sepotong berita yang memalukan mengenai
tetangganya. Dalam beberapa hari, seluruh desa mengetahui ceritanya.
Dan, orang yang diceritakan itu merasa sakit hati dan terpukul.

Kemudian si wanita yang menyebarluaskan berita buruk tersebut
mengetahui
bahwa berita itu betul-betul salah. Dia menyesal dan mendatangi
seorang orang tua yang bijak untuk mencari tahu apa yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki kesalahannya itu.

"Pergilah ke pasar," kata orang tua bijak itu, "dan belilah seekor
ayam. Sembelihlah. Kemudian dalam perjalanan pulang, cabuti bulunya
dan buang satu persatu di sepanjang jalan."

Meski kaget mendengarkan itu, si wanita melakukan apa yang disarankan
kepadanya. Namun, ia merasa masih belum bisa memperbaiki kesalahannya
menyebarluaskan berita bohong itu pada seluruh penduduk desa.
Keesokan harinya, ia kembali mengunjungi orang tua bijak itu dan
menanyakan persoalannya kembali.

Si orang bijak itu berkata, "Hmm, kalau begitu, sekarang pergilah dan
kumpulkan semua bulu yang kau buang kemarin dan bawa kembali
kepadaku."

Si wanita itu pun menyusuri jalan yang sama dan berusaha mengumpulkan
bulu-bulu ayam yang telah dicabutinya kemarin. Namun, angin telah
menerbangkan semua bulu-bulu itu kemana-mana sehingga mustahillah ia
bisa mengumpulkannya semua. Setelah mencari-cari selama berjam- jam,
ia kembali hanya bisa mengumpulkan sebanyak tiga potong bulu saja. Si
wanita itu kembali menemui orang tua bijak.

"Lihatlah!" kata si orang bijak, "sangat mudah mencabuti bulu ayam
dan melemparkannya. Namun sangat tidak mungkin menariknya kembali.
Begitu pula dengan gosip dan berita bohong. Tidak sulit untuk
menyebarluaskan rumor, namun sekali terlempar, anda tidak akan pernah
secara penuh memperbaiki kesalahan anda."

"Hai orang2 yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah DOSA dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu
menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang dari kamu
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima taubat lagi maha Penyayang". (Qs.49:12)

oleh: S Cahyono


wassalam
amahmudi





--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "-MGR-" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> --- In kmnu2000@yahoogroups.com, Muammar Syaubari <muammar_79@>
> wrote:
>
> ini adalah tanggapan saya atas artikel Armansyah dan
> Hartono A.Jaiz di situs www.swaramuslim.com perihal
> pernyataan Gusdur di kantor JIL (Al-qur'an itu kitab
> paling porno)dan ini sudah dikirim langsung ke alamat
> email saudara Armansyah..
>
> Yth. Saudara Armansyah.
>
> Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuhu
>
> Saya membaca artikel saudara dan Hartono A Jaiz yang
> sudah tidak populer lagi, Yang saya tahu dari seorang
> Hartono A Jaiz adalah penulis buku"Golongan dan Paham
> sesat  di Indonesia" disana ia mengkafirkan lusinan
> orang diantaranya :Gusdur, Cak Nur, JIL, Ahmadiyah dan
> semisalnya. anda kayaknya harus kembali mempelajari
> yang namanya Ilmu manthik dan Balaghah, jadi saya
> maklumi saudara berpendapat seperti itu, menyingkapi
> pendapat orang lain  dengan arogan dan masih perlu
> membaca metodologi mengkritisi pendapat orang lain,
>
> Mungkin ahli antropogi kaget sangat bila mengetahui
> kejauhan kiayi Jatim
> dengan Gusdur, saya tidak kaget bila saudara yang
> mungkin tidak mengenal khazanah kitab-kitab kuning
> sama sekali begitu sengit dengan neomodernismenya
> Gusdur, kiayi Nu yang dulu sangat dekat dengan beliau
> kini juga ikut bingung melihat manajemen konflik yang
> dikemudikan Gusdur melalui jurus kontroversi
> pernyataannya.
> Saya tidak mendukung pendapat Gusdur yang anda
> kritisi, karena saya tahu beliau bukanlah malaikat,
> bukan juga manusia yang tak pernah salah atau ma'shum
> tidak.. beliau manusia biasa yang banyak juga
> kekurangannya seperti kita, tapi saya terus terang
> sangat tidak setuju dengan cara anda mengkritisi,
> disana anda mengatakan "anda ini Muslim atau bukan
> sih", saya malah khawatir bila ada orang mengatakan
> kafir pada orang muslim akan terjaring dalam hadits
> Nabi " Barang siapa yang mengkafirkan orang islam maka
> dirinya sendiri yang kafir", =dalam arti murtad
> ucapan, solusinya harus membaca 2 syahadat= (ini
> dijelaskan salafusshalih, bukan oleh penulis buku
> kemarin sore), saya tidak begitu simpati dengan laju
> Jaringan Islam Liberal itu, tapi saya juga sangat
> tidak setuju dengan segelintir orang yang melaknati
> mereka dengan sebutan Jaringan Iblis Laknatullah.
> Memangnya surga, neraka, ampunan dan laknat dia miliki
> merampas prerogatif Allah.
> Cobalah kita jernih dalam menanggapi pendapat orang
> lain, obyektif. Gusdur bukannya bodoh dengan menutup
> aurat adalah kewajiban, justru Gusdur lebih tahu dari
> anda, beliau pernah mengaji Kitab Fathal Wahhab
> (Fiqh), mungkin nama kitab ini baru anda dengar
> bukan?…Gusdur lebih mengerti Al-qur'an (hampir seluruh
> tafsir pernah beliau baca) daripada orang yang mungkin
> hanya mengenal ayat :
> 1.Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
> diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang
> yang kafir. -Qs. al-Ma'idah  5:44
> 2.Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa
> yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah
> orang-orang yang zalim. -Qs. al-Ma'idah  5:45
> 3.Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa
> yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah
> orang-orang yang fasik. -Qs. al-Ma'idah  5:47
> 4.Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka
> itulah orang-orang yang melampaui batas. -Qs.
> al-Mu'minuun 23:7
> Yang anda dapat dari buku-buku susunan orang-orang
> yang baru bisa baca tulisan Arab barang kali, cobalah
> teliti Asbabun Annuzulnya, saya juga sebenarnya
> bingung di Indonesia ini, saya tahu kalangan pesantren
> Nu yang memiliki kekayaan ilmiyah dalam kitab kuning
> peninggalan orang-orang salaf (mulai tafsir, hadits,
> musthalahul hadits, asbabun nuzul, fiqh, tauhid, ushul
> fiqh, balaghah, mantiq, tasawwuf, qaidah fiqh, tarikh
> fiqh, hikmah tasyri' dan masih banyak lagi
> disiplin-disiplin ilmu islam lain dipelajari disana),
> tapi hingga kini tak ada yang berani Ijtihad padahal
> di kalangan Pesantren Nu banyak kiayi yang memiliki
> kemampuan ke arah situ, tapi diluar NU, banyak yang
> tidak tahu bahkan tidak kenal dengan khazanah kitab
> kuning tiap hari ngomongnya mengajak Ijtihad terus,
> kacaunya disitu itu, padahal kalau dilihat orangnya ya
> Allah ilmunya sangat minim sekali. Demikian pula
> dengan menegakkan syari'at Islam, justru yang ngotot
> itu La Jahil Walaa `Alim. (Ini wacana ilmiyah kan?,
> jadi maaf jika dianggap tidak santun, dulu Ulama dulu
> mengatakan bodoh kepada lawan debatnya yang keliru itu
> biasa, karena menggugah keilmiahan).
> Kayaknya Kita perlu kembali mengulang pelajaran
> metaforsis yang diajarkan mulai SMP hingga perguruan
> tinggi. Agar kita tidak gegabah menangkap orang yang
> tidak bersalah.
> Kita dijadikan oleh Allah sebagai makhluk yang namanya
> manusia memang tugasnya adalah agar kita bersikap
> kritis, membangun, inovatif dan kreatif. manusia
> sebagai khalifah. Dalam Quran dikatakan, Wa liya`lama
> alladzîna ûtû al-`ilma annahû al- haqqu min rabbik, fa
> yu'minû bih, fatukhbita lahû qulûbuhum wa inna lahâ
> lahâdi al- alladzîna âmanû illâ shirâthin mustaqîm.
> Untuk mencari kebenaran pertama harus memakai ilmu
> pengetahuan, objektif. Oleh karena itu, ketika orang
> Arab tidak ngerti nubuwwah, tidak ngerti wahyu, Quran
> memerintahkan, fas'alû ahla al-dzikri. Siapa ahlu
> al-dzikr itu? Orang Kristen dan Yahudi. Silahkan lihat
> tafsir semua, kalau ndak percaya. Ahla dzikri itu ay
> al-yahûd wa al-nashârâ. Tapi, oleh mubaligh Indonesia
> itu diartikan ahlu al-dzikr itu kiai. Kalau nggak
> ngerti, tanya pada kiai ya ... Maksudnya, saya ya.
> Karena dia lagi jadi kiai waktu itu.
> Itu apa artinya? Bahwa mencari kebenaran harus dengan
> ilmu pengetahuan, yang kebetulan waktu itu yang
> berilmu itu mereka Yahudi dan Nasrani. Maka, Khadijah
> Ra. tanya pada Warakaqah bin Naufal, Abu Thalib
> mendengarkan nasihatnya Bukhairah, ketika mengatakan
> ini akan menjadi Nabi. Nah, itu karena mereka (orang
> Arab yang jâhiliyyah) menganggap ahlu al-dzikr itu
> adalah orang Yahudi dan Nasrani. Dan itu diakui oleh
> Quran sendiri.
> Setelah kita mendapatkan kebenaran, maka fayu'minû
> bih, artinya iman. Ini tidak bisa ditinggalkan. Ilmu
> tanpa iman apalah jadinya. Kadang-kadang kita dengan
> membingkai ilmu pengetahuan, padahal dalam rangka
> menggerogoti atau mengganggu keimanan. Atau sebaliknya
> dengan bahasa iman, kita mengesampingkan rasionalitas
> atau penemuan-penemuan ilmiah, atas nama iman. Ini
> dua-duanya salah ini. Nanti yang satu menjadi kanan
> yang satu menjadi kiri. Saya di tengah aja lah enak.
> Nah, setelah itu fatukhbita lahû qulûbuhum; sikap yang
> jernih, yang objektif, moralitas yang tinggi,
> berakhlak karimah. Bahasa santrinya begitu. Ini kan
> membangun manusia yang mempunyai afkâr wa aqwâl wa
> mawqif; yang stabil ucapannya, pikirannya, tindakannya
> dan sikapnya, yang betul-betul bisa
> dipertanggungjawabkan.
> Jadi kalau dalam prinsip kenegaraan, saya lebih
> condong kepada Gusdur, karena Indonesia itu kalau
> dilihat dari sejarah sisa kekuatan yang paling luar
> dan jauh, jadi tidak bisa seperti timur tengah, tidak
> bisa seperti eropa dan afrika. Jadi kita butuh forum
> tersendiri dengan kondidi sosiologi masyarakat kita.
> Saya berpendapat, dan silahkan anda kritisi; Kalau
> pemahaman agama sudah dicampuri dengan kepentingan
> politik, maka di situ akan terjadi stagnan, jumud,
> bahkan tadllîl dan malah ightishâb, merampas hak orang
> lain dengan menggunakan agama. Bukan berarti saya
> menghalangi berjalannya syariah Islam di Indonesia.
> Tapi, yang kita tolak adalah dijadikannya syariah
> Islam menjadi undang-undang negara. Mengapa? Yang kita
> takutkan nanti kalau dijadikan alat untuk membangun
> hegemoni kekuasaan. Dan itu sepanjang sejarah telah
> terjadi.
> Ketika Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi menjadi panglima
> perangnya Abdul Malik bin Marwan tahun 25 H. membantai
> manusia sekitar 70 ribu orang. Ketika itu manusia baru
> 3 juta setengah sedunia. Tapi Hajjaj sudah membantai
> 70 ribu orang dengan bangga, dengan mengatasnamakan
> agama. Dia bilang, `Saya tukang mencongkel gigi dan
> saya seorang pembantai, kalau sudah saya potong itu
> kepala-kepala yang bersorban, baru kenal Anda siapa
> saya.' Itu dengan bangga sekali. Kenapa? Karena yang
> menentang Khalifah Abdul Malik bin Marwan berarti
> kafir. Karena dinasti Bani Umayah adalah dinasti
> Islam. Kan begitu pola pikirnya? Maka yang menentang
> adalah kafir. Itu contoh dulu. Contoh yang baru.
> Pada tahun 1980, Sayyid Muhammad bin Alawy al-Maliki
> di Mekkah, ketika rajanya zalim, itu dijatuhi vonis
> hukuman mati oleh Mahkamah Syar`iyyah Islâmiyyah Ahl
> al-Sunnah al-Salafiyyah al-Wahhâbiyah, al-Fâtihah
> sekalian hehehe ... Yang menjatuhkan hukuman mati itu
> bukan mahkamah nasional, mahkamah Katolik, mahkamah
> Kristen, pantes ya ada masuk akalnya. Tapi tidak, ini
> Mahkamah Syar`iyyah Islâmiyyah. Apa salahnya Sayyid
> Muhammad? Karena berani mengkritik pemerintah dengan
> terang-terangan, terbuka di Masjidil Haram. Tindakan
> pertama dilarang mengajar, kemudian sampai di rumahnya
> dilarang menerima tamu dan terus sampai dirampas
> paspornya sampai terakhir keputusannya, harus dihukum
> mati. Alasannya, menyebarkan bid`ah, padahal alasan
> sebenarnya beliau kritis terhadap pemerintahan saat
> itu. Nah, sampai sekarang Sayyid Muhammad tidak lagi
> mengajar di Masjidil Haram.
> Maka pertanyaannya adalah syariah yang mana yang harus
> kita jalankan? Ternyata di Aceh yang sudah mendapatkan
> otonomi khusus menjalankan mahkamah syar`iyyah. Tiga
> bulan yang lalu Abu Bakar Ilyasa' dari Mesir yang akan
> menangani tentang tathbîq al-syarî`ah di Aceh, datang
> ke program pasca sarjana di Jakarta. Ternyata
> kendalanya, kesulitannya luar biasa dalam
> merealisasikan mahkamah syar`iyyah itu. Hakim Islam
> banyak, tapi pengacara Islam? Polisi Islam? Pembela
> dan advokasi Islam? Penyidikan secara Islam? Integrasi
> secara Islam itu seperti apa?
> Ternyata ingin membangun Islam itu tidak hanya dengan
> syahwat emosi saja, tapi harus dengan syahwat ilmiah
> juga. Nah, di Indonesia rupanya masih saja syahwat
> emosi yang dipakai. Nah, kalau nanti di Aceh ternyata
> tathbîq al-syarî`ah ini gagal, maka kita malu atau
> kehilangan kredebilitas umat Islam Indonesia. Jangan
> harap akan bisa lebih maju lagi, dapat kita contohkan
> joke-nya, ketika kesebelasan Arab Saudi dikalahkan
> telah 0-8 oleh Jerman pada piala dunia 2002 di
> Korea/Japan, bukan kekalahannya yang kita malu sebagai
> sesama muslim, di tribun penonton sporter Arab Saudi
> menenteng benderanya yang tertulis 2 syahadat ikut
> loyo, sama juga misalnya ketika acara penyerahan
> medali di olimpiade kala Arab Saudi meraih perunggu
> misalnya, bendera syahadat itu dibawah bendera Cina
> palu arit (komunis), ironis.  
> Jadi, kalau agama sudah dicampuri urusan politik akan
> terjadi bukan hanya stagnan dan jumud, tapi ightishâb,
> perampasan hak yang luar biasa. Dan panjang itu
> ceritanya, bagaimana Ibnu Arabi, bagaimana Ibnu
> Faridl, bagaimana al-Hallaj sendiri dibunuh. Itu semua
> sebenarnya urusan politik, silahkan baca sendiri
> sejarahnya.
> Kita tidak usah repot-repot menjelaskan sesuatu yang
> semua muslim tahu tentang definisi Islam, kita perlu
> mengkaji ilmu antrology bagaimana seorang Gusdur latar
> belakang linkungan dia.
> jangan asal saja berucap kiayi bodoh kala menanggapi
> para
> sufi kita (kiayi kita, kata Gusdur) mendengar nyayian
> Ummi Kultsumi sambil berucap Allah.. Allah… padahal
> nyanyian tersebut beberapa baitnya berisikan ajakan
> minum khamr. Dia hanya melihat manusia dari dhahirnya
> saja, kemudian mengklaim kafir, musuh Islam, neraka,
> iblis atau apalah yang membuat saya ngeri
> mendengarnya. Bukankah yang lebih baik mendoakan orang
> lain senantiasa mendapatkan Hidayah bukannya berusaha
> (tapi gagal) menyulap seseorang menjadi Iblis..
> (ha..haa..).
>
> Anda mungkin tahu bahwa perkembangan Islam yang sangat
> begitu cepat pada zaman Nabi tidak terlepas dari peran
> sastra Arab yang sudah dikuasai oleh masyarakat Arab
> saat itu,  turunnya Al-qur'an yang bernilai sastra
> tinggi itu membuat kemajuan islam bak jamur di musim
> hujan.
>
> Anda mungkin tahu cerita seorang Pujangga Quraisy
> menyusun syair yang berisi penghinaan kepada Nabi,
> kemudian divonis hukum mati, namun saat eksekusi
> hendak dilakukan, dia melantunkan syair yang berisi
> permohonan maaf dan pengakuan bersalahnya,  saat Nabi
> mendengarkan alunan syair yang sangat indah itu,
> beliau meneteskan airmata dan menerima permohonan maaf
> itu serta menyatakan hukuman mati dibatalkan, tapi
> disayangkan mengapa cerita itu dibelokkan menjadi
> dasar kekerasan?, katanya Nabi pernah menghukum mati
> seorang pujangga yang menyusun syair berupa penghinaan
> pada dirinya. Apa itu bukan mendustakan sejarah.
>
> Gelar jelas tidak penting, gelar Doktor seseorangpun
> kalau minta dilepas ada kok yang mau, gelar hajipun
> kalau minta dilepas oleh orang mau kok, orang ada
> seseorang yang hajinya sampai 17 kali.
> Seseorang dapat menjalankan taqwa dengan benar itu
> harus dengan ilmu…apalah arti keilmuan tanpa diserta
> keimanan, dan apa faedahnya keimanan kalau ilmunya
> tidak ada.
>
> Kalau tujuan membangun wacana keilmuan dianggap suatu
> kesombongan, silahkan itu hak anda, mungkin sombong
> menurut anda tapi tidak menurut yang lain.yang menjadi
> objek saya adalah generasi muda kita, kalau generasi
> muda kita tidak Almuhafadhah `Alal Qadimis Shalih
> (menjaga keilmuan, khazanah ilmu orang dulu) tapi juga
> tetap mengkritisinya agar tidak mempunyai pemahaman
> yang mati "Wal-akhdzu Bil Jadidil Ashlah". hemat saya
> sangat memprihatinkan sekali, kalau generasi islam
> kita membuang kitab kuning, mulai Jalalain-Tafsir Ibnu
> katsir (tafsir), Fathul Qorib-Ghayatul Wushul (fiqh),
> Jurumiyah hingga Alfiyyah (Nahwu), Arba'in Nawawi –
> Fathal Bari (hadits) dan lain-lain sebagainya, maka
> akan muncullah santri-santri yang kelihatannya saleh,
> tapi bodohnya setengah mati (kira-kira begitulah).
> Atau generasi Islam yang semangat Islamnya tinggi tapi
> pemahaman Islamnya non-sense. Seperti sekarang kita
> lihat, ada tokoh Islam di Indonesia yang tidak bisa
> membedakan antara kafir dan kuffâr, dia berkata Dulu,
> Nabi Muhammad Saw. itu di Madinah, ada Yahudi, Kristen
> juga, ah dulu itu kan namanya kafir, kalau kafir nggak
> apa-apa. Tapi kalau kuffâr, kita harus aziddâ'
> (keras), itu ngomongnya di TV. Maklum, pesantren kilat
> barangkali. Nah, yang begini ini laku di Indonesia,
> terutama mahasiswa yang bukan jurusan agama, di UI, di
> ITB, di IPB dan sebagainya yang praktis-praktis aja
> lah. Pokoknya yang dibaca itu (ayat) wa lan tardlâ
> `ankal yahudu walan nasharo…, dan wa jâhidû
> fisabilillah…  saja. ini sudah banyak terjadi di
> Indonesia ini, belajar agama islam memilih jalan yang
> praktis-pratis saja.
>
> Jadi al-muhâfazhah `alâ al-qadîm al-shâlih wa
> al-akhdzu bi al-jadîd al-ashlah, sebuah paradigma
> kita, itu apa? Al-muhâfazhah `alâ al-qadîm al-shâlih
> itu paradigma taklid, kita umat Islam sunni ini harus
> taklid, taklid yang obyektif dan kritis bukan taklid
> buta atau taklid membebek. Kalau kita tidak taklid,
> berarti kita memutuskan hubungan `alâqah al-tsaqâfat
> wa al-adab antara kita dan generasi yang mendahului
> kita. Itu sangat bahaya akibatnya. Contoh Spanyol,
> ketika Ezabella menang mengalahkan umat Islam di
> Spanyol, yang melawan dibunuh, yang tidak melawan
> diusir ke Afrika, maka Ezabella segera mengatakan;
> kita akan membangun Spanyol baru yang bersih dari
> pengaruh Arab atau Islam. Kalau agamanya, barangkali
> okelah, karena orang Katolik dengan orang Islam sangat
> benci. Akan tetapi, sampai peradaban, ilmu
> pengetahuan, budaya, seni kita habisi (tapi saya tidak
> mengatakan "telanjang itu seni islam" lho ya?), ganti
> semua dengan yang baru, Spanyol baru. Ternyata apa?
> Spanyol sampai sekarang adalah negara Eropa barat yang
> paling bodoh, yang paling terbelakang dibanding yang
> lain seperti Perancis, Itali, Jerman, Inggris Belanda
> dan lain-lain. Kenapa? Karena memotong `alâqah
> al-tsaqâfat wa al-adab, `alâqah turâts bayna al-jayl
> al-jadîd wa al-jayl al-sâlifah. Delapan ratus tahun
> dibuang begitu saja, maka jadilah generasi sekarang,
> generasi yang tidak bisa berbuat apa-apa.
>
> Sikap yang mungkin obyektif menurut saya adalah
> memperhitungkan definisi-definisi dari kata yang
> dilontarkan, melihat makna-makna yang bisa ditunjukkan
> kata yang dipakai, menganggap nilai metafornya, ini
> semua ada pada disiplin  Ilmu Manthik dan ilmu
> balaghah (retorika), anda pernah mempelajari itu
> bukan?, jadi menurut saya pribadi (kenyataannya
> wallahu a'lam) yang dimaksud Gusdur adalah  alqur'an
> itu porno karena al-qur'an sangat transparan
> penjelasan-penjelasan hukumnya (contoh ayat menyusui
> dan ayat menstruasi) dan juga dia terbuka mencakup
> segala sesuatu.
> Lho malah orang yang melarikan kata porno disitu porno
> telanjang (baik telanjang bulat ataupun  tidak bulat
> atau lonjong atau apalah terserah)  itu yang justru
> dipertanyakan, mengapa kok teganya memahami al-qur'an
> itu porno (telanjang bulat),  selera sexnya rendah
> lihat betis aja ngiler.. ha..ha...
> Alqur'an itu mencakup 104 kitab, termasuk didalamnya
> Injil, Cuma injil sekarang bukan Injil yang  dulu,
> Injil satu negara dengan negara lainnya beda.
> Al-qur'an dengan bahasanya yang tetap sepanjang masa
> dan sama dimana-mana telah sanggup menciptakan iklim
> keIslaman. Ia akan dimengerti di Amerika, demikian
> juga di Inggris. Bila ia dibacakan di Jepang, maka ia
> juga dipahami oleh orang-orang India dan Pakistan, dan
> bila ia dibaca di negeri Belanda, maka Mesir, Libya,
> Indonesia akan mengerti, setidak-tidaknya mengenali
> bahwa itulah ayat-ayat Al Qur'an. Qur'an tidak pernah
> dirubah bahasanya dan ini saja sudah dapat dijadikan
> pegangan, bahwa isinya authentic asli. Beda dengan
> Injil yang telah melalui sedemikian banyak terjemahan,
> sehingga keaslian kata-kata mungkin telah menyimpang
> dari maksud semula. Ia disalin dari bahasa Ibrani ke
> bahasa Gerika, lalu ke bahasa Latin, dari Latin oleh
> Marthen Luther pada tahun 1521 disalin ke bahasa
> Jerman. Dari Jerman disalin pula ke dalam bahasa
> Inggris, Belanda, Indonesia, Jawa, Minang, Timor dst.
> Sambil menyalin, maka atas pertimbangan politik.
> sipenyalin menterjemahkannya  pula menurut "situasi
> dan kondisi" setempat. coba lihat misalnya, kalau di
> dalam Injil bahasa Belanda dan Inggris syarat masuk
> surga adalah Door bidden en fasten atau by praying and
> fasting, maka didalam Injil bahasa  Indonesia mereka
> mencukupkan hanya dengan doa, sedangkan fasting atau
> fasten atau puasanya dihilangkan.
>
> Menurut yang pernah saya baca, maksud dengan ayat
> Fasalu ahladzdzikri inkuntum la ta'lamuun itu bukan
> bertanya-bertanya kasat mata saja, belajar teknologi,
> ilmu astronomi  sama mereka juga bisa. Jadi memang
> al-qur'an itu masih sangat global sekali, tidak
> sesempit yang sering lontarkan sarjana tafsir yang
> ternyata bukan sarjana tafsir tapi sarjana Surat Hud
> (he..he).  
>
> Terakhir yang harus anda tahu, bahwa Al-qur'an sudah
> sangat mulia, tidak akan terhina walaupun ada yang
> menghina..
>
>
> Wassalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuhu
>
>
> Muammar Syaubari
>
>
> __________________________________________________
> Do You Yahoo!?
> Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
> http://mail.yahoo.com
>
> --- End forwarded message ---
>








Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....




SPONSORED LINKS
Women Different religions beliefs Islam
Muslimah Women in islam


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke