Bisa saja mereka tetap konsisten terhadap agama tapi mereka sebenarnya sudah meninggalkan kitab suci. Ini banyak terjadi dalam umat beragama. Berapa banyak orang Kristen di Barat yang masih rajin ke Gereja dan membaca Bibelnya. Berapa banyak yang menjadi agnostik? Apa Gereja di Barat selalu penuh dengan umat? Mereka sudah punya kitab suci yang baru yaitu HAM. Mereka meninggalkan Bibel.
Umat Kristen (terdahulu) bukan merekonstruksi tafsir, tapi sudah menambah dan menghilangkan ayat, bahkan mengganti. Bagaimana bisa merekontruksi tafsir kalau Bibel yang berbahasa Ibrani (Aramaic?)nya saja sudah tidak ada? Jadi buat mereka sekarang ini, Bibel yang ada dan beredar kini memang sudah tafsiran semuanya dan kalau mau dirubah-rubah lagi ya silakan aja. Namanya jg tafsir. Baca saja kasus "Comma Johanneum" (penambahan ayat pada kitab Yohannes). Ini sudah diakui oleh ahli alkitab memang sebagai penambahan ayat tapi selama tidak merubah keyakinan dan akidah Kristen, hal ini diperbolehkan. Mbak mau melakukan hal ini pula terhadap AlQur'an? Buat saya, tafsir boleh banyak namun ayat aslinya tidak boleh dirubah biar tetap bisa dijadikan rujukan oleh para ahli tafsir. Pada jaman Nabi SAW hidup, tentunya Nabi SAW juga tidak pernah menafsirkan se mau-maunya beliau. Begitu juga para sahabat dan golongan pertama orang yang masuk Islam. Namun AlQur'an mengatakan merekalah umat yang dapat kemenangan besar. Ditangan orang-orang seperti itulah, umat Islam (akan) berjaya/mendapat kemenangan besar. Kalau sekarang umat Islam gak pernah jaya, ya karena kita emang tidak pernah mau seperti beragamanya orang2 golongan pertama tsb. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Sebenarnya umat kristen tidak meninggalkan bibel, bagaimana mungkin > mereka meninggalkan bibel jika mereka masih tetap konsisten dengan > ke-kristenanya. Yang mereka lakukan justru me-rekonstruksi tafsir > mereka terhadap bibel sehingga mereka keluar dari zaman kegelapan. > Berbeda dengan umat Islam sekarang yang terjerumus terhadap terdahap > pemberhalaan tafsir Qur'an sehingga tertinggal jauh dengan kemajuan > beradaban dan akhirnya berada dalam ruang bayang2. > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" <linadahlan@> > wrote: > > > > Ciamik pak Chodjim...:-) buat kesimpulan akhir dibawah. Saya > > teringat seseorang mengatakan (entah siapa lupa!) bahwa orang > > Kristen (Barat) maju karena mereka meninggalkan Bibel, dan orang > > Islam mundur karena mereka meninggalkan Al-Qur'an. > > > > Saya jadi menghubung2kan neh. Contoh: Hukum Waris. Di Bibel gak ada, > > tapi masyarakat Barat kemudian membuat hukum waris. Artinya mereka > > membuat hukum tanpa ada petunjuk dari kitab sucinya or non > > alkitabiah (namun mereka dah cukup alqur;ani karena membuat hukum > > waris tsb). Karena hukum disana bisa ditegakkan, tegaklah hukum > > waris disana. > > > > Di-negara Islam, yang hukum warisnya dah jelas ada di dalam kitab > > sucinya tapi karena hukum gak bisa tegak, ya memblelah akhirnya > > hukum waris tsb. > > > > wassalam, > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Achmad Chodjim" > > <chodjim@> wrote: > > > > > > Mas Dana, > > > > > > Anda ternyata salah sasaran dengan mengedepankan "uji materi" > > terhadap Kitab Alquran. Bukankah di dalam kitab tersebut ada > > tantangan, yaitu apabila Anda ragu terhadap apa yang diturunkan oleh > > Allah kepada Kanjeng Nabi saw, maka Anda diperintah untuk membuat > > satu surat tandingan. > > > > > > Jadi, finalisasi Alquran itu bukan rekayasa manusia. Bukankah di > > QS 13:38-39 disebutkan bahwa seorang Rasul pun tak berhak membuat > > satu ayat pun. > > > > > > Bukan hanya yang final itu Alquran, bahkan setiap pemeluk agama > > menganggap kitab sucinya telah final. Mana ada sih di Barat orang > > Kristen yang tidak memfinalkan Bibel? Bukankah Konsili Necea yang > > diselenggarakan pada 325 M juga merupakan finalisasi Alkitab (Bibel)? > > > > > > Konflik interpretasi itu sehat, asal argumentatif. Bukankah adanya > > Da Vinci Code juga merupakan konflik interpretasi? Penulisan Hadis > > tak ada hubungannya dengan finalisasi Alquran. Penulisan Hadis > > merupakan perkembangan sejarah masyarakat Islam. > > > > > > Kemandekan suatu umat tak bisa diukur dengan finalisasi kitab > > sucinya. Lihatlah Jepang yang Buddhanya berpedoman pada Tipitakanya. > > Sebaliknya, Birma yang mayoritas Buddis tak maju-maju! Negara Eropa > > Barat maju meski Bibel sudah final, namun negara-negara Afrika > > Kristen tak maju-maju, meski kitabnya sama. > > > > > > Dana: "Tapi karena akhir2 ini hasilnya malah awut2an maka tentu > > saya > > > bertanya: dimana missing linknya?" > > > > > > Perlu diketahui bahwa semua negara yang mayoritas penduduknya > > beragama Islam memang saat ini dalam jajaran negara-negara > > terbelakang. Hal ini bukan disebabkan cara pembacaan Kitab Alquran > > awut-awutan. Cobalah simak kembali QS 25:30, bukankah disebutkan > > bahwa Kaum Nabi Muhammad telah meninggalkan Alquran? Lalu, dari mana > > sampeyan bisa mengklaim bahwa ratusan juta/milyaran muslim telah > > membaca Alquran? > > > > > > Jadi, ketertinggalan kita itu karena kita telah meninggalkan > > Alquran, bukan karena telah membaca Alquran. Perintah "Iqra" pada > > ayat yang pertama kali diturunkan itu tidak dipenuhi oleh Umat Islam. > > > > > > Wassalam, > > > chodjim > > > > > > > > > > > > ----- Original Message ----- > > > From: Dana Pamilih > > > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > > > Sent: Monday, February 05, 2007 6:03 PM > > > Subject: [wanita-muslimah] Re: Yusuf Qardhawi Puji Islam di > > Indonesia - Racism > > > > > > > > > Bung Chodjim, > > > > > > Kepemihakan itu adalah wajar dan saya tidak mempermasalahkannya. > > Yg > > > saya bahas ialah uji materi thd suatu upaya memfinalkan suatu > > pedoman > > > tanpa adanya proses updating yg formal. > > > > > > Kalau tetap efektif, suatu pedoman tidak mungkin dapat difinalkan > > > karena harus dapat terus berkembang. > > > > > > Barangkali ini salah satu dari mandeknya perkembangan Islam > > karena > > > finalnya Al-Qur'an, sehingga reference pointnya selalu kembali > > ke 14 > > > abad yg lalu. > > > > > > Walaupun wahyu selalu turun tetapi tanpa mekanisme formal utk > > > mengupdate induknya segala wahyu niscaya akan mengakibatkan > > terjadinya > > > ambiguitas karena akan selalu terjadi konflik interpretasi > > sebanyak > > > jumlah kepala manusia. Apakah karena ini maka penulisan hadits > > jadi > > > marak sbg upaya dan aspirasi manusia mengupdate suatu pedoman? > > > > > > Ini memang pertanyaan pertanyaan yg mendasar bagi saya, bukannya > > saya > > > mau jadi agnostik tetapi saya ingin melihat bahwa kadar utility > > dari > > > Al-Qur'an itu setinggi mungkin penerapannya. Membaca ayat2 sudah > > > dilakukan ratusan juta/ milyaran muslim dalam kurun waktu ratusan > > > tahun. Tapi karena akhir2 ini hasilnya malah awut2an maka tentu > > saya > > > bertanya: dimana missing linknya? > > > > > > Apakah pelembagaan spt Vatican itu perlu, atau bebas sebebasnya > > spt > > > bermacam2 denominasi dlm Protestanisme, atau apakah ada model yg > > > menurut bung Chodjim paling optimal. > > > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Achmad Chodjim" > > <chodjim@> > > > wrote: > > > > > > > > Mas Dana, > > > > > > > > Sebenarnya tak ada mata rantai logika yang putus. Yang ada > > dalam hal > > > ini adalah "pemihakan". Perhatikan kembali kata "pemihakan". > > Setiap > > > manusia tentunya tak lepas dari pemihakan! Yang dimaksud dengan > > > pemihakan adalah setiap orang --secara nalurinya pun-- pasti > > memihak > > > apa yang dianggapnya paling dekat dengan kebenaran. Oleh karena > > itu, > > > bagi yang Hindu Weda dianggap final, Tipitaka bagi yang Buddha, > > Tao te > > > Ching bagi yang Taoisme, Adigrant bagi yang Sikh, Old Bible bagi > > yang > > > Yahudi, Bible bagi yang Kristiani, dan tentunya Alquran bagi > > yang Islam. > > > > > > > > Hanya yang agnostik saja yang tidak menerima kitab suci. > > Sedangkan > > > para penganut teosofi dan komunis saja punya kitab sucinya > > sendiri, > > > yaitu yang telah dirumuskan oleh tokoh-tokohnya. > > > > > > > > Jadi, jika kita harus jujur, tentunya dalam hal ini termasuk > > Mas > > > Dana, Alquran adalah final karena Anda mengaku memeluk Agama > > Islam. > > > > > > > > Nah, Mas Dana harus bisa membedakan antara Alquran dan wahyu > > semata. > > > Alquran sudah final! Namun, diinformasikan juga dalam Alquran (QS > > > 42:51), Tuhan tak pernah mengakhiri wahyu-Nya kepada manusia. > > Makanya, > > > kita diberi tuntunan untuk berdoa kepada-Nya, termasuk doa yang > > ada di > > > dalam Alfatihah "ihdinaa al-shiraatah al-mustaqiim". Nah, bahasa > > yang > > > digunakan Allah untuk berbicara dengan manusia adalah "wahyu", > > bukan > > > bahasa "suara atau kata-kata". Dengan bahasa wahyu itulah > > akhirnya > > > manusia menyadari bahwa Alquran itu benar (QS 41:53). > > > > > > > > Sekali lagi, bedakan antara "Alquran" dan "wahyu". Lebah > > menerima > > > wahyu (QS 16:68), tapi tak menerima Alquran. Manusia diberi > > Alquran > > > oleh Tuhan --tentunya bagi yang mau menerima, dan bagi yang > > mengaku > > > beragama Islam pasti wajib menerimanya. Jika kita beranggapan > > Alquran > > > belum final, berarti kita termasuk orang yang ragu, dan > > konsekuensi > > > logisnya bukanlah orang yang beragama Islam. > > > > > > > > Lalu, apa tugas kita yang paling pokok dalam memajukan umat? > > > Tentunya rajin "membaca ayat-ayatNya" baik yang ada di alam > > semesta > > > maupun yang ada di dalam Kitab Alquran Mushhaf Utsmani. Kita > > memohon > > > petunjuk kepada Dia agar pembacaan kita terhadap segala > > sesuatunya > > > berada di dalam "track" yang benar! Kita berlindung kepada Dia > > dalam > > > membaca Alquran tersebut agar kita dijauhkan dari gangguan setan > > terkutuk. > > > > > > > > Wassalam, > > > > chodjim > > > > > > > > > > > > ----- Original Message ----- > > > > From: Dana Pamilih > > > > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > > > > Sent: Friday, February 02, 2007 4:18 PM > > > > Subject: [wanita-muslimah] Re: Yusuf Qardhawi Puji Islam di > > > Indonesia - Racism > > > > > > > > > > > > Salam kembali, > > > > > > > > Ada rantai putus logika di sini. Mengapa Al-Qur'an itu harus > > final > > > > tidak boleh ditambah dan dikurangi padahal Allah Maha Hidup dan > > > > manusia terus berkembang? > > > > > > > > Menyatakan Al-Qur'an sebagai final maka berarti isinya > > kalimatuLlah yg > > > > diucapkanNya sejak RasuluLlah diangkat sampai dikodifikasikan > > ayat2 > > > > suci tsb; artinya ada pembatasan lokal dan temporal. > > > > > > > > Apa alasannya bahwa Tuhan tidak lagi berusaha menyampaikan > > sesuatu yg > > > > baru dan lebih relevan bagi generasi manusia penerus seperti > > kita? > > > > Mengapa tidak ada lagi communication channel dari Allah utk > > memberi > > > > petunjuk kepada umat Islam. Padahal kalau kita lihat apa yg > > terjadi > > > > di Timur Tengah dan di belahan dunia lainnya itu peranan > > petunjuk > > > > Allah sangat sangat dibutuhkan saat ini dimana sesama muslim > > saling > > > > membunuh atau terperangkap dalam kesengsaraan ekonomi. > > > > > > > > Saya kira ini cuma ulah para teokrat agar mereka tetap dapat > > > > memonopoli hak utk menafsir kalimatuLlah sesuai dengan > > kehendak dan > > > > kepentingan mereka. Monopoli memiliki nilai ekonomis tinggi. > > > > > > > > Bagi saya dilihat secara netral, hadits tidak lain upaya > > manusia > > > > membubuhkan addendum thd Al-Qur'an yg telah didefinisikan > > secara > > > > final. Hadits diletakkan lebih tinggi dari ijma, qiyas dan > > ijtihad > > > > karena lebih dekat secara lokal dan temporal thd Al- Qur'an. > > Tetapi > > > > dari segi relevansi materi dan penggunaan metodologi ilmiah, > > malah > > > > seharusnya dibalik: ijtihad, qiyas baru ijma. > > > > > > > > Ada komentar mas Chodjim? > > > > > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Achmad Chodjim" > > <chodjim@> > > > > wrote: > > > > > > > > > > Salam, > > > > > > > > > > Ini cacatan sudah setengah bulan lalu. Mbak Layaly > > mempertanyakan > > > > pemahaman tentang "perintah taat kepada Rasul". > > > > > > > > > > Pada beberapa ayat, kata "athi'ullaah" di rangkai dengan > > kalimat > > > > perintah "wa athi'urrasuul" seperti pada QS 3:32, 4:59, 5:92, > > 24:54, > > > > 47:33, dan 64:12. > > > > > > > > > > Ketika Nabi Muhammad saw hadir secara fisikal di tengah- > > tengah > > > > umatnya, perintah tersebut jelas ditangkap secara konkret. > > Kesadaran > > > > tentang kehadiran Allah dan RasulNya itu dialami secara > > realistis. > > > > > > > > > > Bagaimana perintah tsb diterapkan setelah Kanjeng Nabi > > Muhammad > > > > tidak lagi hadir secara fisikal atau seperti sekarang ini > > Kanjeng Nabi > > > > Muhammad itu hadir secara gaib di tengah-tengah kita? > > > > > > > > > > Nah, di sini baru timbul permasalahan! Umumnya Umat Islam > > > > mengerdilkan Allah dan Rasul-Nya menjadi Kitab Alquran dan > > Hadits. > > > > > > > > > > Bayangkan akibat dari pengerdilan itu. Apa yang terjadi? > > Pembodohan > > > > umat. Penindasan oleh sebagian umat Islam terhadap sebagian > > lainnya. > > > > > > > > > > Allah tak bisa dikerdilkan menjadi Kitab Alquran. Allah > > adalah Yang > > > > Mahahidup, dan abadi secara mandiri. Allah tidak tergantung > > kepada > > > > siapa pun. Jadi, ayat kembalikan kepada Allah dan Rasul- Nya" > > tidak > > > > bisa disamakan dengan kembali kepada "Alquran dan Hadis/Sunah > > Rasul". > > > > Kita memang harus kembali secara konkret kepada Allah dan > > Rasul-Nya. > > > > Kita harus secara nyata menaati Allah dan menaati Rasul- Nya. > > Janganlah > > > > Alquran dipakai sebagai pengganti Allah, yang sama artinya kita > > > > berpaling dari Allah. Janganlah Hadis dipakai sebagai > > pengganti Rasul, > > > > yang sama artinya kita menganggap Rasul telah mati! > > > > > > > > > > Oleh karena Allah yang hidup tetap hadir, selalu bersama > > kita di > > > > mana saja kita berada (QS 57:4), makanya kita diperintah untuk > > selalu > > > > memohon kepada-Nya agar ditunjuki jalan yang lurus (ihdinaa > > > > al-shiraath al-mustaqiim). Apa ayat ini sekadar hapalan di kala > > > shalat? > > > > > > > > > > Jika demikian, apa makna Kitab Alquran dan Kitab Hadis buat > > kita? > > > > Kitab Alquran adalah "kitab petunjuk" tentang cara-cara kita > > > > mendapatkan petunjuk dari Allah. Oleh karena itu, ayat- ayat > > Alquran > > > > tak bisa dilepaskan dari kesadaran manusianya yang ingin > > mendapatkan > > > > petunjuk itu (QS 29:49). Jadi, petunjuk itu datangnya tetap > > dari > > > > Allah, bukan dari Alquran. Meski bibir sudah menjadi "dower" > > > > membacanya, tidak menjamin dapat petunjuk, dan bahkan mungkin > > malah > > > > menjauhi Alquran. > > > > > > > > > > Lha, kitab Hadis atau cacatan tentang Sunah Rasul itu apa? > > Hadis > > > > adalah peranti bagi umat Islam untuk mengenali keteladanan- > > keteladan > > > > yang pernah dilakukan oleh Kanjeng Nabi Muhammad saw! > > > > > > > > > > Jadi, Alquran bukan untuk menjadi pengganti Allah, karena > > Allah > > > > selalu hidup dan tak pernah mati. Dan, Hadis bukan untuk > > menjadi > > > > pengganti Rasul karena Rasul tidaklah mati (QS 3: 169). > > Kehidupan > > > > Rasul itu yang kita saksikan dalam "kalimat syahadat" yang kita > > > > ucapkan (entah dalam salat atau dalam "event" apa pun). > > > > > > > > > > Kalau kita bersyahadat sungguh-sungguh, insya Allah kita > > akan diberi > > > > kemampuan untuk mendengarkan sabda beliau, dan selanjutnya > > akan turun > > > > "cahaya Allah" ke dalam diri kita. Bukankah di QS 24:40 > > disebutkan > > > > bahwa "barangsiapa yang tidak diberi cahaya oleh Allah, > > niscaya tiada > > > > cahaya baginya." > > > > > > > > > > Maka, sungguh luar biasa kalau ada orang yang berani > > mengatakan > > > > bahwa "dirinya dapat memberikan pencerahan kepada orang lain". > > Orang > > > > tersebut rupanya lupa terhadap firman Allah di QS 28:56, bahwa > > kita > > > > tak akan bisa memberikan petunjuk/pencerahan (atau apa pun > > sebutannya) > > > > terhadap orang lain itu, meski itu orang yang paling kita > > kasihi > > > > sekalipun. > > > > > > > > > > Semoga kita semua senantiasa di bawah petunjuk Allah, > > sehingga > > > > Alquran pun menjadi hidup dan memberikan "kehidupan" bagi > > kita. Amin. > > > > > > > > > > Wassalam, > > > > > chodjim > > > > > > > > > > > > > > > ----- Original Message ----- > > > > > From: azka > > > > > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > > > > > Sent: Wednesday, January 17, 2007 6:45 PM > > > > > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Yusuf Qardhawi Puji Islam > > di > > > > Indonesia - Racism > > > > > > > > > > > > > > > Lho Mas Dana, bagaimana kita memahami kata2 Athi'urrasul > > (Taatlah > > > > kepada Rasul) yang didalam al qur'an diulang-ulang sekitar 14 > > kali? > > > > > Bukankah perintah taat kepada rasul berarti pula perintah > > > > mengikuti dan percaya dengan hadits2nya?. > > > > > Atau bagaimana? > > > > > > > > > > Layaly > > > > > > > > > > ----- Original Message ----- > > > > > From: Dana Pamilih > > > > > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > > > > > Sent: Wednesday, January 17, 2007 12:47 PM > > > > > Subject: [wanita-muslimah] Re: Yusuf Qardhawi Puji Islam di > > > > Indonesia - Racism > > > > > > > > > > Mengapa tidak Al-Qur'an saja, setahu saya dalam Al- Qur'an > > tidak > > > > > disebut kita harus percaya hadits. > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > >