Bung Ambon,
Ayat tersebut memang digunakan oleh ekstremis untuk menjadi landasan berdirinya 
negara Islam, meski di masa Rasul ayat tersebut diterapkan sebagai pembangunan 
negara yang "Islami". Jadi, kalau mengikuti pemilahan jenis wahyu yang 
disampaikan kepada Kanjeng Nabi Muhammad, ayat 5:51 itu merupakan bagian dari 
"Alkitab" dan bukan bagian dari "Alhikmah" atau "Alquran".

Alkitab memang mengandung risalah kontekstual, sehingga ayat tersebut untuk 
mengokohkan umat yang telah dibentuk oleh Nabi. Namun demikian, kata "wali" di 
situ bukanlah bermakna "pemimpin", akan tetapi sebagai "perkoncoan". Oleh 
karena itu, dalam terjemahan Pickthall kata itu diingriskan "friend", sedangkan 
dalam Yusuf Ali diterjemahkan "friend and protector". Dalam Muhammad Asad kata 
wali dalam ayat itu diterjemahkan "ally".

Jadi, dalam kaitannya dengan kehidupan yang kontekstual pada waktu itu, ayat 
tersebut berfungsi untuk memberikan dukungan terhadap kaum muhajirin dan anshar 
yang menyatukan diri dalam Deklarasi Madinah. Mengapa Yahudi dan Nasrani tidak 
dijadikan in-group waktu itu? Sebab, Deklarasi Madinah telah dikhianati oleh 
kelompok Yahudi (waktu itu), dan mendapat dukungan dari kelompok Kristiani yang 
ada di Madinah (waktu itu).

Bagaimana dengan kehidupan bernegara dewasa ini? Kalau saya melihat realitas 
bernegaranya Amerika, ternyata mereka belum bisa menerima koleganya yang 
Katholik untuk masuk dalam in-group mereka. In-groupnya adalah kaum Protestan, 
hehehe..... 

Untuk ayat yang sifatnya ekslusif begini ya jangan terlalu..... Bukankah setiap 
keluarga ada ekslusivitas... :)

Wassalam,
chodjim



  ----- Original Message ----- 
  From: Sunny 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, February 09, 2007 3:34 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Pandangan Orientalis terhadap Islam


  Berbicara tentang demokrasi kompatibel, coba diperhatikan dulu apa yang 
ditulis dalam kitab suci Al Quran 5:51.

  ----- Original Message ----- 
  From: Dana Pamilih 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, February 08, 2007 6:16 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Pandangan Orientalis terhadap Islam

  Terimakasih utk koreksi datanya. Dan ternyata hanya minoritas yg bisa
  berdemokrasi. Jadi hipotesa bahwa Islam paling siap demokrasi tidak
  ada dukungan data empirisnya? 

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condrowahono
  <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > 1. hisss, yg aku ajukan kan posting yg sebelumnya. dari delapan negara 
  > yg diteliti oom Hoffman. Azerbaijan, Bangladesh, Bosnia,
  > Croatia, Georgia,Macedonia, Russia, and Turkey
  > 
  > 2. Kalo masalah tingkat demokrasi sih, udah jelaslah, kan sebelumnya 
  > juga tertulis :
  > 
  > Currently, 47 countries have citizenries composed of Muslim majorities. 
  > Mali was the only such country given a rating of "free" by Freedom
  House 
  > (2002) for the period from 2001 to 2002; of the remaining 46 countries, 
  > 28 were rated "not free." During the same period, only 11 of the 47 
  > countries were considered electoral democracies by Freedom House.
  > 
  > 
  > 
  > Dana Pamilih wrote:
  > >
  > > Benarkah demikian? Dari 59 negara anggota OIC yg demokratis cuma
  > > Indonesia, Turki dan Malaysia.
  > >
  > > --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com 
  > > <mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com>, Ari Condrowahono
  > > <masarcon@ .> wrote:
  > > >
  > > > Herannya umat Islam malah lebih siap berdemokrasi, daripada pemeluk
  > > > aggama tetangga ....
  > >
  > 
  > 
  > 
  > [Non-text portions of this message have been removed]
  >

  ----------------------------------------------------------

  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG Free Edition.
  Version: 7.5.432 / Virus Database: 268.17.30/674 - Release Date: 2/7/2007 
3:33 PM

  [Non-text portions of this message have been removed]



   

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke