Mas Ari nesu : sex slavesnya gimana boss ? sampean mau bagi satu istrinya ke saya ?
==================== Jano - ko : Itu kan pertanyaan yang enggak Islami, jadi jano-ko tidak bisa menjawabnya. Maksud jano-ko pertanyaan seperti itu kan cocoknya diajukan oleh insan yang belum mengerti tentang Islam. Tanya aja kepada insan - insan yang mengikuti "sex bebas" Islam kan mengajarkan " jangan dekati zina ". Mas Ari sudah faham dengan Islam belum ? Mas Ari, aku perduli lho kepadamu, jangan marah dong. Wassalam ---ooo0ooo--- Ari Condrowahono <[EMAIL PROTECTED]> wrote: sex slavesnya gimana boss ? sampean mau bagi satu istrinya ke saya ? atau anak perempuannya ajah deh. kan mulia sekali tuh, kayak jamaah anshor yang begitu dermawan kepada jemaat muhajirin ? jano ko wrote: > > Mas Ari berkata = > > kenapa yah, negara kita tidak mendukung ajaran mulia ini ???? > > TANYA KENAPA ............ ... ??????? > > ============ ========= ======= > > Jano - ko = > > > Blasphemy : penghinaan kepada Tuhan. > > > Mungkin jawaban dari pertanyaan tersebut dikembalikan kepada mereka > itu, apakah mereka > > > PRO Undang-undang Anti Blasphemy / Undang-undang anti Penghinaan > kepada Tuhan > > ATAU > > ANTI Undang-undang Anti Blasphemy / Undang-undang anti Penghinaan > kepada Tuhan. > > > Kenapa tanya....... ..???? > > > Selamat hujan. > > ---ooo0ooo-- - > > > Ari Condrowahono <[EMAIL PROTECTED] com <mailto:masarcon%40lge.com>> wrote: > saya yakin islam mengajarkan masalah : > - sex slaves dan kawin dengan anak usia 12tahun [asal udah haid]. > - bisa kawin gonta ganti, istrinomer 4 yang diputer. > - untuk kebutuhan dasar seperti dua hal diatas seharusnya khalifah > membiayai warganya > - cara membiayai dan support ajaran islam bisa dengan perang dan ambil > pampasan perang dari negara lain > - untuk yang menghina keyakinan saya ini, bisa dihukum bunuh, karena > blasphemy > > kenapa yah, negara kita tidak mendukung ajaran mulia ini ???? > > TANYA KENAPA ............ ... ??????? > > jano ko wrote: > > > > Ada berita berbunyi = > > > > Penolakan terhadap praktik poligami kembali menguat. Tidak hanya > > datang dari pihak yang mengaku memperjuangkan hak-hak kaum wanita yang > > tertindas saja, tetapi sudah hampir merata dalam setiap segmen > > kehidupan. Aktivis wanita, praktisi, anggota dewan, pejabat publik, > > ulama, dengan suara lantang keluar dari mereka. Semua menyanyikan lagu > > yang sama. Yaitu: Tolak poligami. > > > > ====== > > > > > > Jano - ko > > > > Nah ini salah satu contoh " ignorance ", bisa - bisa malah masuk dalam > > daerah blasphemy, ngapain tho pada ngurusin agama orang lain ? > > > > Contoh soal, > > Untuk Sunny, gimana kalau you tak larang untuk menjalankan ajaran yang > > kamu yakini, jano-ko ingin pendapat you, gimana perasaan kamu ? > > > > Coba aja dibikin statistik banyak mana yang melakukan poligami dan > > yang melakukan poliandri ilegal...... .inga, inga...inga. ... > > > > Sekali lagi, pentingnya Indonesia mempunyai aturan yang mengatur > > blasphemy supaya Indonesia menjadi surga persaudaraan Dunia, bukannya > > surga bagi orang-orang yang "ndeso" / ignorance dan "katrok" > > > > Selamat siang > > > > ---ooo0ooo-- - > > > > > > Sunny <[EMAIL PROTECTED] se <mailto:ambon% 40tele2.se> > wrote: > > RIAU POS > > > > Beramai-ramai Mempersoalkan Poligami > > > > 02 Maret 2007 Pukul 08:41 > > Seorang artis terkenal pernah berkomentar: "Kalau suami saya menikah > > lagi, saya akan melakukan poliandri, cetusnya". Dalam sebuah diskusi > > dengan beberapa kaum hawa, penulis dicecar dengan pernyataan bahwa > > poligami adalah wujud keserakahan kaum lelaki dan bentuk penindasan > > terhadap kaum wanita. Ada lagi seorang wanita menyeletuk: "Ampun deh, > > kalau suami saya nikah lagi. Lebih baik ia jajan di luar daripada saya > > harus menerima kenyataan dimadu". > > > > Penolakan terhadap praktik poligami kembali menguat. Tidak hanya > > datang dari pihak yang mengaku memperjuangkan hak-hak kaum wanita yang > > tertindas saja, tetapi sudah hampir merata dalam setiap segmen > > kehidupan. Aktivis wanita, praktisi, anggota dewan, pejabat publik, > > ulama, dengan suara lantang keluar dari mereka. Semua menyanyikan lagu > > yang sama. Yaitu: Tolak poligami. > > > > Ironi sekaligus menggelikan. Ironi ketika barometer penolakan terhadap > > sesuatu hanya berdasarkan asumsi dan egoisme hawa nafsu dengan > > memarjinalkan akal sehat dan hati nurani. Menggelikan ketika alasan > > penolakan terkesan dipaksakan dan direkayasa dengan memutarbalik > > dalil-dalil agama sebagai justifikasi penolakan. Seperti apa yang > > ditulis Hj Suratiny Sulesdianingrum (selanjutnya disingkat dengan SS), > > "Poligami seperti Komedi yang Pahit" Riau Pos (23/2/2007). Penulis > > tidak bermaksud berpolemik apalagi terlibat dalam pro dan kontra > > poligami, hanya sekedar catatan terhadap tulisan tersebut. > > > > Pertama, SS berkesimpulan bahwa yang berhak menentukan apakah poligami > > itu tepat atau tidak adalah masyarakat. Penulis menduga agaknya SS > > terperangkap dalam logika politik yang sedang ia lakoni. Perlu > > difahami, bahwa syariat Islam tidak sama dengan isu politik, yang > > dapat diterima atau ditolak dengan melakukan jajak pendapat, > > referendum atau poting sekalipun. Perkara menghalal dan mengharamkan > > sesuatu adalah mutlak hak Allah. Manusia tidak memiliki otoritas > > apapun jua untuk mengharamkan yang halal. Bagaimana sendainya sebuah > > komunitas menyatakan bahwa perselingkuhan dan perzinaan adalah > > keperluan hidup manusia modern yang tidak dapat dielakkan. Apakah > > lantas hukum perzinaan berubah menjadai halal? > > > > Kedua, SS menyatakan bahwa yang boleh dikawini dari ibu-ibu anak yatim > > adalah mereka yang mau (ma thaba lakum)". Kemudian ia berkesimpulan: > > Ini menunjukkan bahwa seorang perempuan bisa menolak dan tidak suka > > dipoligami. Penulis mempertanyakan kevalidan data yang digunakan SS > > dalam menarik kesimpulan tersebut, terkesan bahwa SS tidak memahami > > tata Bahasa Arab. Kalau pun kesimpulan itu benar, bukankah SS secara > > mafhum mukhalafah (implisit) mengakui dan membenarkan bahwa tidak > > semua wanita menolak poligami. > > > > Ketiga, dalam memahami QS Al-Nisa, 4: 129-130, SS tidak memilik data > > akurat sehingga menyeretnya kepada kesalahan pemahaman. Ia > > beragumentasi bahwa ayat tersebut merupakan peringatan bahwa biasanya > > sang suami dalam menghadapi konflik dengan sang istri akan cenderung > > kepada perempuan lain dan ingin poligami. Penulis menduga hal tersebut > > adalah sekedar asumsi SS yang ia coba bangun. Sekiranya ia meringankan > > hati untuk membuka kitab-kitab tafsir, otomatis dengan sendirinya ia > > sadar bahwa asumsi tersebut jauh dari kebenaran. Silahkan buka Alquran > > dan terjemahannya, milik Departemen Agama, dijumpai di sana bahwa > > terjemahan SS sangat jauh menyimpang dari terjemahan resmi pemerintah. > > > > Di sisi lain penafsiran "Adil" yang terdapat di QS 4: 2 harus merujuk > > kepada pengertian "adil" yang terdapat pada QS 4: 129, sehingga > > menghasilkan pemahaman utuh dan integral terhadap nash tersebut. Imam > > Ibnu Katsir menukil dari Ibnu Abbas bahwa seorang suami tidak akan > > mampu berlaku secara sama terhadap istri-istrinya dalam segala aspek. > > Walaupun gambaran lahiriahnya sama, misalnya setiap istri mendapat > > giliran satu malam untuk masing-masing, pastilah hal itu mengandung > > perbedaan dalam cinta, syahwat dan hubungan intim. > > > > Asbab al-Nuzul ayat tersebut adalah terkait Aisyah. Maksudnya, secara > > batin Rasul memiliki kecendrungan lebih kepada Aisyah daripada > > terhadap istri-istri lainnya. Namun secara lahiriah Rasul tetap > > bersikap adil terhadap semua istri-istri beliau. Hal ini terekam dalam > > hadits riwayat Ahmad: "Adalah Rasulullah SAW memberi giliran bagi > > istri-istrinya secara adil, kemudian beliau bersabda: "Ya Allah! > > Inilah pembagian (yang aku berikan kepada istri-istriku) atas apa yang > > saya miliki. Maka janganlah Engkau mencelaku terhadap apa yang Engkau > > miliki dan tak kumiliki (kecenderungan hati)". > > > > Jadi, pengertian "Adil" yang menjadi syarat utama bagi pelaku poligami > > adalah adil lahiriah, bukan adil batiniah. Sebab seseorang mustahil > > mampu mematikan kecenderungan hati karena ia berada di tangan Allah. > > Inilah makna sabda Rasul: "Barangsiapa yang beristri dua, lalu ia > > cenderung berlebihan kepada salah satunya (kecendrungan perlakuan), > > maka pada hari kiamat ia akan tampil dalam keadaan salah satu sisi > > pundaknya miring". HR. Ahmad > > > > Kata orang zaman ini adalah "zaman edan". Kalau tidak ikutan edan, > > maka akan tergilas. Di antara cirinya adalah yang baik > > dipermasalahkan, yang buruk dilegitimasi. Poligami ditolak > > mentah-mentah, perselingkuhan dan perzinaan dianggap suatu yang > > lumrah. Yang halal dianggap tabu, yang haram dielu-elu. Setuju atau > > tidak dengan hipotesa ini, yang jelas Rasul pernah memperingatkan: > > "Jika engkau tidak memiliki rasa malu maka berbuatlah sekehendak > > hatimu". Kalau begitu, silahkan bertanya kepada hati nurani > > masing-masing, disana ada jawabannya. Wallahu A'lam.*** > > > > H Roudhatul Firdaus Lc, > > Direktur Sharia Consulting Center (SCC) Riau. > [Non-text portions of this message have been removed] Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]