kalo menurut saya, pesawat adalah kendaraan yg cukup aman dgn catatan
semua prosedur perawatan dan operasonal dipatuhi.
misalnya kalau sebelum berangkat mesinnya batuk-batuk ya gak usah
berangkat. pada saat ganti olie melalui perosedur yg benar dan dicek
oleh pengawas yg benar. ketika ada kerusakan di perjalanan ikuti
prosedur yg benar. misalnya ketika mau terbang tiba2 satu mesinnya
mati, pada saat tertentu bisa aja direm atau tetap terbangin aja,
semuanya ada persyaratan tertentu walau pengambilan keputusannya
memang harus cepat.

lha untuk kasus flap gak keluar pas mau mendarat. saya yakin pilot
pasti tahulah. karena rasanya pasti beda. kayak kalo kita naek motor
kemudian bannya oleng pasti terasa. dan kalau cuman itu masalahnya gak
mungkin lah yauw sampe meledak di udara.

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Wikan Danar Sunindyo"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> kalau poin 3 ini menurut saya nggak bisa disalahkan.
> karena tahunya pilot ada kerusakan kapan, dan keputusan untuk
> melakukan suatu tindakan itu memang hanya sepersekian detik. (makanya
> pekerjaan pilot itu berat, beda sama engineer pesawat. pilot harus
> memutuskan dalam waktu yang sangat singkat, berhadapan dengan
> instrumen yang suangat buanyak yang diciptakan oleh engineer, udah
> gitu ratusan nyawa bergantung padanya. kebayang kalau pilot lagi
> banyak pikiran, bete, berantem sama istrinya, anaknya belum bayar
> sekolah, bisa2 pilotnya nabrak. makanya pilot digaji tinggi biar
> kondisi hati dan pikirannya tentram dan bisa fokus ke pesawat. kalau
> gak gitu mending lari ke maskapai lain deh :) )
> 
> oke, kalau ada pengalaman pesawat Garuda mendarat selamat di Bengawan
> Solo, belum tentu juga kalau si pilot GA 200 membawa ke Solo bakal
> selamat juga. Siapa tahu meledak di udara, atau crash di Bengawan
> Solo, siapa tahu? Nanti Mbak Sarinesia bakal ngomongin pilot nggak
> canggih juga :)
> 
> salam,
> --
> wikan
> http://wikan.multiply.com


Kirim email ke