Mba Flora,

Mba tentu sedikit banyak paham kan yu soal gender-based dan non-
gender-based languages?

Yang saya ketahui, terutama dari bangku kuliah, bahasa yang gender-
based itu juga punya 'neuter' gender alias tidak laki dan tidak 
perempuan, tapi ketika harus menggunakan kata ganti bergender, sec 
arbitrer penutur bahasa itu akan sepakat menganggap benda yang netral 
itu dengan acuan gender tertentu.

Nah dalam bahasa Arab, ini setidaknya dari teman dan guru saya yang 
fasih berbahasa Arab, dan juga dari referendi di internet, hal ini 
juga berlaku. 

Kalo tidak salah di postingan mba Flora juga disebut ya bahwa ...
"> > Sedangkan Allah, the Creator, tidak terikat pada kejamakan, 
tidak 
> laki2
> > maupun perempuan. 
> > Allah is shapeless, imageless, genderless.
> > Untuk itulah umat Islam lebih bersikap determined untuk menyebut 
> Allah, Sang
> > Pencipta."

Dan memang, kata ganti HUWA dalam bahasa Arab tidak serta merta 
menunjukkan bahwa benda yang dirujuk itu bergender Laki-laki. 

Selain itu, jika memang Allah itu berasal dari 'al' dan 'ilah' yang 
lalu maknanya adalah 'the god' tentu itu tidak sama dengan proper 
name, melainkan sekadar menunjukkan 'definite object'. 

Misalnya, saya sebut 'perempuan' ... lalu sebagaimana lazimnya dalam 
bahasa yang mengenal 'article' spt bahasa Inggris -- yaitu 'a' 
atau 'an' untuk tunggal indefinit atau 'some' atau pembentuk kata 
jamak umum spt akhiran '-s' atau '-es' atau lainnya untuk jamak 
indefinit, dan article 'the' untuk definit baik tunggal maupun jamak -
- maka untuk penyebutan selanjutnya, saya akan menggunakan 'the' yang 
mungkin dalam bahasa indonesia adalah 'si' (untuk person atau yang 
dipersonifikasi) dan 'itu' atau 'ini' sehingga menjadi 'si perempuan' 
atau 'perempuan ini' atau 'perempuan itu'. Tapi apakah itu sudah 
menunjukkan NAMA perempuan itu?

Inilah beda pengertian dan makna name secara generik, dan proper name!

Jadi saya kita tidak sama menganggap Allah sebagai bentukan 'al-ilah' 
karena 'al-ilah' bukanlah proper name tapi definit reference/pronoun, 
sedangkan Allah (meskipun bisa dibuktikan berasal sec etimologis 
dari 'al-ilah' ... which i doubt strongly) adalah NAMA, proper name.

Contoh lain deh. Teman amrik saya yang mualaf, eks pendeta, punya 
surname/family name OWENSBY, yang konon katanya bermakna 'desa/kota 
kecil (tempat) ksatria muda' ... owens=young warrior(s) dan 
by=village. Itu sec etimologis. Tapi apakah kemudian teman saya ini 
bisa (=wajar) kalo disapa dengan makna dari namanya itu?

Betul kan mba?

afu minkum,
salam,
satriyo



--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "asetijadi2004" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> mbak Flora,
> 
> IMHO, orang lupa bahwa yang kata anda unik itu juga bukan "come 
from 
> the air" tapi juga ada sebab.
> 
> 'ilah' itu bisa jamak, tapi 'al-ilah', 'Allah' itu ilah tertentu, 
> unik,satu
> 
> sama juga, 
> 
> 'dewa' itu bisa jamak, tapi 'dewa yang itu' itu maknanya satu
> 'god' itu bisa jamak, tapi 'the god' itu satu 'god' tertentu.
> 
> bilang kata 'Allah' itu genderless, itu kesimpulan akhir yang 
terkait 
> dengan sistem nilai ketauhidan bukan dari sisi bahasa. 
> Secara bahasa kata gantinya 'huwa' Dia(lk).Silahkan lihat di Al-
> Quran. Karena Arab memang bahasa yang bergender.
> 
> Bahasa Indonesia sebaliknya tidak berjender, 
> jadi Allah secara 'pas' disebut sebagai Dia.
> Tidak perlu penjelasan tamabahan lagi, secara bahasa pun, Allah 
sudah 
> tidak terdefinisi gendernya.
> 
> 
> 
> 
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Flora Pamungkas" 
> <florapamungkas@> wrote:
> >
> > 
> > Numpang nimbrung ...
> > 
> > Allah adalah proper name, nombre propio, nama asli.
> > Berhubung nama asli, maka tidak untuk diterjemahkan.
> > Nama asli ALLAH ini mengandung keunikan, uniqueness, el ùnico, 
satu-
> satunya,
> > the One and Only.
> > Beda hal nya jika kita menyebut Tuhan = God
> > Kata god, singular = tuhan, bisa dijamakkan, menjadi gods /dewa2, 
> yang ini
> > maskulin/male gendernya. 
> > Sedang kalau digenderkan feminin/female- menjadi goddess/dewi2, 
> > Jadi kata God ini lebih bisa membiaskan kejamakan dan juga jenis 
> kelamin. 
> > 
> > Sedangkan Allah, the Creator, tidak terikat pada kejamakan, tidak 
> laki2
> > maupun perempuan. 
> > Allah is shapeless, imageless, genderless.
> > Untuk itulah umat Islam lebih bersikap determined untuk menyebut 
> Allah, Sang
> > Pencipta.
> > Karena Allah bersih dari pengasosiasi-an plural dan ke-jender-an 
> itu.
> > 
> > Jauh sebelum turunnya Al Qur'an dan hingga kini, orang Arab 
> Kristen, Arab
> > Yahudi juga menyebut Allah sebagai Tuhan.
> > Semua agama yang berasal dari Nabi Ibrahim, sama2 menyebut Allah 
> sebagai
> > Tuhan.
> > Di CNN saya pernah lihat perayaan Natal di sebuah gereja di Iraq.
> > Dalam nyanyian koor di gereja, mereka menyebut-nyebut Allah dalam 
> nyanyian2
> > mereka.
> > Kepada ibu guru saya yang orang Arab Palestina, saya tanyakan 
kenapa
> > nyanyian mereka menyebut Allah.. Allah?
> > Dia jawab bahwa memang orang Arab Kristen, Arab Yahudi juga sama 
> seperti
> > kita menyebut Allah. 
> > 
> > BTW, soal menterjemahkan nama,
> > saya pernah mengalami kebingungan waktu tinggal di Argentina.
> > Dalam berbagai kesempatan, orang2 bertanya kepada saya:
> > siapa namamu di Indonesia?  Saya jawab: Flora
> > Mereka bilang, Lha iya, Flora itu kan nama Spanyolnya, di 
Indonesia 
> apa?
> > Saya bingung, wong memang ortu kasih nama itu, di akte kelahiran 
> juga
> > begitu: Floradianti.
> > Maksud almarhum Bapak saya: Radiant Flower, lalu di-jawa-in jadi 
> Floradianti
> >  disingkat Flora.
> > Memang sih kalau maksa mau diterjemahin ke Indonesia, bisa saja 
> jadi Bunga,
> > Sekar, Kusuma.
> > Tapi kalau saya dipanggil dengan nama2 itu, bisa dipastikan saya 
> tidak akan
> > menoleh atau menyahut.
> > 
> > Rupanya di kalangan orang yang berbahasa Spanyol, nama2 orang 
banyak
> > diterjemahkan ke bhs spanyol.
> > Seperti: Charles= Carlos, (ceweknya Carla), William= Guillermo, 
> George=
> > Jorgè, Ronald= Ronaldo, dsb.
> > 
> > Saya masih kurang terbiasa dengan terjemah2an nama.
> > Baru2 ini teman kerja suami datang ke rumah.  Lalu 
> security/resepsionis di
> > lantai dasar menelpon saya.
> > Dia bilang: Mrs. Pamungkas, Mr. Steven wants to see you.
> > Saya bingung, merasa nggak kenal, lalu telepon diserahkan ke Mr. 
> Steven itu.
> > Hola, Flora!  Que tal? Soy Esteban, y Wahyu esta?
> > Ya ampuuun... rupanya Esteban, lagi cari suami saya (Wahyu).
> > Dari tadi kek .. bilang Esteban, jangan Steven gitu, bikin 
bingung 
> ajah...
> > 
> > Kalau nama Bambang, Endang, Tuti, Rini, dsb itu nama asli juga ya 
> (cmiiw)
> > Seperti halnya nama Allah, nama asli yang hanya mutlak miliknya 
Sang
> > Pencipta.
> > Dulu waktu kecil, saya diajarin berdoa dalam bahasa Jawa dan 
> memanggil Gusti
> > Allah ...
> > 
> > Wassalam,
> > Flora
> > 
> > ----------------------------------------------
> > Re: "My Choice, My Image, My Dress," Muslimah Australia 
> > Posted by: "Chae" chairunisa_mahadewi@   chairunisa_mahadewi 
> > Mon Apr 16, 2007 10:39 pm (PST) 
> > 
> > ......................dst.............
> > 
> > Bukankah Allah, adalah nama panggilan pada sang Pencipta dalam 
> bahasa
> > arab?? apakah saya tidak boleh memanggilnya dalam bahasa yang 
lain??
> > misalnya saya hendak memanggil-Nya lebih mesra dalam bahasa
> > sunda..misalnya dengan panggilan "Gusti nu Maha Agung"
> > 
> > Kalau dulu Musa memanggilnya dengan sebutan "Aku" pada sang 
> Pencipta,
> > kemudian Yesus memanggilnya lebih mesra dengan sebutan 
Ayah...apakah
> > itu sebuah kesalahan???
> > 
> > .................dst..............
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
>


Kirim email ke