dalam bahasa Arab al-ilah melebur jadi allah, proses phonetic saja, 
seperti misalnya al-samawati dibacanya as samawati, gitu.

laa ilaha illallah, terjemahan harafiahnya memang: tiada tuhan 
melainkan tuhan itu, there is no god but (the) god.  tapi kalo 
diterjemahkan tiada tuhan melainkan Allah, pun boleh, karena Allah 
bisa disebut proper name.

namun proper name dalam pengertian nama tuhan maksudnya: 
nama 'Allah' itu merefer pada sesuatu, tapi sama sekali nggak 
menjabarkan apa-apa tentang sesuatu itu. ini pengertian salah satu 
definisi'proper name' dari wikipedia, yang mungkin bisa mendukung 
pengertian kita tentang 'proper name' Allah.

artinya kalau bicara soal nama atau panggilan saja, pastilah ketika 
kita bilang Allah itu merupakan sarana sebutan kepada 'sesuatu itu'. 
FULL STOP.

dalam budaya suku-suku tua, termasuk Baduy Dalam, nama-nama tuhan 
jarang disebut dalam kehidupan sehari-hari, mungkin mereka takut 
kuwalat salah sebut proper name, karena fungsi simbol penting untuk 
kehidupan sehari-hari mereka.  Selain itu dalam sejarah tuhan 
disebutkan ketika masyarakat mengalami perubahan (i.e urbanisasi) 
nama tuhan tersebut dan konsepnya juga mengalami perubahan, seolah-
olah 'ditinggalkan', namun sebenarnya berubah sesuai wawasan kita 
(Karen Armstrong). Yesus, anak Tuhan misalnya, menurut KA, Paul akan 
marah besar kalau dibilang Yesus anak tuhan secara harafiah 
badaniah. Tapi kan begitu kenyataannya kemudian, yaitu wawasan 
setelah jaman Paul berubah tentang 'Yesus anak Tuhan', yang lebih 
personal sifatnya. Dan sekarang sedang mengalami perubahan lagi.

selanjutnya lailahaillallah adalah suatu kalimat action. bahwa 
setiap kali kita merasa mengedepankan ego kita, mempersonalisasikan 
tuhan, menggantungkan hidup pada kekayaan, status dll - kita harus 
mencairkan itu dan mencari keseimbangan lagi. proses yang terus 
menerus tak berakhir selama kita hidup, makanya selalu disebut 
begitu laa ilaha....illallah.

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Tri Budi Lestyaningsih 
\(Ning\)" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>  
> Kalau gitu bukankah mustinya "laa ilaha ila Al ilah" mas ? Apa 
terjadi
> gejala bahasa atau budaya sehingga berubah dari Al ilah menjadi 
Allah ? 
> Anyway, saya bukan ahli bahasa atau antropolog.  Jadi maaf gak bisa
> kasih tanggapan, dan gak tau juga kebenaran atau kesalahan yang di 
atas.
>  
> Meskipun demikian, ujung-ujung dari diskusi ini kan sama. Bahwa 
yang
> kita sembah itu ya Allah  yang itu, bukan yesus, bukan dewa air, 
bukan
> dewa-dewa yang lain. Karena yang lain-lain itu mungkin saja 
(dianggap)
> tuhan (god) tapi bukan Tuhan yang seharusnya (The God). Dan Allah 
juga
> memerintahkan kita untuk memanggil dengan asmaul husna yang 99 itu,
> bukan dengan yang lain (Al A'raaf:180), jadi ya kita panggil dengan
> nama-nama itu saja kan ? Untuk apa membuat-buat nama lain, yang 
belum
> tentu (atau sudah pasti tidak) disukai Allah. Ya kan ?
>  
> Wallahu'alam bishowab.
> Wassalaam,
> -Ning
>  
>  
> ________________________________
> 
> From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Wikan Danar
> Sunindyo
> Sent: Tuesday, April 24, 2007 11:51 AM
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: The Name of Allah
> 
> 
> 
> menurut saya sih gak aneh,
> kebetulan dalam bahasa Indonesia tidak mengenal article seperti 
dalam
> bahasa Inggris a, an atau the ... atau dalam bahasa Arab-nya al.
> Maksudnya kan "there is no god but The God" kalau 
dibahasaindonesiakan
> menjadi "tiada tuhan selain Tuhan (itu)". Kalau dalam bahasa 
inggris,
> the itu menunjukkan article yang berarti satu-satunya, misal the
> earth, the sun ... berarti bumi itu cuma satu, matahari cuma satu.
> Kalau The God, berarti Tuhan yang cuma satu.
> 
> salam,
> --
> wikan
> http://wikan.multiply.com <http://wikan.multiply.com> 
> 
> On 4/24/07, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) <[EMAIL PROTECTED]
> <mailto:ninghdw%40chevron.com> > wrote:
> > Saya yakin, tuhan yang sejati, yang patut disembah, ilah, itu ya
> memang
> > bernama Allah. Mas Janoko yang suka tiba-tiba muncul di sela-sela
> > percakapan menuliskan sesuatu yang sangat logis untuk 
menjelaskan hal
> > ini, menurut saya, yakni bunyi syahadat : "Laa ilaha ila Allah", 
yang
> > artinya tidak ada tuhan selain ALLAH. Kalau Allah itu artinya 
sama
> > dengan tuhan, maka arti syahadat itu jadi aneh kan ? Tiada tuhan
> selain
> > tuhan... Ato gimana ?
> 
> 
>  
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke