http://www.kompas.com/kompas-cetak/0704/23/Politikhukum/3473159.htm

Senin, 23 April 2007

Kebijakan Publik
Kepentingan Perempuan Tak Sepenuhnya Terakomodasi

Jakarta, Kompas - Sedikitnya jumlah perempuan yang turut menekuni
politik membuat kepentingan perempuan tak terakomodasi dalam kebijakan
publik. Kesenjangan kualitas hidup antara perempuan dan laki-laki pun
semakin jauh. Kesejahteraan perempuan sulit diperbaiki.

Direktur Eksekutif Pusat Pemberdayaan Perempuan dalam Politik Titi
Sumbung pada diskusi yang diadakan Korps Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia Putri dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama di Jakarta,
Sabtu (21/4), mengatakan, sedikitnya perempuan dalam kekuasaan membuat
proses demokrasi yang dibangun mengalami defisit. Perempuan yang
jumlahnya hampir sama dengan laki-laki tak menjadi prioritas dalam
kebijakan.

Dalam Pemilu 2004, hanya 11 persen perempuan dari seluruh anggota DPR.
Di Dewan Perwakilan Daerah (DPD), jumlah anggota perempuan mencapai 21
persen. Persentase perempuan di DPRD provinsi dan kabupaten/ kota
lebih sedikit lagi.

Di jajaran eksekutif, jumlah pegawai negeri sipil perempuan mencapai
40,62 persen. Namun, jumlah yang memiliki golongan eselon I hanya
14,68 persen.

"Perempuan kurang mendapat peran dalam struktur kekuasaan dan proses
pengambilan keputusan," kata Titi.

Sedikitnya perempuan yang berperan dalam penentuan kebijakan membuat
kualitas perempuan Indonesia rendah. "Kebijakan ekonomi, politik,
kesehatan, dan lainnya tidak berpihak kepada perempuan bila kerangka
pikir masyarakat dan pengambil keputusan masih dikuasai budaya
patriarki," kata Ketua Departemen Filsafat Universitas Indonesia Gadis
Arivia.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tingkat partisipasi kerja
perempuan hanya separuh dari laki-laki. (mzw)

Kirim email ke