Bermata Tapi tak Melihat

Oleh: Ir. Permadi Alibasyah


Dalam salah satu hadits, diriwayatkan Rasulullah saw bersabda:

"Hati manusia pertama kalinya adalah seperti cermin, bersih dan cemerlang. 
Ketika ia berbuat dosa, satu bintik hitam muncul, dan semakin banyak ia
berbuat dosa, semakin banyak bintik hitam, sampai seluruh hati menjadi hitam
 dan tak ada satu pagi atau satu malam pun yang berlalu tanpa dosa terhadap
Tuhan"

Banyak orang yang mempelajari Al Qur'an, tetapi hanya sedikit sekali yang
mampu menjadikannya sebagai sesuatu yang BERMANFAAT untuk membentuk
kepribadian yang indah.  Fakta ini tentunya menggugah hati kita untuk
bertanya, kenapa terjadi hal yang demikian itu?  Rasanya tidaklah berlebihan
kalau kita ambil kesimpulan, bahwa salah satu sebab dominan mengapa orang
tidak dapat memanfaatkan Al Qur'an, adalah karena orang itu tidak dapat
memasukkan ayat-ayat Al Qur'an ke dalam hati sanubarinya. Ia hanya mampu
memahami Al Qur'an dengan otaknya, tetapi ia tidak mampu membuat Al Qur'an
menembus ke dalam jiwanya.  Oleh karena itulah tidak heran bila kita masih
sering mendengar seorang ustadz yang berbuat zalim atau melakukan
tindakan-tindakan yang tidak terpuji.  Demikian juga seringkali kita melihat
orang yang hidupnya amburadul, padahal ia tidak anti agama bahkan rajin
mengikuti pengajian-pengajian Al Qur'an.

Marilah kita mencoba mencari tahu, mengapa orang dapat memahami Al Qur'an,
tetapi tidak mampu membuat Al Qur'an itu menembus masuk ka dalam hati
sanubarinya?

Kalau kita kaji Al Qur'an, banyak ayat yang mengisyaratkan bahwa Al Qur'an
itu adalah pedoman untuk orang yang bertaqwa.  Salah satunya adalah surat Al
Baqarah ayat 2: "Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa."  Mungkin inilah kata kuncinya, yaitu KEUTAMAAN
AL QUR'AN HANYA DAPAT BERMANFAAT BAGI ORANG YANG BERTAQWA.  Artinya, hanya
orang yang bertaqwa sajalah yang dapat menjadikan Al Qur'an itu sebagai
pedoman hidup yang bermanfaat dalam mencapai kebahagiaan.  Keadaan ini dapat
diibaratkan dengan cahaya.  Tentunya tidak ada yang dapat membantah bahwa
cahaya itu sangat diperlukan oleh manusia.  Tetapi tidak semua manusia dapat
memanfaatkan cahaya bagi kehidupannya.  Hanya orang yang melihat saja yang
dapat memanfaatkan cahaya.  Sedangkan bagi orang buta, ia hanya tahu bahwa
cahaya membuat sesuatu menjadi indah, tetapi ia sendiri tidak dapat
memanfaatkan cahaya itu dalam kehidupannya.

Rupanya Al Qur'an demikian juga.  Ia hanya dapat bermanfaat bagi orang yang
hatinya tidak hitam atau tidak berkarat, yaitu hatinya orang-orang yang
bertaqwa.  Mungkin ini sebabnya Allah berfirman dalam surat Asy Syams ayat 9
dan 10: "Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya."

Mengapa demikian? Karena, bukankah merupakan suatu kerugian yang amat besar,
bila kita tidak dapat merasakan manfaat Al Qur'an?  Memang, semua orang
mampu mempelajari Al Qur'an, tetapi sejarah mencatat, tidak semua orang
mampu memanfaatkan Al Qur'an.  Dengan demikian sekarang menjadi jelas bagi
kita, bila kita sering melanggar aturan main-Nya - sebagai lawannya sikap
bertaqwa - maka kita tidak akan mungkin dapat mengambil manfaat dari Al Qur
an secara optimal; kita hanya dapat memahami Al Qur'an tetapi tidak bisa
menancapkannya ke dalam hati sanubari menjadi keyakinan yang akan membentuk
pribadi yang indah.  Keadaan ini ibarat kata pepatah "bermata tetapi tak
melihat".  Inilah sebenarnya bahaya terbesar dari sikap yang melanggar
aturan main-Nya, sebagaimana ditegaskan Allah dalam Al Qur'an surat Al
Muthaffifiin ayat 14, yaitu: "Apa yang telah mereka kerjakan itu menjadi
karat bagi hati mereka."

Dengan memahami bahwa Al Qur'an tidak dapat bermanfaat bagi jiwa yang kotor,
sebagaimana halnya cahaya yang tidak dapat mendatangkan manfaat bagi orang
buta, mudah-mudahan kesadaran akan hal ini dapat mengerem langkah kita
setiap akan melakukan dosa.

(dari buku: Sentuhan Kalbu Melalui Kultum)

--------------------------------------------------------------

Posted by: "Wikan Danar Sunindyo" [EMAIL PROTECTED]   wix95 
Mon Aug 27, 2007 9:37 pm (PST) 
Assalamu'alaikum wr wb

Memang sebaiknya kita tidak menggeneralisir permasalahan, seolah2
Semua guru ngaji dan aktivis rohis semuanya adalah teroris dan
Penculik anak. Saya yakin masih banyak guru2 ngaji dan aktivis2 rohis
Lain yang baik dan istiqomah dalam berdakwah.

Sebaliknya juga, kita juga tidak boleh menutup mata dan berkesimpulan
Bahwa semua guru ngaji dan aktivis rohis adalah orang baik yang
Terlepas dari dosa dan kesalahan, sehingga kita membela oknum2 yang
Menyalahgunakan agama dan posisi mereka untuk kepentingan pribadi.

Wassalam,
--
Wikan
http://wikan.multiply.com

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke