Sayangnya, mbak. Banyak sekali yg masih punya pola pikir, minjem
istilahnya mbak Lina atau mbak Tri saya lupa, "blas" gitu. Atau pola
pikir yg terburu-buru dan mungkin penuh prasangka (atau ketakutan?)
thd sesuatu istilah atau suatu pandangan dari pihak lain. Ini yg
menjelaskan kenapa muncul prasangka soal perbedaan 'fungsi muhrim':
melindungi dan menguasai antara mbak mia dan mbak Lina (yg untungnya,
diklarifikasi oleh mbak Mia). Padahal maksudnya mbak Mia adalah,
perempuan itu adalah makhluk yg punya kapasitas melindungi dan juga
perlu tau bagaimana melindungi dirinya sendiri serta "hubungan
perlindungan" ini diterapkan secara timbal-balik.. sesuai potensi dan
kemampuan masing2. Gak bisa "disamaratakan". 

Jadi inget komik doraemon. Nobita adalah anak laki2 yg 'lemah' dan
sangat  mencintai suzuka, teman mainnya yg akan jadi istrinya di masa
depan. Tapi nobita ini suka usil dan 'khawatir' kalau2 suzuka tidak
memenuhi 'suratan nasibnya'nya menjadi istrinya. Jadi, dia sering
'intervensi' dng datang ke masa depan dng bantuan alat2 doraemon.
Awalnya sih karena rasa usil dan penasaran yg kemudian berkembang jadi
kekhawatiran karena melihat dirinya di masa depan yg masih 'lemah' sbg
seorang laki2. Pikirnya, gimana suzuka mau sama nobita yg spt itu?
Namun  lucunya, ketika nobita masa depan melamar suzuka, alasan suzuka
menerima nobita adalah... suzuka merasa trenyuh (alih2 bilang kasian
:P)dng nobita. Pikir suzuka, apa jadinya nobita tanpa suzuka
disampingnya yg selalu "melindungi"nya dng berbagai cara.. hihihi.
Coba bayangkan kalau tidak ada perempuan spt suzuka, yg 'kuat' namun
masih 'feminin' (karena suzuka digambarkan sbg gadis manis, sederhana,
lembut dan baik hati rebutan para anak laki2), mungkin laki2 spt
nobita gak bakal dapet istri :P, simply karena nobita tidak mampu
menjadi laki2 yg 'kuat' dlm pengertian 'kuat' spt yg dituntut
masyarakatnya. Untunglah suzuka ternyata selain manis dan baik hati,
juga berpikiran terbuka... hehehe.. maklum, puasa2 gini enaknya baca
komik :P.

Sekedar memberikan sisi lain saja, bahwa yg terkena dampak bukan cuma
perempuan saja, tapi laki-laki yg juga dituntut utk menjadi 'kuat'
oleh masyarakatnya. Banyak juga loh laki2, apalagi yg kurus kering :P,
memaksakan diri utk fitness mati2an sekedar untuk "membesarkan"
badannya, agar bisa memenuhi konsep laki2 yg bisa 'melindungi'. Hehehe..

Eniwei, klarifikasi dan dialog spt ini perlu sekali, untuk meluruskan
prasangka dan pola pikir yg blas atau terburu-buru. Meski dalam banyak
kasus, utamanya para pembuat kebijakan dimana nasib ribuan rakyat
ditangannya, kagak ngaruh juga, hehehe... Dikasih training berkali2
juga gak ngaruh. Karena pola pikir adalah suatu tradisi.. kebiasaan.
Tapi bukan berarti tidak bisa diubah. Makanya ada forum spt WM ini. Ya
pantes aja, email lo gak direspon di milis lain, wank :-) Sama halnya
ketika mas DWS mengingatkan 'refleksi' terburu-burunya mas Ambon. Dan
dikritik atau diingatkan itu hal yang biasa. Gue juga suka berpikir
blas, apalagi kalo lagi PMS hehehe. Dan biasanya diingatkan teman.
Kalo udah mikir.. bener juga yak, paling cengengesan doang hehe. 

Bukan tradisinya WM utk berpikir blas atau terburu-buru. Jadi, bukan
sholat doang yg gak boleh terburu-buru. Kan katanya Allah gak suka ma
sesuatu yg dilakukan terburu-buru, hehehe.

Sori kalo ngelantur kemana-mana..

PS. WM gak bikin acara buka puasa bersama nih? Sekalian demo bagaimana
cara memilih blewah yg mantap? hehehe.. maren meeting di kantor orang
eh kebetulan orang2 pada telat dan ada demo masak poffertjes, ada
ibu-ibu yg jual kompor listrik. Bisa utk serabi, kue cubit, dll tapi
ukurannya agak kecil. Cocok buat jualan. Tapi harganya 350rb :-(


salam blas,
H.


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Mba Ning, kita di sini bicara fenomena relasi perempuan-laki2 dan 
hubungannya dengan fiqh atau hukum fiqh yang dijadikan hukum negara 
atau perda.  Jadi bukan ttg: "Kalau saya sih merasa nyaman kalau 
dianter kemana-mana oleh suami. Malah kalau dia ngga bisa nganter, 
saya yang menuntut dia he..he..he.. Kalau mbak Mia, kayaknya akan 
menolak mentah-mentah kalau suaminya berbaik hati mau mengantar."
 
Bukan pula soal 'muhrim melindung atau menguasai perempuan'. Semua 
orang harus saling melindungi sesuai kapasitas masing-masing.  
Seorang perempuan bisa melindungi nama baik suaminya. Perempuan yang 
ahli bela diri juga bisa melindungi keselamatan fisik suaminya, dan 
vice versa. Iya kan?
 
Kita kan bicara ttg fiqh yang (mungkin) dikukuhkan sebagai aturan 
negara/perda, dimana dampaknya nanti bisa membatasi ruang gerak 
perempuan, dan bukannya memaksimalkan manfaat.
 
salam
Mia
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Tri Budi Lestyaningsih 
> (Ning)" <ninghdw@> wrote:
> >
> > 
> > Hahaha... Memang persepsinya beda ya mba ? Biarpun faktanya bisa 
> sama.
> > 
> > Fakta : Wanita didampingi muhrim.
> > 
> > Persepsi saya : Muhrim itu melindungi si wanita. Jadi hubungannya 
> adalah
> > perlindungan.
> > Persepsi mbak Mia : Muhrim itu menguasai si wanita. Jadi hubungannya
> > adalah kekuasaan.
> > 
> > Makanya response kita juga bisa jadi berbeda. Kalau saya sih merasa
> > nyaman kalau dianter kemana-mana oleh suami. Malah kalau dia ngga 
> bisa
> > nganter, saya yang menuntut dia he..he..he.. Kalau mbak Mia, 
> kayaknya
> > akan menolak mentah-mentah kalau suaminya berbaik hati mau 
> mengantar.
> > Gitu ya mba ?
> > 
> > Maaf nih, kalau menyinggung. Mudah-mudahan tidak mengurangi pahala 
> puasa
> > saya dan kita semua.
> > 
> > Saya pulang kampung insya Allah ke Bandung, nanti menjelang lebaran,
> > Insya Allah.
> > 
> > Selamat meneruskan ibadah puasa. Mudah-mudahan puasa ini yang 
> terbaik
> > dibandingkan puasa-puasa kita sebelumnya. Amiin.
> > Wass,
> > -Ning
>


Kirim email ke