Kemiskinan bertambah secara ril dimana harga2 bahan
pokok dinaikkan dan masyarakat berpenghasilan tdk
menentu...

SDA yg melimpah dan usaha perdagangan besr adalah
untuk memakmurkan lapisan bangsa nya sendiri dengan
sistem hukum yg jelas dan sistematis yg menghasilkan
manfaat besar minimal spt:
- Pendidikan gratis di seluruh  SD Negeri s/d PT
Negeri
- Pengobatan Gratis baik jalan dan rawat inap di
seluruh RS negeri
- Terjaminnya penyediaan Sandang pangan yg cukup untuk
lapisan bangsanya

Sayangnya setelah bung karno .. negara indonesia makin
terpuruk saja ..menggemukkan sebagian kecil golongan
dan menyengsarakan banyak golongan...
SBY Kalla pun bagaikan kuda delman yg ditutup matanya
oleh kusir org2 asing bersama kroninya sehingga tdk
bisa melihat kiri-kanan sekitarnya...Dipecut jalan
kedepan..pecut lagi jalan kedepan aja..tdk mau melihat
secara ril keindahan alam sekitarnya dan sengsaranya
rakyat indonesia secara rill...

Pengelola SDA Asing diindonesia bersama kroninya makin
gemuk... spt Negeria yg melimpah dengan crude oil di
afrika sementara masyarakat sekelilingnya sgt
miskin..byk kejahatan dan copetpun tdk segan2 memotong
jari org asing bila tdk memberikan cincinnya...(kisah
teman2 sy dari afrika).  
Karena ulah pemerintahnya yg lemah terhadap org asing
..amrik.


Smg KPK sebagai kucing mau menyelidiki dan mengusut 
tikus2/tokek2 berani terjun ke pertamina, pengilangan2
minyak Asing, agent2 kapal diindonesia... membuat
sistem yg benar dan menguntungkan bwt Negara indonesia
dan lapisan bangsa indonesia menuju gemah ripah loh
jinawi..  

Slm Cengkraman burung Garuda,
ali 

   
--- priambudi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Kalo sy yg jadi presiden, masih bisa berkelit ga yaa
> dari kepentingan MNC?
> 
> kalo sy jadi rakyat, gimana caranya bertahan di
> tengah krisis?
> ato kalo bisa sih memanfaatkan prusahaan2 asing yg
> pd cari untung di sini....
> 
> jadi inget kata bung karno kalo Indonesia itu
> dulunya dijajah bukan oleh bangsa atau negara, tapi
> oleh kongsi dagang, karena itu perhatikan kemampuan
> ekonomi bangsa
> 
> 
> mprie
>
-------------------------------------------------------------------------------------------------
> 
> Laissez-Faire Pak SBY, Laissez-Faire
> Oleh: Amran Nasution *
> 
> 
> Hidayatullah. com--Harga bahan bakar minyak (BBM)
> naik akhir Mei 2008.
> Itu sudah keputusan Pemerintah SBY–JK. Mahasiswa
> bisa saja menolak dan
> melakukan demonstrasi merata hampir di seluruh
> Indonesia, dari Padang
> sampai Kendari, dari Jakarta sampai Ternate. Tapi
> harga bensin tetap
> harus naik.
> 
> Para ekonom atau pengamat bisa saja protes. Kwik
> Kian Gie siap dengan
> hitung-hitungan bahwa tak betul rakyat disubsidi
> lewat harga BBM.
> Pemerintah ternyata sudah memperoleh keuntungan
> berlipat-lipat selama
> ini, dengan menjual bensin Rp 4500/liter. ‘’Mau
> debat dengan siapa
> saja, di mana saja, dari dulu saya siap. Tapi mereka
> diam saja,’’ kata
> mantan Kepala Bappenas itu.
> 
> Ekonom dan anggota DPR Drajat
> Wibowo bisa saja bersikukuh tak ada maslahat dengan
> APBN sekali pun
> harga BBM tak naik. Ia ajari cara menyusun APBN,
> antara lain, dengan
> menunda pembayaran cicilan utang.
> 
> Dengan itu Drajat ingin
> menunjukkan adalah bohong pernyataan yang
> menyebutkan APBN akan jebol
> kalau harga minyak tak dinaikkan. Ia prihatin,
> begitu harga BBM naik
> harga semua kebutuhan pokok turut naik pula. Maka
> rakyat yang selama
> ini daya belinya sudah merosot, menjadi korban.
> Pengalaman kenaikan
> harga BBM tahun 2005, menunjukkan begitu.
> 
> Bantuan Langsung Tunai (BLT)
> yang diberikan pemerintah tak ada artinya, rakyat
> tetap saja bertambah
> miskin. BLT tampaknya memang sekadar proyek politik
> pencitraan – bahwa
> Presiden kita pemurah – guna menghadapi pemilihan
> umum.
> 
> Padahal rakyat sudah amat menderita. Percuma saja
> Biro Pusat Statistik
> (BPS) memilih-milih dan memilah-milah data untuk
> mendukung citra
> pemerintah. Semua orang tahu di mana-mana sekarang
> rakyat makan nasi
> aking. Berita radio, koran dan TV menunjukkan berapa
> banyak anak-anak
> kurang gizi dan kelaparan. Di Makasar, seorang ibu
> hamil meninggal
> dunia karena berhari-hari tak tersentuh makanan.
> Mereka tak mungkin
> diselamatkan hanya dengan data BPS.
> 
> Lagi pula, apa pun data
> BPS, faktanya Indonesia masuk indeks 60 negara gagal
> 2007 (failed state
> index 2007) yang disusun Majalah Foreign Policy
> bekerja sama dengan
> lembaga think-tank, The Fund for Peace. Majalah itu
> amat berwibawa,
> milik The Carnegie Endowment, think-tank dengan
> jaringan internasional
> paling luas di Amerika Serikat. Salah satu pendiri
> majalah itu adalah
> Profesor Samuel Huntington, ahli ilmu politik senior
> dari Harvard
> University.
> 
> Yang hendak dikatakan, Foreign Policy bukan majalah
> yang diterbitkan
> dari pinggir got. Indonesia memang betul-betul
> negara gagal, satu
> kelompok dengan Sudan, Somalia, Iraq, Afghanistan,
> Zimbabwe, Ethiopia,
> atau Haiti. Salah satu ukurannya: pemerintah pusat
> sangat lemah dan tak
> efektif, pelayanan umum jelek, korupsi dan
> kriminalitas menyebar, dan
> ekonomi merosot. Nah, kalau mau jujur, memang
> begitulah persis potret
> negeri kita sekarang.
> 
> Data indeks pembangunan manusia (human
> development index) dari badan PBB, UNDP, memberikan
> indikator serupa.
> Indonesia menduduki peringkat 107 dari 177 negara,
> jauh di bawah
> Singapore, Arab Saudi, Malaysia, atau Thailand.
> Malah kita di bawah
> Filipina, Vietnam, Palestina, atau Srilangka.
> Padahal Srilangka itu
> negeri rusuh karena pemberontakan Macan Tamil dan
> Palestina lebih rusuh
> lagi akibat penjajahan Israel.
> 
> Begitu pun kenyataannya tetap saja harga minyak
> harus naik. Apakah
> rakyat tambah menderita seperti dikhawatirkan Kwik
> Kian Gie atau Drajat
> Wibowo dan kawan-kawan, tak ada maslahat bagi
> pemerintah. Soalnya, ini
> sudah tak bisa ditawar. Ini sebetulnya untuk
> kepentingan ideologi.
> 
> Ideologi? Barang siapa membaca buku terlaris dari
> Naomi Klein, The
> Shock Doctrine, The Rise of Disaster Capitalism (The
> Penguin Group,
> September 2007), akan terang-benderanglah motif
> sebenarnya di balik
> langkah pemerintah menaikkan harga BBM atau
> mengobral 37 perusahaan
> BUMN (Badan Usaha Milik Negara) kepada asing. Itu
> semata-mata untuk
> menegakkan ideologi kapitalisme- laissez-faire, atau
> di sini dikenal
> sebagai sistem ekonomi liberal, yang dianut
> pemerintah kita.
> 
> Inilah sistem ekonomi pasar yang menyerahkan urusan
> ekonomi kepada
> perusahaan swasta dengan campur tangan pemerintah
> sebisa mungkin
> dihilangkan. Sistem ini menginginkan pemerintah
> tidur saja. Pemerintah
> tetap tak boleh mencampuri urusan ekonomi, sekali
> pun hanya untuk
> meningkatkan taraf hidup orang miskin.
> 
> Dalam pandangan ideologi ini, jika pemerintah
> mengurusi perekonomian
> orang miskin, itu sama artinya melakukan
> redistribusi kekayaan,
> menyebabkan orang menjadi malas dan kehilangan
> kreativitas. Kalau orang
> jadi miskin, biarkan saja miskin. Karenanya dia
> disebut sistem
> laissez-faire, dari bahasa Perancis: biarkan
> terjadi.
> 
> Ciri
> khasnya: deregulasi, pajak rendah (terutama untuk
> pengusaha kaya, agar
> mereka lebih cepat melakukan akumulasi modal untuk
> meningkatkan
> kemampuan bersaing), swastaisasi/ privatisasi,
> anti-subsidi,
> anti-pengaturan upah buruh minimal, dan semacamnya.
> 
> Tentang
> upah buruh, misalnya, serahkan saja kepada mekanisme
> pasar, jangan
> diatur-atur pemerintah atau serikat buruh. Mekanisme
> pasar akan bekerja
> menentukan upah yang pantas untuk buruh. Artinya,
> semua terserah
> pengusaha. Karena itu belum bisa terlaksana, dunia
> perburuhan kita
> memakai sistem buruh terputus (off-sourcing) ,
> sehingga posisi tawar
> pengusaha kuat ketika berhadapan dengan serikat
> buruh.
> 
> Ideologi ini pertama kali dirumuskan ekonom
> Skotlandia, Adam Smith, di
> akhir abad ke-18. Tapi setelah ekonomi dunia dilanda
> krisiss dahsyat
> (great depression) di akhir 1920-an, mulai banyak
> negara
> meninggalkannya. Ideologi ini dituduh sebagai biang
> keladi kehancuran
> 
=== message truncated ===



      

Kirim email ke