Betul mbak Rita....
"pendemo AKBB" yang dibayar itu sekarang sudah insyaf dan malahan jadi anggota 
FPI.

;-)

  ----- Original Message ----- 
  From: Rye Woo 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, June 04, 2008 9:19 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Fans FPI harap baca!


  Neng Rita... supaya jelas dan tidak menambah semrawut..
  Tolong dong buktinya kalo memang FPI itu dibayar dan jadi alat aparatur 
negara.
  Semuanya supaya clear dan tidak menjadi fitna, JAai sekali lagi tolong 
jelaskan dan apa buktinya......

  Sebenarnya FPI apa AKKBB sihh yang di bayar dan yang jadi alat??? 
  katanya kemaren di detik ada pendemo AKKBB yg dibayar Rp 35,000 unt ikut 
berdemo..


  JELASIN YAA.... Biar clear..

  VtR


  ritajkt <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  INi artikel Pak Tamrin Amal Tomagola hari ini di Kompas. Pak Tamrin 
  ini salah satu orang yang berusaha mendamaikan konflik horizontal 
  yang sangat parah di Poso.

  FYI, konflik horizontal (antara sesama elemen masyarakan, rakyat vs 
  rakyat, seperti FPI vs AKKBB tgl 1 juni lalu itu), ini ditiru dari 
  politik devide et imperanya kumpeni, praktek ini mainan para 
  petinggi militer jaman orba. Dengan begitu, mereka selalu 
  bisa "mengendalikan" rakyat semau mereka!

  Dulu sebelum FPI, adalah kelompoknya Yapto cs itu. Di jaman 
  reformasi ada Wiranto yang ngelahirin Pam Swakarsa, Komando Laskar 
  Jihad dan FPI. Buat Anda-anda fans FPI yang mengira dengan tulus 
  bahwa Riziq Shihab dsb itu adalah pembela panji-panji keagungan 
  agama Islam dan bukannya pembela siapa yang bayar, THINK AGAIN!!!

  Selamat membaca!
  ------------------------------ 

  Anak Macan yang "Keblinger"
  Oleh Tamrin Amal Tomagola

  Kepolisian RI telah terpuruk menjadi alat mainan kekuasaan. 
  Serentetan peristiwa akhir-akhir ini semakin menguatkan kesimpulan 
  itu. Mulai dari penyerbuan brutal kampus Universitas Nasional 25 Mei 
  lalu hingga pembiaran penyerangan oleh kelompok beratribut KLI/FPI 
  terhadap aksi damai Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan 
  Berkeyakinan hari Minggu, 1 Juni lalu, di silang Monas benar-benar 
  membuat publik terperangah.

  Bagaimana mungkin kepolisian yang sudah dilengkapi satuan intelijen 
  sampai kecolongan tidak mendeteksi gerakan kelompok penyerang yang 
  sangat tidak beradab di depan Istana Negara? Kok bisa aparat 
  kepolisian yang dibiayai dengan uang rakyat tidak berdaya melindungi 
  warga negara yang sedang mewujudkan hak konstitusional mereka yang 
  jelas-jelas terpatri baik dalam alinea keempat Mukadimah UUD 1945 
  dan pada Pasal 28 dan 29? Mengapa aparat kepolisian ciut nyalinya 
  berhadapan dengan organisasi yang sudah tersohor keberingasan dan 
  kekerasannya selama ini?

  Pada ujung sederet pertanyaan keheran- an ini, sebetulnya ada 
  harapan besar warga masyarakat agar kepolisian RI dikembalikan 
  kepada rakyat sebagai pengayom yang menyejukkan sekaligus menegakkan 
  konstitusi dan sila-sila Pancasila.

  Memelihara anak macan

  Episode serbuan brutal ke kampus Unas dan penganiayaan perempuan, 
  anak-anak, dan laki-laki peserta aksi damai di kawasan Monas kembali 
  menyegarkan ingatan publik akan praktik zalim serupa pada masa Orde 
  Baru. Pada masa itu, baik intelijen militer maupun kepolisian banyak 
  yang memelihara kelompok "anak macan" sebagai perpanjangan tangan 
  aparat keamanan. Pemeliharaan kelompok "anak- anak macan" ini 
  menguntungkan semua yang terlibat. Warga masyarakat yang tergabung 
  dalam berbagai organisasi "anak macan" ini bukan saja mendapatkan 
  keuntungan material pada saat angka pengangguran di kalangan muda 
  cukup tinggi, tetapi juga gengsi sosial di hadapan kelompok sebaya 
  dan lingkungan masyarakat sekitarnya.

  Bagi aparat keamanan yang memelihara organisasi "anak macan", resmi 
  atau tidak resmi, juga bak sekali merengkuh dayung dua-tiga pulau 
  keuntungan dilalui. Pertama, tidak perlu pengeluaran dana khusus 
  untuk penjagaan keamanan karena berbagai organisasi "anak macan" 
  dapat mencari dana sendiri dengan menakut-nakuti warga masyarakat 
  sembari memamerkan bahwa mereka punya beking kuat di belakang mereka.

  Kedua, aparat keamanan, khususnya intelijen, dapat memperoleh banyak 
  informasi berharga tentang gejolak dalam masyarakat dengan 
  hanya "ongki", ongkang-ongkang kaki, saja. Ketiga, bila terjadi 
  ekses yang berlebihan dan ada korban jiwa berjatuhan, aparat 
  keamanan dapat cuci tangan dengan berdalih bahwa yang terjadi adalah 
  perang antargang semata, seperti dalam kasus Petrus hampir dua 
  dekade silam.

  Terakhir yang tak kurang pentingnya, ulah berbagai organisasi 
  kelompok "anak macan" peliharaan kepolisian ini dapat dijadikan alat 
  penekan atas pengusaha tempat-tempat hiburan untuk menaikkan tarif 
  upeti keamanan. Praktik-praktik ini sangat marak pada masa Orba dan 
  bukan tidak mungkin tradisi "budidaya" kelompok "anak macan" ini 
  terus berlangsung.

  Semakin keblinger?

  Warisan tradisi memelihara kelompok/ organisasi "anak macan" ini 
  harus segera dihentikan mengingat beberapa pertimbangan berikut. 
  Pertama, nama baik berbagai penguasa politik dan militer, baik yang 
  sudah mantan maupun yang masih aktif, dapat dimanipulasi oleh 
  berbagai kelompok "anak macan" yang sudah telanjur ikut dibesarkan 
  itu. Beberapa mantan penguasa pada masa Orde Baru dari pihak militer 
  dan kepolisian yang namanya telanjur tercantum, baik sebagai pendiri 
  maupun dalam susunan pengurus FPI, perlu segera mengambil jarak dan 
  menegaskan bahwa mereka tidak lagi menjadi pelindung FPI yang sering 
  membuat onar dan kekerasan di berbagai tempat itu.

  Kedua, rezim pemerintah yang sedang tersudut-panik kehabisan amunisi 
  argumen akal sehat bisa saja dengan mudah mengalihkan perhatian 
  masyarakat dari persoalan pokok yang meresahkan, menggilanya harga-
  harga yang terpicu oleh kenaikan harga BBM, dengan memanfaatkan 
  kelompok-kelompok "anak macan" ini sebagai pengalih perhatian. 
  Konflik vertikal masyarakat/mahasiswa versus pemerintah dialihkan 
  jadi konflik horizontal sesama elemen masyarakat. Upaya pengalihan 
  perhatian dengan menciptakan konflik horizontal hanya akan merusak 
  citra pemerintah dan kepolisian RI.

  Ketiga, martabat negara, khususnya Presiden dan aparat kepolisian, 
  bisa sangat kedodoran bila ada "anak macan" yang demikian lantang di 
  depan kamera televisi menantang kepala negara ataupun aparatnya 
  untuk menangkap mereka, dengan mengancam akan mempertahankan diri 
  sampai titik darah penghabisan. Bahkan, ia tega menghina mantan 
  presiden yang dikatakan cacat fisik dan buta hatinya. Bukan itu 
  saja, para kelompok "anak macan" bahkan menganjurkan pembunuhan atas 
  nama agama terhadap sesama anggota umatnya sendiri.

  Sungguh terhina prestise seorang kepala negara dan aparat 
  keamanannya bila sudah secara keblinger ditantang oleh 
  kelompok "anak macan" yang telanjur dipe- lihara ini. Publik sangat 
  mendukung pernyataan Presiden SBY bahwa negara tidak boleh kalah, 
  apalagi mengalah, kepada kelompok "anak-anak macan" ini. Namun, 
  masyarakat menunggu bukti, bukan janji atau rapat terus. Tidak 
  mustahil rakyat dapat berprasangka aksi FPI justru sepengetahuan 
  intelijen polisi dan negara!

  Keempat, Presiden SBY seyogianya memulihkan martabatnya dan juga 
  martabat negara dengan segera menangkap dan menyeret ke pengadilan 
  para pelaku kekerasan di kampus Unas dan di silang Monas. Jangan 
  pernah biarkan negara dilecehkan habis seperti sekarang ini.

  Akhirnya, kelima, negara tidak perlu kikir lagi untuk menyediakan 
  dana rutin dan pengembangan kepolisian semaksimal mungkin agar sama 
  sekali tertutup celah alasan untuk meneruskan tradisi memelihara 
  kelompok "anak macan" dalam wujud apa pun.

  Semakin negara berdaya melindungi dan membela rakyatnya, rakyat pun 
  tidak akan enggan membela negara. Bela negara dan bela rakyat harus 
  diucapkan dan ditegakkan setarikan napas.

  Tamrin Amal Tomagola Sosiolog
  (sumber:http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/04/00340744/anak.mac
  an.yang.keblinger)

  [Non-text portions of this message have been removed]



   


------------------------------------------------------------------------------


  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG. 
  Version: 7.5.524 / Virus Database: 269.24.5/1479 - Release Date: 02/06/2008 
19:02


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke