http://majelisrasulullah.org/index.php?option=com_content&task=view&id=167&Itemid=1&lang=id

Foto-foto dapat dilihat di:

http://www.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_zoom&Itemid=21&catid=24


                
                                        
                                

                        
                                                                        
                                                                                
                                                        Laporan Perjalanan 
Dakwah Majelis Rasulullah ke Wilayah 
Manokwari Papua, Irian Barat




Selasa 7 Oktober 2008,
Kami, tiga personil, Munzir almusawa, Sdr Saeful Zahri, dan Sdr Hamidi
Sanusi. Selasa, 22.45 WIB kami meninggalkan Bandara Soekarno Hatta
Jakarta menuju Ujung Pandang untuk pindah pesawat, kami tiba di Ujung
pandang pk 23.45 WITA (00.45 WIB), lalu meneruskan perjalanan menuju
Manokwari Irian Barat, 

Pagi Rabu 8 oktober 2008, kami tiba di Manokwari pk 7.45 WIT
(5.45 wib). Pelukan hangat dan haru dari KH Ahmad Baihaqy membuat saya
bertanya tanya, beliau mendahului saya ke Manokwari ini hanya sekitar
dua minggu, namun beliau memeluk saya seakan akan sudah bertahun tahun
tak jumpa, firasat saya mengatakan bahwa beliau menemui medan dakwah
yang sangat berat, dan memang ternyata firasat saya benar, ketika kami
keluar dari Bandara kami melihat dari beberapa mobil yang diparkir
(bandara disana sangat sepi), saya melihat ada dua buah mobil Land
cruiser hijau dan merah yang menyolok dari mobil lainnya, kekar dan
gagah dilengkapi lampu kabut dan lampu biru sirene diatasnya, dan
memang mobil itulah yang kemudian mengantar kami ke medan dakwah yang
sangat berat.

Harga
penyewaan mobil itu 4 juta rupiah per hari, maka dua mobil itu
digunakan dua hari total 18 juta rupiah, dan memang tak ada mobil yang
bisa melintas kewilayah wilayah itu kecuali mobil mobil tertentu karena
medan yang demikian berat, dan memang mobil sangat sedikit pula, dan
jarang yang mau menyewakan untuk jarak jauh kecuali dengan harga yang
mahal.

Kami dijamu makan pagi dirumah salah seorang tokoh muslim di
Manokwari, lalu kami melanjutkan perjalanan ke wilayah Ransiki, yaitu
kampung halaman puluhan santri KH Ahmad Baihaqi yang baru saja beliau
asuh di kediaman beliau Jakarta selama dua tahun berselang.

Jalan yang beraspal namun sangat sempit itu sangat jarang dilalui
mobil, barangkali dalam 10-15 menit kita baru menemui motor atau mobil
lain yang melintas, sepanjang jalan saya lebih banyak menangis daripada
bicara, walau diselingi canda dan percakapan, namun airmata ini terus
tak tertahan, hati bagaikan teriris iris melihat banyaknya gereja,
besarnya lambang salib, dan papan papan pengumuman besar yang
bertuliskan : "MANOKWARI KOTA INJIL", dan tak ada iklan lain
yang terpampang dihampir setiap tikungan jalan diperjalanan itu selain
kalimat itu.., kalimat yang sangat menyesakkan hati..

Saya terus berharap dan berharap jika melihat ada beberapa rumah
(disana yang disebut perkampungan adalah beberapa rumah saja), saya
sangat berharap melihat masjid, dan ternyata setiap ada bangunan besar
mestilah Gereja, walau ada beberapa masjid saja namun sungguh sangat
terkucil dan sedikit,

Ditengah tengah hutan atau kampung yang kita lewati jika tampak ada
orang maka saya berharap harap dengan mata yang sibuk mencari cari
ingin melihat seorang muslim, dengan pakaian peci putih atau peci
hitam, atau wanita berjilbab, namun sepanjang jalan sekitar 3 jam
perjalanan tak saya temukan pemandangan itu..  

Saya terus membatin dan merintih.. Bumi ini milik Allah.. kenapa
yang makmur adalah rumah rumah penyembahan pada selain Allah..?,
bukankah Indonesia adalah negeri muslimin terbesar di dunia..?, lalu
kemana muslimin di pulau terbesar ini..?

Kupandangi wajah wajah mereka yang kita lewati, dan hati terus
berdoa : Wahai Allah, jadikan orang ini muslim.., jadikan ia mengenal
sujud.., jadikan ia ummat nabi Mu.., wahai Allah jangan matikan ia
dalam agama ini.. doa ini tak habis habisnya terbersit dihati.., jika
melihat anak anak yang bermain gembira di sekitar sekolah gereja maka
aku menangis lagi, Rabbiy anak anak ini.. wahai tuhanku anak anak
ini.., jangan kau jadikan mereka pastor pastor yang memerangi muslimin
kelak.. hingga akan murtad ditangan mereka banyak muslimin.. Wahai
Tuhanku.. jangan..

Ingin rasanya saya turun dari mobil dan bersujud dan menangis
sekeras kerasnya dalam sujud.., Tidak saya melihat ada Baliho besar
atau papan pengumuman kecuali bertuliskan "MANOKWARI KOTA INJIL..",
kiri kanan gereja dan gereja.. Ingin rasanya aku buta agar tak pernah
melihat pemandangan yg mengiris hati seperti ini..,

Setelah
hampir tiga jam perjalanan dan sudah mendekati wilayah Ransiki, maka
tiba tiba muncul pemandangan yang mengharukan.., beberapa pemuda dengan
motor dan bendera bendera tampak parkir.. bendera apakah gerangan..?,
sudut mata saya yang sedari tadi mencari muslim ke segenap penjuru dan
selalu tak menemukan apa apa hanya memandang dengan setengah hati pada
pemuda pemuda bermotor dengan bendera itu, 

Ketika kami semakin dekat maka bendera semakin jelas….
SUBHANALLAH..!!, ternyata Bendera Majelis Rasulullah saw…!, beberapa
pemuda dari penduduk asli diantaranya berjaket Majelis Rasulullah saw
menyambut kedatangan kami.., Subhanallah…, Saya tertegun tidak bisa
turun dari mobil.., saya hampir tak percaya dengan yang saya lihat..
apakah saya mimpi..??, saya hanya diam di mobil dan menyambut uluran
tangan mereka dengan haru.., peci peci putih..!, muslimin..!, bendera
Majelis Rasulullah.., Jaket Majelis Rasulullah..!, di wilayah terpencil
ini..??, beribu puji untuk Mu wahai Rabbiy..

Tak lama kemudian puluhan motor lainnya dengan bendera Majelis
Rasulullah saw pun ikut menyambut kami, diikuti sebuah mobil bak
terbuka yang dipenuhi santri KH Ahmad Baihaqi yang memang sedang mudik
di kampung halaman mereka ini, dengan baju baju gamis putih, peci
putih, dan rebana Thola'al Badru alaina..

KH
Ahmad Baihaqi adalah seorang pemuda yang aktif dalam perluasan dakwah
dibanyak wilayah, beliau adalah Murid Almarhum Gus Maksum ALjauhari,
rumah beliau adalah di wilayah Manggarai Jakarta selatan, beliau
seorang yang sangat gigih dalam perjuangan dakwah, dengan kehidupan
yang sangat sederhana, dan semangat juang yang tinggi beliau terus
menembus wilayah wilayah Irian Barat untuk menyebarkan dakwah,
khususnya pada pemuda pemudi, dan beliau bersedia pula menjadikan
rumahnya di Manggarai sebagai tempat mukim para santri tersebut, luar
biasa, bukan hal yang mudah memandu, mendidik, dan membimbing 30 santri
dari Irian Barat, mengajari mereka mengaji, shalat, ceramah, maulid,
qasidah, dan mereka belajar tanpa dibebani biaya apa apa, KH Ahmad
Baihaqi berjuang untuk menafkahi santri santri itu, dan fihak Majelis
Rasulullah saw sering turut membantu dan tak ada artinya dibanding
perjuangan beliau, 

Kenapa beliau mengajarkan pula maulid, qasidah dan rebana..?, karena
untuk berdakwah di wilayah mereka kelak akan sangat cepat menarik
masyarakat jika dengan alat musik rebana, karena hal itu juga menjadi
hiburan yang dengan itu bisa merangkul banyak masyarakat di setiap
wilayah,

Beliau sering kunjung ke Manokwari untuk berdakwah, dan beliau aktif
pula sebagai kordinator Majelis Rasulullah saw di Pusat, juga sebagai
pimpinan cabang Manggarai dan Manokwari Irian Barat, jiwa saya seakan
menyatu dengan beliau dengan semangat yang satu pula, pembenahan ummat,
dan menjadikan Rasul saw sebagai idola dan panutan, dan berjalan dengan
manhaj Guru Mulia Alhafidh Almusnid Alhabib Umar bin Hafidh, 

Dua tahun yang silam saya berkunjung ke Manokwari bersama beliau dan
mengunjungi beberapa tokoh ulama, diantaranya adalah Gus Jumhari,
Almarhum Gus Ali (abah ali), yang masing masing telah mempunyai
pesantren di perkampungan Transmigran sekitar kota Manokwari, dan
kemudian disetujuilah untuk membawa santri santri ke Jakarta dari anak
anak penduduk asli, maka merekapun berdatangan ke Jakarta dan
berdomisili di kediaman KH Ahmad Baihaqi, dan kemudian Abah ali wafat..
setelah puluhan tahun berdakwah di wilayah wilayah Irian barat, Santri
santri tersebut memang sedang pulang kampung pada awal dan pertengahan
ramadhan, dan berlebaran disana bersama keluarga mereka yang sebagian
besar masih beragama nasrani.

Ketika
rombongan kami, yaitu dua mobil Land Cruiser (karena medan yang kami
tempuh tak bisa dilewati selain mobil 4 wd), tiba di Ransiki, maka
seluruh masyarakat keluar menyambut, kira kira sekitar 200 orang
muslimin muslimat, saya turun dari mobil tidak boleh menginjak tanah
kecuali mesti menginjak piring yang terbuat dari keramik mewah, dan
berusia ratusan tahun, dan ketika ditanya sudah berapa lama usianya
merekapun tidak tahu, dan mereka hanya berkata piring piring itu sudah
ada sebelum mereka dan ayah ayah mereka lahir, demikian adat disana
memuliakan tamu agung, piring besar berdiamater 50cm itu disiapkan di
bawah pintu mobil.., Subhanallah..

Kemudian piring itu dijadikan cindera mata bagi tamu agung
tersebut.., sungguh sangat hangat sambutan mereka, airmata saya terus
mengalir karena haru dan gembira bisa berkumpul dengan muslimin

Jamuan
makan pagi pk 11.00 WIT, diteruskan acara halal bihalal, maulid
dhiya'ullami dan tausiyah saya di masjid jami Ransiki diakhiri dengan
shalat jamaah dhuhur, dan kesemua muslimin muslimat hadir, setelah
shalat dhuhur maka kami meneruskan perjalanan ke Bintuni, Jarak tempuh
Manokwari Ransiki 100km, dan Manokwar Bintuni adalah 300km.

Perjalanan diteruskan.., kami mengunjungi pula sebuah musholla di
wilayah Siwi, satu satunya musholla di jarak tempuh berjam jam itu
sangat dijaga dan dirawat oleh beberapa muslimin di wilayah Siwi
tersebut, subhanallah… dalam puluhan perkampungan yang jaraknya sangat
berjauhan dan berjam jam perjalanan itu, dan terpisah pisah dengan
rimba belantara itu hanya ada satu musholla saja, dan belum ada masjid..

Sebagian para santri ada yang tidak dibolehkan lagi kembali ke
Jakarta oleh muslimin di salah satu wilayah itu.. kenapa..?, karena
mereka tak punya imam untuk shalat.. Dengan suara lirih dan tertunduk
mereka berkata : "kami sudah masuk islam tapi kami ingin tahu caranya
shalat, kami belum tahu", maka selama anak itu bersama mereka, ia
menjadi imam, dan jika anak itu sakit maka tak ada shalat di wilayah
itu.., dan anak itu pula mengajari tarawih, mereka tak pernah tahu
shalat tarawih, dan mereka baru pertama kali pula mengadakan Takbiran
di malam idul fitri.., dan jika anak itu meninggalkan mereka ke Jakarta
maka tak ada lagi shalat diwilayah itu.. Subhanallah.., 

Airmata saya terus mengalir.., kita di Jakarta makmur dengan para
ulama, habaib, kyai dan para Da'I, ternyata ada di wilayah saudara
saudara kita yang sudah belasan tahun masuk islam namun ingin shalat
tapi tak ada yg mengajarinya, Wilayah kita makmur dengan masjid dan
musholla dan majelis taklim, namun disini musholla ada untuk wilayah
yang mesti ditempuh berjam jam naik mobil..

Setelah
sekitar 1 jam dari Ransiki, kami mengunjungi sebuah perkampungan, yang
di kampung itu hanya ada satu rumah muslim, namun Allah swt memberikan
anugerah padanya, karena ia dan KH Ahmad Baihaqi berhasil merekrut
beberapa keluarganya untuk masuk islam, dan saat kunjungan itu pula
dilangsungkan pernikahan antara dua pemuda muslim dengan dua wanita
yang baru masuk islam, saya mendapat kehormatan untuk menikahkannya,
Sungguh sangat mengharukan.. kamipun disambut dengan tarian adat oleh
mereka yang masih nasrani namun mulai mendekati keislaman,

Kami
meneruskan perjalanan ke Bintuni.. Jalanan yang sangat sulit dilewati,
kubangan Lumpur yang terus menghalangi mobil yang melintas sangat parah
dan sulit dilalui, beberapa kali mobil land cruiser itu menggerung
karena terjebak dalam kubangan Lumpur, tinggi Lumpur mencapai 50cm atau
lebih, dan berkali kali mobil itu miring dan hampir terguling karena
terjebak pada dalamnya Lumpur, Dua mobil kami terus terseok seok
melintasi medan Lumpur sepanjang puluhan kilometer, dan konon dalam
sekali melintas bisa berkali kali ganti ban karena ban mobil tercabik
batu batu gunung yang tajam ditengah kubangan Lumpur.., 

Kami tiba di Bintuni pk 20.30 WIT, setelah jarak tempuh sekitar 12
jam dari Manokwari, kami diperkenankan istirahat di hotel Kabira, satu
satunya hotel di kota Bintuni yang dilengkapi ac, kami beristirahat.

Kamis, 9 oktober 2008, Dinihari sebelum subuh saya terkaget
dari tidur, ternyata suara gemuruh hujan deras yang seakan akan
menghancurkan atap dari dahsyatnya, saya kembali tidur beberapa saat
dan kemudian bangun untuk Qiyamullail, lalu termenung sambil berdzikir
dan doa, sungguh perjalanan yang sangat melelahkan, namun haru dan
gembira,

Ternyata
mereka yang tidak tidur malam itu untuk memasang umbul umbul Majelis
Rasulullah saw dan spanduk serta baliho Majelis Rasulullah, mereka
mengatakan malam itu hanya hujan gerimis, tak ada hujab deras.., lalu
hujan deras apa yang membuat saya bangun dari tidur semalam..?, Wallahu
A'lam

Pk 8.30 WIT (6.30 wib), riuh suara arak arakan masyarakat untuk
menyambut kedatangan kami sudah semakin ramai, sekaligus acara halal
bihalal, tabuhan hadroh yang khas papua sangat mengharukan, ratusan
muslimin sudah memenuhi halaman parkir hotel dan mereka berdiri
memegang spanduk dan baliho menyambut kedatangan saya, subhanallah…
subhanallah.., kami keluar menyambut mereka, maka riuh sambutan mereka
dan saya berpelukan dengan para tokoh masyarakat setempat, mereka
menangis haru, sebagian orang orang tua menjerit dalam tangis.. Ada
apakah gerangan..?

Sambil
berjalan dengan iring iringan hadroh dan arak arakan kegembiraan mereka
menuju Masjid salah seorang tokoh masyarakat menjelaskan sambil
memegang tangan saya, ia berkata Lirih : "Kami sedari dulu hanya dengar
saja dari datuk datuk kami tentang habib, kami tak pernah jumpa dengan
para habib, kami hanya dengar saja dari orang orang tua kami, dan pagi
ini kami bisa berjumpa dengan yang dinamakan habib, dan inilah pertama
kali seorang habib mengunjungi Bintuni setelah ratusan tahun tak pernah
ada kunjungan ke wilayah ini". Kali ini saya yg menangis haru..,
subhanallah.. oleh sebab itulah mereka menangis..,

Arak arakan yang semakin riuh ketika semakin dekat pada masjid, dan
para jamaah hadroh adalah orang orang sepuh, acara di mulai dengan
sambutan sambutan, berdirilah salah seorang tokoh dan menyampaikan
sekilas sambutan, lalu berdiri tokoh lainnya, dan dari penyampaian
mereka bahwa dijelaskan bahwa Islam masuk Papua sebelum Kristen, dan
Islam sudah ada di Bintuni pada abad ke 16 Masehi, kemudian hilang dan
tak tercatatkan sejarah, lalu tercatatkan pula di Bintuni pada abad ke
18 Masehi, dan ada beberapa wilayah yang diberi nama dengan nama dari
bahasa arab, yaitu wilayah yang dipakai untuk jalan menuju Bintuni
dinamakan wilayah Babo, mereka berkata bahwa yang dimaksud adalah
Baabussalam, yaitu Pintu keselamatan, karena pendatang di masa lalu
mesti melalui wilayah itu untuk masuk ke Bintuni.

Kemudian
maulid Dhiya'ullami dilantunkan, bersama Jamaah Hadroh dari putra putra
Ransiki Papua, kemudian saya menyampaikan Tausyiah dan diakhiri doa.
Kami dijamu makan siang oleh para tokoh, lalu saya berkata pada mereka
: "saya minta dipilihkan makanan untuk saya oleh tokoh tokoh, karena
saya ingin makan makanan yang dipilihkan oleh tokoh tokoh, agar saya
mendapat keberkahan dari tangan bapak bapak yang mulia, maka
disendokkan pada saya "Papeda" yaitu bubur sagu yang dihidangkan dengan
semacam sop Ikan, masya Allah..

Setelah acara jamuan maka kami kembali ke hotel, dan saya duduk
bercengkerama dengan beberapa tokoh islam, dan mereka menyampaikan
beberapa cerita tentang perjuangan islam, diantaranya bagaimana
muslimin dihimpit oleh kalangan Nasrani, mereka menyebut suatu kejadian
beberapa tahun yang silam, bahwa disebuah wilayah antara Sorong dan
Papua terdapat sebuah suku dipinggir pantai, kebanyakan di wilayah itu
muslimin, namun mereka tak ada lagi yang mengajarkan islam hingga turun
temurun, mereka muslim tapi tak tahu agama islam, mereka sudah tidak
kenal syahadat, mereka hanya mengenal satu ajaran adat, yaitu tak boleh
makan babi, padahal babi adalah santapan yang masyhur di Irian, mereka
menganggap itu hukum adat, padahal itu hukum islam, dan kepala suku
mempunyai satu barang yang dikeramatkan, ia adalah sebuah kotak yang
menyimpan pusaka turun temurun yang dipegang oleh kepala suku dari
generasi ke generasi, mereka tak tahu benda apa itu, 

Ketika mulai banyak para nelayan muslimin yang kunjung, mereka minta
sebidang tanah pada kepala suku untuk musholla, maka kepala suku
mengizinkan, lalu mereka kunjung kerumah kepala suku, dalam sambutan
hangat itu kepala suku menunjukkan pusaka yang disimpan ratusan tahun
dan diwariskan dari datuk datuknya, ketika kotak itu dibuka, maka para
nelayan pun kaget dan bertakbir, ternyata isinya adalah Alqur'an yang
sudah sangat tua.., Subhanallah.., mereka ternyata sejak berabad abad
sudah muslimin, namun karena mungkin tak ada para dai dai pengganti,
maka ajaran islam pun hilang dan tak lagi dikenali, tinggallah pusaka
yang diwasiati turun temurun itu yang ada pada mereka, ternyata ia
adalah Kitabullah, Alqur'anulkarim.

Maka kepala suku ini pun kembali memeluk islam, tak lama kabar
sampai kepada Koramil dan kecamatan yang camat dan Danramil adalah
Nasrani, mereka memanggil kepala suku itu dan mendampratnya habis
habisan karena telah memberi sebidang tanah untuk muslimin membangun
musholla, dan kepala suku dipaksa untuk mengusir mereka dan kepala suku
tetap pada pendiriannya, maka kepala suku itu ditelanjangi hingga hanya
celana dalamnya yg disisakan, lalu ia disiksa dan dicambuki dengan
kulit ikan pari, Ikan pari terkenal dengan kulitnya yang penuh duri
tajam yang beracun…, kepala suku tetap tidak mau merubah
keputusannya.., ia tetap ingin mempertahankan pusaka Alqur'an dan tak
mau mencabut izin untuk pembangunan musholla.. Subhanallah.. Dengan
kejadian penjelasan tentang Alqur'an itu maka 80 kepala keluarga di
Suku itu kembali pada islam.

Juga Diantara keluh kesah tokoh agama tersebut, mereka berkata :
"dimana da'I da'I muslimin dari Jakarta?, dimana para hartawan dari
Jakarta?, mereka hanya mau teriak teriak di televisi, dan sebagian dari
kami tak ada listrik, jikapun wilayah yang sudah ada listrik belum
tentu punya televisi, lalu darimana kami akan mengenal dan belajar
islam?, kami hanya dengar dari teman teman yang punya televisi, bahwa
para hartawan di Jakarta selalu mengirimkan dana uang banyak ke
Palestina, Bosnia, Afghanistan, bagaimana mereka memberi bantuan kesana
dan melupakan kami, kami muslimin yang sebangsa dengan mereka, kami
masyarakat Papua menerima republik Indonesia karena kami tahu Republik
Indonesia adalah Muslimin, namun setelah kami jadi saudara mereka kami
dikucilkan dan ditinggalkan.., mereka jauh jauh mengirim uang banyak ke
luar negeri dan kami disini susah dan tak mampu membangun musholla
pun.." Masya Allah…

Pk 13.30 WIT kami menuju pulang, diantar tangis airmata para tokoh
muslimin, setelah berpelukan, mobil melaju dan kami melihat dari
kejauhan mereka masih berdiri termangu mengantar kepergian kami,
selamat Tinggal Kota Bintuni…, kami sempat mampir ke rumah salah
seorang ustaz di perkampungan Transmigran, yaitu di SP 5 (SP = satuan
pemukiman), lalu kami meneruskan perjalanan pulang..

Akibat
hujan deras semalam, maka medan jalur pulang lebih buruk dari saat
kemarin, Land Cruiser yang saya tumpangi sempat terperosok dan terjebak
Lumpur dan tak bisa keluar dari Lumpur, kami beristirahat dan makan
siang di pinggir jalan tempat mobil kami terjebak, setelah makan siang,
maka mobil Land cruiser yang juga bersama kami pun menarik mobil itu
keluar dari cengkeraman Lumpur, usaha yang cukup sulit itu pun akhirnya
berhasil, setelah Lumpur itu di pacul terlebih dahulu untuk memudahkan
mobil keluar dari jebakan Lumpur tersebut, seakan akan Bintuni tak mau
kami meninggalkannya dan berusaha menahan mobil kami..

Kami berhenti sesaat di wilayah Mamai, menurunkan seorang anak
santri bimbingan KH Ahmad Baihaqi, ayahnya masih nasrani, dan sudah
mulai tertarik masuk islam, dan ia mengizinkan anaknya belajar di
Jakarta dibawah bimbingan KH Ahmad Baihaqi, saya berdoa untuk ayahnya
dan berfoto bersama, lalu kami pamit dan Meneruskan perjalanan,

Kami singgah di wilayah Kiwi, yaitu musholla yang dijaga oleh
muslimin yang kami mampiri kemarin, kami berpamitan, ternyata musholla
itu dibangun oleh seorang pengusaha wanita dari Jakarta, Ibu Tuti,
demikian mereka menyebutnya, Ibu Tuti berkediaman di Tebet Jakarta
selatan, dan ia sedang di wilayah ini dalam usahanya, semoga Allah
melimpahkan kepadanya keberkahan dan kesuksesan, karena telah
mendirikan musholla, yang menjadi satu satunya musholla di radius
puluhan kilometer wilayah sekitar.

Kami
meneruskan perjalanan menuju Ransiki.., Ditengah perjalanan itu saya
sekilas tertidur dan bermimpi, saya melihat seorang habib, ia pemuda
tampan seusia dengan saya, ia dengan pakaian putih, ia berkata pada
saya : "saya dahulu berdakwah di wilayah ini dan saya dikejar kejar dan
akhirnya saya dibunuh disini..". saya terbangun dan melihat kearah kiri
tempat perjumpaan kami dalam mimpi.., ternyata hanya semak belukar dan
rimba yang gelap.. airmata saya mengalir lagi sambil melafadzkan
fatihah untuknya.. ia membawa dakwah Nabi saw ditengah tengah pedalaman
seperti ini, lalu wafat sebagai syahid dan kuburnya tak dikenali orang
didalam rimba belantara Irian barat..

Kami tiba di Ransiki untuk makan malam dan berpamitan dengan para
orang tua santri, saya diperlihatkan Alqur'an yang disobek sobek oleh
Nasrani di wilayah Ransiki, saya tak tahan, saya menciumi Alqur'an itu
dan menangis sekeras kerasnya, merekapun turut menjerit dan menangis,
saya terlintas untuk marah dan menginstruksikan balas, namun akhirnya
saya tenang, dan berdoa agar Allah hujankan hidayah bagi semua yang
menyembah selain Allah, agar Allah hujani hidayah dan memenuhi papua
dengan muslimin dan agar Allah jadikan penduduk Papua sebagai
Ahlussujud.., dan agar Allah jadikan Papua bukan Manokwari kota Injil,
tapi sebagai wilayah sayyidina Muhammad saw..

Ketika
kami sudah dimobil, mereka melepas kepergian kami dengan adzan, lalu
selesai adzan mobil meluncur pelahan dan puluhan muslimin menjerit
tangis pilu melepas kepergian kami di gelapnya malam.., suara jerit
tangis mereka benar benar menyayat hati.., mereka sangat cinta pada
saya dan sayapun demikian, saat saya turun dari mobil anak anak pemuda
papua berebutan menaruh kaki saya ditelapak tangan mereka, karena Mobil
Land cruiser itu sangat tinggi hingga saya agak kepayahan saat turun
dari mobil, mereka berebutan menaruh kaki saya ditelapak tangan mereka,
saya menghalau mereka namun mereka tidak perduli menjadikan tangan
tangan mereka sebagai injakan kaki saya sebelum ke bumi.., wahai Rabbiy
alangkah suci hati mereka, mereka muallaf, mereka baru memeluk islam,
betapa mereka mencintai karung dosa ini, bahkan mereka selalu berusaha
menciumi saya, pundak, tangan punggung, dada, jika mereka ada
kesempatan dekat mereka terus menciumi saya ditubuh sekenanya, saya
menjadi akrab pula dengan mereka, saya bercanda dengan mereka, berfoto
dalam berangkulan dengan mereka, dan mereka semakin gembira, 

Ketika
mobil meluncur meninggalkan Ransiki dan para pemuda setempat, maka
tubuh saya terus meriang, ditengah hentakan dan guncangan mobil yang
terus melewati medan berat, saya terus dihantui perasaan yang beraneka
ragam, sedih, haru, semangat juang, tangis, dan terus terbayang diwajah
saya betapa sulitnya para da'I terdahulu di wilayah ini, wilayah yang
terjauh di Indonesia, terbayang kepala suku yang baru masuk islam, ia
dilucuti pakaiannya, disiksa dan dicambuk dengan Kulit ikan pari yang
berduri karena membela Alqur'an.., ia tetap bertahan dan menahan sakit,
padahal ia baru saja memeluk islam, terbayang seorang habib muda yang
dikejar kejar lalu dibantai dan dibunuh ditengah rimba sebagaimana
mimpi saya…, terbayang wilayah wilayah muslimin yang ingin belajar
shalat namun tak ada yang mengajarinya, mereka hanya bisa shalat jika
berjamaah dan belum bisa shalat sendiri, maka jika imam itu (pemuda
belasan tahun) sakit maka tidak ada shalat di kampung itu.., anak muda
itu muallaf dan baru saja belajar shalat.., ia sudah berjuang di
wilayahnya mengajarkan shalat..

Terbayang pula keluhan mereka tentang tidak adanya pengajaran islam
untuk mereka, mereka hanya bisa lihat islam di TV dan sebagian besar
wilayah perkampungan tidak punya tv, bahkan listrik hanya ada hingga
jam 12 malam, lalu padam.. dan mereka mengeluh : "Lalu bagaimana kami
belajar islam..?", terbayang wajah para santri dari Ransiki Papua yang
selalu hadir di Majelis Malam selasa di Masjid Almunawar Pancoran
Jakarta, mereka baru belajar dasar agama saja, namun mereka sudah
menjadi dai dai di wilayahnya dan wilayah sekitar, mengislamkan
keluarganya, mengajak kakaknya masuk islam, mengajak ibunya masuk
islam, subhanallah.. betapa mulianya mereka..

Bayangan bayangan itu benar benar mengiris hati saya.. terlintas
dihati untuk meninggalkan Jakarta dan berdakwah di Papua, biarlah saya
mati dibunuh dalam dakwah dan terkubur tanpa dikenali orang dimana
kubur saya, duh.. betapa habib muda yang syahid itu dimanjakan dan
dicintai Allah.. 

duh.. betapa mulianya anak anak muda cilik itu yang menjadi
kesayangan Rasul saw kelak karena baktinya pada Nabi Muhammad saw,
mereka mengajarkan shalat, mereka mengajar ngaji, menyebar maulid dhiya
ullami, mereka mengibarkan bendera Majelis Rasulullah saw, memasang
umbul umbul Majelis Rasulullah saw di wilayah wilayah mereka..,
subhanallah.. Saya terus menangis dan tubuh ini meriang, setiba di
Manokwari kami langsung beristirahat di kediaman Bpk Hj Shohib, dan
bermalam..

Jumat 10 Oktober 2008,
Pelukan terakhir perpisahan dengan KH Ahmad Baihaqi dan beberapa
penduduk Ransiki sangat mengharukan.. berat sekali saya ingin melepas
pelukan KH Ahmad Baihaqi, dia akan terus berjuang lagi, sebagaimana
saya datang ia sangat erat memeluk saya, dan firasat saya bahwa ia
sudah melewati masa masa berat, dan ternyata benar, dan kini ia harus
kembali berjuang sendiri, kami harus meninggalkannya, saya sangat tidak
tega dan berat meninggalkannya, saya terus memeluknya dan saya tak bisa
menahan tangis, dan iapun menangis keras.., saya mulai merasa goncangan
dahsyat dihati, saya harus melepas pelukan ini dan pergi, hati saya
benar benar pilu dan pandangan mulai pudar, saya risau jika saya
teruskan maka saya akan jatuh pingsan, maka saya melepas pelukannya dan
berbalik.. berjalan ke pesawat dan tak berani membalikkan tubuh untuk
memandangnya lagi.. saya tidak kuat melihat pemuda mulia itu tegak
sendiri memandang kepergian kami.. ia akan terus berjuang sendiri
hingga 23 oktober 2008 mendatang, ia akan kembali ke Jakarta bersama
santri santri Ransiki..

Saya duduk di kursi pesawat…, saya tulis akhir dari laporan ini,
selamat tinggal Bintuni, selamat Tinggal Ransiki, selamat tinggal
Musholla siwi, selamat tinggal para pejuang dakwah, selamat tinggal
para muallaf yang terus berjuang ditengah panasnya cuaca hutan tropis…
selamat tinggal Manokwari, wahai Manokwari.. kau digelari kota Injil…
betapa mencekik gelarmu.., 

Rabbiy hujani Papua dengan Hujan Hidayah, bangkitkan kemuliaan
muslimin, menegakkan kedamaian dan keimanan di wilayah mereka,
tumbuhkan generasi muda mudi yang mencintai Rasulullah saw, cabut
keinginan mereka untuk menyembah selain My Rabbiy… hujani mereka dengan
keberkahan dan kemakmuran, singkirkan tangan tangan kuffar yang terus
meracuni akidah mereka..

Saya membatalkan keinginan untuk tinggal di Papua, karena jika saya
wafat disana maka perkembangan ini akan terhambat pula, biarlah saya di
Jakarta, namun kami akan menyiapkan santri santri dan muda mudi yang
akan menjadi laskar Muhammad saw di wilayah mereka, kini pun sebagian
dari mereka telah berpencar ke wilayah wilayah sekitar mereka, memimpin
shalat, mengajarkan Iman, mengajak kepada Islam, dan kita akan terus
menyatukan barisan dan memperkuatnya hingga Manokwari bukan lagi
bernama Manokwari kota Injil, tapi Irian Barat wilayah Sayyidina
Muhammad saw.. amiin..

pesawat kami mendarat dengan selamat di Bandara Soekarno Hatta Jakarta pada 
Jumat Petang pk 20.00 wib.



__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 
....Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke